Zaman Wiracarita adalah zaman yang penuh kejadian-kejadian penting di dalam sejarah filsafat India. Pada waktu itu ada krisis politik yang menggoyahkan pikiran orang India. Bangsa-bangsa dari luar memasuki India sehingga keamanan terganggu.
Banyak orang yang mengeluh karena kemerosotan zaman ini. Kepercayaan kepada para Dewa merosot. Hal ini biasanya diikuti juga oleh kemerosotan moral.
Banyak orang yang hanya mementingkan perkara yang lahir saja. Karena kekecewaan atas perkara-perkara yang lahir tersebut, maka banyak orang mencari ketenangan dan perdamaian di dalam batinnya sendiri.
Berhubungan dengan itu, maka pada zaman ini timbullah banyak ahli pikir yang ingin mengadakan pembangunan. Filsafat berkembang ke banyak jurusan, sehingga timbullah pemikir-pemikir yang saling bertentangan.
Pada satu pihak timbullah aliran-aliran yang tidak mengakui adanya Tuhan (dewa). Sebagai contoh aliran Yainisme dan Buddhisme, tetapi pada lain pihak sebagai reaksi timbullah aliran-aliran yang theistis yang mengakui adanya Tuhan, sebagai contoh Bhagawadgita, kitab-kitab Upanisad yang muda. Di samping itu ada juga aliran-aliran yang spekulatif, yaitu sad darcana.
Kitab-kitab Ramayana dan Mahabarata turut serta juga di dalam menyebarkan cita-cita yang baru itu.
Tentang Yainisme
Yainisme berarti “agama pengikut Yina. Latar belakang yang disebut Yina ialah orang yang sudah mendapat kemenangan rohani. Yainisme agaknya timbul sebagai reaksi terhadap zaman Brahmana, yang kemudian dibangkitkan kembali oleh Wardhamana pada abad ke-6 SM, sebab dipandang sebagai perintis (tirthamkara) yang ke-24.
Wardhamana dilahirkan kira-kira tahun 540 SM di Kundagrama, Bihar Utara. Ia wafat kira-kira pada tahun 468 SM. Pada waktu itu ia berumur 30 tahun, meningglakan keluarganya dan mengembara sebagai seorang pertapa.
12 tahun lamanya ia menyiksa diri dan akhirnya ia mendapat kemenangan rohani dan menjadi seorang Yina. Lalu mengembaralah ia lagi untuk memberitakan ajarannya.
Suatu saat para pengikutnya pecah menjadi 2, yaitu menjadi aliran Swetambara yang berjubah putih, dan aliran Digambara yang berpakaian langit atau yang tidak berpakaian. Mengenai ajarannya tidak ada perbedaan yang besar.
Perbedaannya hanya terdapat pada cara melaksanakan ajaran. Swetambara lebih lunak, sedang Digambara lebih keras. Perbedaan dalam berpakaian barangkali disebabkan karena Swetambara hidup dibagian utara India, yang cuacanya lebih dingin, sedang Digambara hidup di bagian selatan India yang lebih panas.