Sejarah Peradaban Maritim Nusantara pada masa Prasejarah

Wilayah Indonesia merupakan pemberhentian kedua dari perpindahan bangsa Austronesia, hal tersebut karena diketahui luasnya persebaran bangsa Austronesia, (dari Madagaskar di barat dan pulau Paska di timur, dan dari Formosa di utara sampai Selandia Baru di Selatan).

Khususnya di Indonesia, bangsa Austronesia itu juga merupakan nenek moyang bangsa Indonesia. Ini berarti bahwa kebudayaan yang mereka bawa ke Indonesia bisa dikategorikan sebagai kebudayaan Indonesia kuno (prasejarah), yang sebenarnya menjadi pangkal perkembangan kebudayaan Indonesia hingga kini.

Bacaan Lainnya

Selain itu jika penyebaran nenek moyang bangsa Indonesia bisa mencapai pulau-pulau yang berjarak sangat jauh dari wilayah asalnya yang juga terpisahkan oleh lautan yang luas, dapat dipastikan mereka mempunyai peralatan yang dipergunakan menyeberangi laut, yaitu perahu.

Berdasarkan hal tersebut dengan kata lain, maka nenek moyang bangsa Indonesia secara tidak langsung adalah bangsa pelaut, yang tentu saja memiliki budaya maritim sebagai produk.

Perahu Kerajaan
(Sumber : Perahu Kerajaan/Komunitas Studi Budaya dan Sejarah)

Sebagai contoh, mereka tentu memiliki pengetahuan yang cukup tinggi tentang perkapalan, laut, angin, musim bahkan ilmu falak (perbintangan) sebagai pengetahuan untuk bernavigasi.

Salah satu benda prasejarah yang dapat diperkirakan sebagai petunjuk bahwa bangsa Indonesia terbiasa melakukan aktifitas pelayaran antar pulau, dan juga perdagangan adalah nekara perunggu.

Salah satu pendorong adanya hubungan pelayaran dan perdagangan dengan menggunakan kapal layar dan bercadik adalah angin musim, yang di Indonesia dikenal adanya angin musim barat dan angin musim timur.

Dengan demikian bisa diperkirakan bahwa pelayaran menyeberangi samudra India ke timur dan ke barat memperkuat dugaan akan adanya hubungan dagang yang lebih awal antara berbagai pulau di Indonesia dengan India ketimbang dengan Cina.

Berdasarkan hasil temuan peneliti mengenai jenis perahu yang ada di berbagai daerah Indonesia dan daerah sekitarnya, bisa ditarik kesimpulan, perahu bercadik adalah perahu khas 7 bangsa Indonesia. Peneliti berkesimpulan bahwa hal tersebut merupakan salah satu tanda adanya penyebaran pengaruh dari para perantau bangsa Indonesia.

Namun tidak semua masyarakat dari bangsa Indonesia menjadi pelaut, karena sebagian di antara mereka adalah petani yang hidup diwilayah-wilayah pedalaman dan jauh dari laut, dimana mereka telah mampu bercocok tanam dan bukan lagi menjadi bangsa berburu dan pengumpul makanan.

Terdapat dugaan bahwa pelayaran dan hubungan dagang pada waktu itu sudah berlangsung antar penduduk antar pulau di Indonesia, bahkan dengan penduduk di daratan Asia Tengara. Sehingga untuk kebutuhan tersebutlah kemudian diperlukan alat transportasi air atau laut, yaitu perahu bercadik yang merupakan perahu khas Indonesia. Kebanyakan perdagangan itu dilakukan secara barter.

Sebagian lagi menggunakan alat tukar yang bukan atau belum benbentuk uang, akan tetapi benda-benda yang mempunyai nilai magis atau bersifat khas. Benda tersebut antara lain berupa nekara perunggu, barang perhiasan, manik-manik atau batu-batuan yang indah dan sebagainya.

Perdagangan dengan daratan Asia pada waktu itu sudah relatif cukup maju, adapun yang dijual antara lain berupa rempah-rempah, jenis kayu tertentu, hasil bumi dan sebagainya.

BIODATA PENULIS

NamaIlham Pramayogi
Usia21 tahun
AlamatJember
ProfesiMahasiswa
OrganisasiPengurus HMP Kelamas tahun 2019

Pos terkait