Teori Masuknya Islam ke Indonesia sebelum kemerdekaan – Kennet W. Morgan menerangkan bahwa berita yang dapat dipercaya tentang Islam di Indonesia yang mula-mula sekali terdapat dalam berita Marcopolo. Dalam perjalanannya kembali ke Venezia pada tahun 692 (1292 M), Marcoplo setelah bekerja pada Kubilai Khan di Tiongkok, singgah di Perlak. Perlak adalah sebuah kota di pantai utara Sumatra.
Menurut Marcopolo, penduduk Perlak ketika itu diIslamkan oleh pedagang yang dia sebut kaum Saracen. Wilayah pangeran di sekitar Perlak didiami oleh penyembah berhala yang belum beradab.
Di Samara, Marcopolo menanti angin yang baik selama lima bulan. Di situ ia dan anggota rombongan harus menyelamatkan diri dari serangan orang-orang biadab di daerah tersebut dengan mendirikan benteng yang dibuatnya dari pancang-pancang.
Kota Samara menurut pemberian Marcopolo dan tempat yang tak jauh dari situ yang dia sebut Basma, kemudian dikenal dengan nama Samudera dan Pasai, dua buah kota yang dipisahkan oleh sungai Pasai, yang tidak jauh letaknya di sebelah utara Perlak (P.A. Hoesein Djajadiningrat, dkk., 1963:119).
Islam masuk ke Indonesia mulai abad ke-7 Masehi
Dari uraian tersebut, dapat dipahami bahwa Islam sudah masuk ke Indonesia mulai abad ke-7 dan telah dianut sebagian besar orang Indonesia, baik sebagai agama maupun sebagai hukum. Hal ini terjadi semenjak dahulu.
Setelah masuknya agama Islam, selalu ada pegawai khusus yang mempunyai keahlian dalam hukum Islam, yang kadang-kadang menangani juga urusan mu’amalah, iddah, hadhanah, waris, dan lainnya oleh pegawai yang berlaku untuk seluruh masyarakat Indonesia.
Secara ideologi dan politis, hukum Islam sudah ada di Indonesia sejak abad ke-8 Masehi. Dalam kesimpulan Andi Faisal Bakti, Islamisasi di Indonesia telah ada semenjak abad ke-13, 16, dan 17.
Berikut ini kutipannya (terjemah bebas) : “…. Pasai negara Islam telah berdiri pada abad ke-13. Perkembangan yang signifikan terjadi pada akhir abad ke-16 atau awal abad ke-17, dengan berdirinya beberapa negara Islam, seperti Aceh, Banten, Mataram, Goa dan Talo, Ternate, dan Tidore.
Sejarah lengkap mengenai kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia tersebut bisa di baca di artikel:
- Kerajaan Islam Aceh
- Kerajaan Islam Banten
- Kerajaan Mataram Islam
- Kerajaan Goa dan Talo
- Kerajaan Ternate dan Tidore
Penggunaan sultan (sultan Arab) adalah simbol nyata Islam yang dipakai oleh beberapa raja seperti Sultan Iskandar Muda; Sultan Iskandar Tani: Aceh, Sultan Ageng Tirtoyoso: Banten, Sultan Hasanuddin: Gowa-Tallo, Sultan Agung : Mataram, dan Sultan Baabulah: Ternate.
Pada periode ini juga muncul beberapa ulama Islam, seperti : Hamzah Fansuri, Syam Ad-Din As-Sumantrani, Abd Ar-Rauf As-Sinkili yang menyebarkan Islam dari Aceh, Syekh Abu Yusuf dari Makasar ke Banten, dan Wali Songo di Jawa. Dari mereka inilah, Islam lokal dibuka…”
Perdebatan kedatangan Islam di Nusantara
Mengenai kedatangan Islam di Nusantara, terdapat diskusi dan perdebatan yang panjang di antara para ahli sejarah. Mengenai tiga masalah pokok, yakni:
- Tempat asal kedatangan Islam
- Para pembawa Islam, dan
- Waktu kedatangan Islam
Berbagai teori dan pembahasan yang berusaha menjawab tiga masalah pokok ini belum tuntas. Tidak hanya kurangnya data yang dapat mendukung teori tertentu, tetapi juga karena sifat sepihak dari berbagai teori yang ada.
Terdapat kecenderungan kuat adanya suatu teori yang hanya menekankan aspek-aspek khusus dari ketiga masalah pokok tersebut, tetapi mengabaikan aspek-aspek lainnya.
Oleh karena itu, kebanyakan teori yang ada dalam segi-segi tertentu gagal menjelaskan kedatangan Islam, konversi agama yang terjadi, dan proses Islamisasi yang terlibat di dalamnya.
Kedatangan Islam di wilayah Nusantara tidaklah bersamaan. Demikian pula, kerajaan-kerajaan dan daerah-daerah yang didatangi mempunyai situasi politik dan sosial budaya yang berlainan.
Pada masa Kerajaan Sriwijaya mengembangkan kekuasaannya sekitar abad ke-7 Masehi, dan ke-8 Masehi, selat Malaka mulai dilalui pedagang-pedagang muslim dalam pelayarannya ke negeri-negeri di Asia Tenggara dan Asia Timur.
Berdasarkan Berita Cina pada masa penguasa T’ang, pada masa itu diduga keras masyarakat muslim telah ada, baik di Kanfu (Kanton) maupun di daerah Sumatra sendiri.
Perkembangan pelayaran dan perdagangan yang bersifat internasional antara negara-negara di Asia bagian barat dan timur mungkin disebabkan oleh kegiatan kerajaan Islam di bawah Bani Umayah di bagian barat maupun kerajaan Cina pada masa T;ang di Asia Timur serta kerajaan Sriwijaya di Asia Tenggara.
Baca: Puncak kekuasaan Dinasti Bani Umayah
Kepulauan Nusantara juga telah dianggap penting bagi perdagangan antarbangsa sejak zaman purba, karena pulau-pulaunya terletak di sepanjang laut (pantai) yang menghubungkan Cina dan kekuasaan kekaisaran Romawi, kapal-kapal dari berbagai negeri singgah di wilayah Nusantara untuk memuat barang-barang dagangan, seperti rempah-rempah, damar, dan kayu berharga.
Dalam hal ini pula, Taufik Abdullah menjelaskan bahwa wilayah barat nusantara dan sekitar Malaka sejak masa kuno merupakan wilayah yang menjadi titik perhatian, terutama karena hasil bumi yang dijual di sana menarik perhatian para pedagang dan menjadi lintasan penting antara Cina dan India.
Oleh karena itu, pedagang-pedagang muslim asal Arab telah sampai ke kepulauan Nusantara pada abad ke-2 Sebelum Masehi. Hanya mereka menyebutnya sebagai pulau-pulau Cina atau Al-Hind, sehingga tidak mengherankan bila pada tahun 675 M telah terdapat perkampungan Arab Islam di pantai barat Sumatra.
Dengan ini pula para pedagang muslim dari Persia dan India sampai di kepulauan Indonesia sejak abad ke-7 M (1 H), Islam telah menyebar dari Timur Tengah dari berbagai wilayah India dan Arabia ke Semenanjung dan kepulauan Indonesia pada akhir abad ketiga belas, empat belas, dan lima belas.
Para pedagang asing yang berkunjung ke kepulauan Indonesia membawa gagasan atau adat-istiadatnya kepada bangsa Indonesia. Kebudayaan India termasuk kepercayaan pada kesaktian raja-raja berpengaruh kuat dan menjadi kepercayaan paling penting sebelum awal Masehi.
Falsafah India Klasik tentang Raja Adikuasa memberi inspirasi kepada penguasa Indonesia yang berambisi, yang pada saat itu sebenarnya setingkat kepala suku agama Hindu dan Budha yang datang dari India diyakini oleh para penguasa Indonesia hingga rakyatnya.
Hinduisme ini kadang-kadang dapat menggantikan atau bercampur dengan kepercayaan animisme yang semula dianut oleh para nenek moyang bangsa Indonesia. Demikian juga para mubaligh dan pedagang muslim dari Arab yang datang ke wilayah Nusantara memperkenalkan Islam secara damai.
Referensi lain mengenai sejarah masuknya Islam bisa anda baca pada artikel berikut: