Abdus Salam adalah fisikawan muslim yang mengubah pandangan parsialis para fisikawan dalam melihat kelima gaya dasar yang berperan di alam, yaitu gaya listrik, gaya magnet, gaya gravitasi, gaya kuat yang menahan proton dan neutron tetap berdekatan dalam inti, serta gaya lemah yang antara lain bertanggung jawab terhadap lambatnya reaksi peluruhan onti radioaktif. Selama berabad-abad kelima gaya itu dipahami secara terpisah menurut kerangka dalil dan postulatnya yang berbeda-beda.
Salam bersama Steven Weinberg dan Sheldon Glashow meraih Nobel Fisika tahun 1979. Ia menganugerahi Nobel karena kontribusinya dalam menyatukan gaya elektromagnetik dan gaya nukir lemah.
Dalam pidato penerimaan hadiah Nobelnya, Salam mengutip ayat Al-Quran, “Thou seest not, in the creation of the all-merciful any imperfection, return thy gaze, seest thou any fissure. Then return thy gaze, again and again. Thy gaze, Comes back to thee dazzled, aweary”.
Kemudian dilanjutkan dengan kutipan, “This, in effect, is the faith of all physicitists, the deeper we seek, the is our wonder excited, the more is dazzlement for our gaze”.
Teori Elektrolemah (Electroweak) menjadi satu menjadi satu pijakan pengembangan Teori Penyatuan Mahaagung (Grand Unifaction Theory) yang berusaha menyatukan dua gaya ini dengan dua gaya inti, yakni gaya kuat. Teori tersebut dikembangkan menjadi inti penting dalam pengembangan model standar fisika partikel.
Adanya kesatuan dalam interaksi gaya-gaya dirumuskan oleh trio Abdus Salam – Sheldon Lee Glashow-Steven Weinberg dalam Unifying the Forces Theory. Menurut teori yang diumumkan tahun 1967 itu, arus lemah dalam inti atom diageni oleh 3 partikel yang masing-masing memancarkan arus atau gaya kuat.
Eksistensi tiga partikel ini telah dibuktikan secara eksperimen pada tahun 1983 oleh tim riset yang dipimpin oleh Carlo Rubia, direktur CERN (Center Europeen de Recherche Nucleaire) di Jenewa, Swiss.
Ternyata rintisan teori Salam tersebut kemudian mengilhami para fisikawan lain ketika mengembangkan teori-teori kosmologi mutakhir, seperti Grand Theory (GT) yang dicanangkan ilmuwan Amerika Serikat dan Theory of Everything Stephen Hawking.
Melalui dua teori itulah, para fisikawan dan kosmolog dunia kini berambisi menjelaskan rahasia penciptaan alam semesta dalam satu teori tunggal yang utuh.
Salam pernah menyebut dirinya sebagai penerus ilmuwan muslim 1000 tahun yang silam. Kebanggan tersebut membuatnya berseloroh, “Harga diri suatu umat kini tergantung pada penciptaan prestasi ilmiah dan teknologi”. Harga diri itu, seperti yang telah dibuktikan oleh Salam sendiri, bukan saja dapat mengangkat suatu masyarakat sejajar dengan masyarakat lain.
Gerakan dan keikutsertaan menciptakan sains teknologi akan memberikan kontribusi pada peningkatan harkat seluruh umat manusia, tanpa melihat dan asal usul kebangsaannya.
Baca biografi Abdus Salam selengkapnya di artikel sejarah : Biografi singkat Abdus Salam fisikawan muslim dari Pakistan