Sungai Kuning kelahiran peradaban Cina Kuno

Sungai Kuning (dalam bahasa Cina Hwang Ho) disebut Duka Cina karena sungai besar yang merupakan tempat kelahiran peradaban Cina Kuno ini seringkali mengancam untuk menghancurkan peradaban Cina dengan banjirnya.

Air sungai besar yang tak dapat diramalkan ini telah menghancurkan jutaan nyawa serta lahan pertanian, sedangkan orang yang tinggal di tepinya hidup bagaikan dalam perjudian abadi. Karena alasan inilah, hanya beberapa kota besar saja yang tumbuh di tepi aliran ini, yaitu: Lanchow, Kaifeng, Chengchow, dan Tsinan.

Meskipun Hwang Ho adalah sungai terpanjang kedua di Cina (setelah Yangtze), air sungainya hanya dapat dilayari sampai beberapa tempat saja.

Dari hulunya di Propinsi Tsinghai di tanah tinggi Tibet, Sungai Hwang Ho mengalir ke arah timur sepanjang 4.700 m melintasi Cina utara dan bermuara di Teluk Chihli (atau Po Hal), bagian dari Laut Kuning.

Aliran sungai ini seringkali berubah dalam sejarahnya. Suatu ketika, Sungai Kuning pernah mengalir ke Laut Cina Timur, yang juga merupakan muara Sungai Yangtze.

Salah satu tempat di tepi Sungai Kuning yang dapat dilayari kapal kecil adalah putaran Ordo di Mongolia dalam. Di tempat ini Hwang Ho mengitari padang pasir Ordo. Setelah melewati putaran Ordo, kemudian bertemu dengan anak sungai utamanya, yaitu Sungai Wei dan Sungai Fen.

Setelah itu, Sungai ini melintasi serangkaian ngarai yang membentuk pintu gerbang menuju dataran Cina Utara yang luas. Dataran Hwang Ho yang subur ini meliputi berbagai bagian di 5 propinsi dan bergabung dengan dataran Sungai Yangtze di selatan.

Tempat bertemunya dataran rendah Hwang Ho dan Sungai Yangtze merupakan pusat kelahiran dinasti kekaisaran Cina. Di tempat ini pula, lumpur (partikel batu yang kecil) yang berwarna kuning dibawa oleh sungai ini sehingga warna sungai menjadi kuning.

Peta aliran Sungai Kuning

Kunjungi di google map

Banjir ini terutama disebabkan oleh terus menumpuknya lumpur, sehingga menaikkan permukaan air dibandingkan dataran sekitarnya. Meskipun berbagai saluran telah dibangun, saluran ini seringkali tidak mampu menampung luapan air.

Karena banjir, potensi pertanian yang besar di delta Sungai Kuning tidak pernah terwujud. Orang Cina pertama kali membuat tanggul dan mengeruk sungai pada tahun 220 sebelum Masehi, sedangkan upaya untuk mengontrol luapan airnya telah dilakukan sejak saat itu pula.

Terusan Raksasa yang dibangun di waktu lampau untuk menghubungkan Sungai dengan Sungai Yangtze, kini memanjang dari Beijing sampai ke Hangchow sejauh 1.900 km, tetapi saluran ini pun penuh dengan lumpur.

Terusan ini sekarang sedang dibangun kembali sebagai bagian dari rencana jangka panjang untuk mengendalikan air sungai itu agar berguna bagi masyarakat, dan bukannya merugikan, bangsa Cina.

Diulas oleh:
C.T. HU, Universitas Kolumbia Penulis bersama, China: Its People, Its Society, Its Culture
Editor: Sejarah Negara Com

Pos terkait