Sumber sejarah Kesultanan Gowa Tallo – Di Sulawesi Selatan pada abad 16 terdapat beberapa kerajaan mandiri, antara lain : Gowa, Tallo, Bone, Sopeng, Wajo, dan Sidenreng. Masing-masing kerajaan tersebut membentuk persekutuan sesuai dengan pilihan masing-masing.
Salah satunya adalah Kerajaan Gowa dan Tallo. Keduanya membentuk persekutuan pada tahun 1528, sehingga melahirkan apa yang lebih dikenal dengan sebutan Kerajaan Gowa-Tallo atau Kerajaan Makassar.
Raja Gowa bernama Daeng Manrabia menjadi raja bergelar Sultan Alauddin, dan Raja Tallo bernama Karaeng Mantoaya menjadi perdana menteri bergelar Sultan Abdullah.
Karena pusat pemerintahannya terdapat di Makassar, Kerajaan Gowa dan Tallo sering disebut sebagai Kerajaan Makassar. Wilayah kerajaan ini sekarang berada di bawah kabupaten Gowa dan sekitarnya.
Karena posisinya yang strategis di antara wilayah barat (Malaka) dan timur Nusantara (Maluku), Makassar menjadi bandar utama untuk memasuki Indonesia Timur yang kaya rempah-rempah. Kerajaan ini memiliki pelaut-pelaut tangguh, yang memperkuat barisan pertahanan laut Makassar.
Sumber sejarah asing tertulis pertama dari catatan Tome Pires. Dalam catatannya ia melukiskan kemampuan pelayaran dan perdagangan orang-orang Makassar. Pires menuliskan : “Orang-orang Makassar telah berdagang sampai ke Malaka, Jawa, Borneo, negeri Siam dan juga semua tempat yang terdapat antara Pahang dan Siam”. (Swang: 2005, 72).
Kesultanan ini disebut-sebut kaya akan beras, bahan-bahan makanan lainnya, daging, dan kapur barus hitam. Mereka memasok barang dagangan dari luar, antara lain jenis pakaian dari Cambay, Bengal, dan Keling.
Penemuan banyak jenis keramik dari masa Dinasti Sung dan Ming di daerah Sulawesi Selatan juga membuktikan kerajaan Gowa Tallo telah menjalin hubungan dagang dengan Cina.
Baca referensi lain mengenai Gowa-Tallo di artikel: Kerajaan Goa dan Talo