Sistem kekerabatan suku Sunda sangat dipengaruhi oleh 2 hal, yaitu:
- Adat yang diteruskan secara turun-temurun.
- Agama Islam yang sudah lama dianut oleh sebagian besar orang Sunda.
Akibatnya, sangat sulit untuk memisahkan mana adat dan mana agama. Sebab kedua unsur itu terjalin erat menjadi kebudayaan orang Sunda. Dalam perkawinan misalnya, dilakukan secara adat dan secara agama Islam. Sistem pemilihan jodoh tidak terikat satu sama sistem tertentu, tetapi yang pasti perkawinan di dalam keluarga batih dilarang.
Dalam memilih menantu, mereka mempunyai prinsip “Lampu nyiarjodo kakupuna“, artinya : kalau mencari jodoh harus kepada orang yang sesuai dalam segalanya: rupa, kekayaan dan keturunan.
Oleh karena itu kedua belah pihak akan mengadakan penyelidikan-penyelidikan secara teliti terhadap calon menantu masing-masing. Pembicaraan kedua orang tua (calon besan) disebut neundeun omong.
3 hari sebelum pernikahan, calon mempelai laki-laki harus sudah diserahkan kepada pihak si gadis lewat upacara seserahan.
Dalam perkawinan adat Sunda ada upacara nyawer dan buka pintu yang sangat menarik. Semua orang gembira, dan mengikuti dengan penuh perhatian terhadap dialog yang dilakukan dengan bahasa puisi dan lagu.
Bentuk keluarga yang terpenting di tanah Sunda ialah keluarga batih (nuclear family) yang terdiri dari : suami, isteri dan anak-anak. Keluarga batih merupakan tempat yang paling aman bagi anggotanya di tengah-tengah hubungan kerabatnya yang lebih besar dan di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan keluarga batih di desa-desa masih relatif kompak. Pekerjaan di sawah sering dikerjakan secara gotong-royong.
Di luar keluarga batih, masih ada kerabat lain seperti : ipar, kemenakan, saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya. Kelompok ini disebut golongan atau Kindred. Mereka sering diundang pada waktu punya hajad.
Di samping itu, ada pula kelompok yang disebut ambilenial, karena mencakup kerabat sekitar keluarga batih seorang Ego tetapi diorientasikan ke arah nenek moyang yang jauh ke masa lampau. Kelompok ini disebut bondoroyot.
Dilihat dari prinsip garis keturunan, sistem kekerabatan di Pasundan adalah bersifat bilateral (garis ayah dan ibu). Sistem istilah kekerabatannya menunjukkan ciri-ciri bilateral dan generasional. Dilihat dari Ego, orang Sunda mengenal istilah-istilah untuk tujuh generasi ke atas dan ke bawah, yaitu :
Ke atas
- Kolot
- Embah
- Buyut
- bao
- Janggawareng
- Udeg-udeg
- Gantung siwur
Ke bawah
- Anak
- Incu
- Buyut
- Bao
- Janggawareng
- Udeg-udeg
- Gantung siwur
Itulah sistem kekerabatan suku Sunda. Selanjutnya : Sistem religi suku Sunda