Siprus adalah pulau paling timur di Laut Tengah, adalah sebuah negara kecil dengan sejarah yang penuh pergolakan dan kekerasan. Kira-kira 80%. penduduk negeri ini adalah orang Yunani, banyak di antara mereka telah lama mengharapkan enosis, atau penyatuan dengan Yunani.
Namun, bagian terdekat Yunani, yaitu Pulau Rhodes, berjarak sekitar 480 km dari negara ini, sedangkan Yunani tidak lagi menguasai wilayah ini sejak abad ke-4 sebelum Masehi.
Turki terletak hanya 64 km dari Siprus, sedangkan sekitar 18% penduduk adalah orang Turki. Mereka mempunyai enosis yang bertentangan dan telah terlibat dalam suatu pertikaian yang sengit dengan penduduk keturunan Yunani. Dengan demikian, pulau yang indah ini, yang seharusnya menjadi tempat yang penuh dengan kedamaian, malahan disobek-sobek oleh perselisihan.
Kunjungi Peta Siprus atau di google map
Penduduk dan Geografi Siprus
Penduduk Siprus keturunan Yunani berbahasa Yunani dan sebagian besar di antara mereka termasuk umat Gereja Yunani Ortodoks. Administrasi gereja sama sekali lepas dari gereja Yunani dan mereka memilih Uskup Agung mereka sendiri.
Penduduk Siprus keturunan Turki berbahasa Turki dan beragama Islam. Meskipun tradisi dan loyalitas mereka berbeda dan, walaupun akhir-akhir ini timbul konflik, penduduk baik keturunan Turki maupun keturunan Yunani, menjalani hidup yang sama.
Penduduk Siprus adalah orang yang baik dan ramah serta setia kepada negara dan keluarga mereka. Kehidupan mereka tidak mudah, tetapi mereka senang duduk di teras warung kopi dan bergunjing sambil minum secangkir kopi hitam yang kental atau segelas anggur lokal berwarna merah yang enak.
Setiap orang Siprus sangat tertarik pada berita-baik yang berupa gosip setempat maupun perkembangan politik yang penting. Irama hidup yang lamban dan santai di pulau Laut Tengah ini secara berangsur-angsur berubah meskipun sangat lambat.
Pendidikan adalah suatu hal yang serius dan anak-anak menghabiskan waktu berjam-jam di sekolah dan sering harus menempuh jarak yang cukup jauh, terutama ke sekolah lanjutan.
Sebagian besar penduduk berdiam di daratan Messaoria, suatu daerah yang terletak di antara dua pegunungan yang melintasi pulau ini dari barat ke timur. Di sebelah utara terdapat jajaran Kyrenia dan di sebelah baratdaya terhampar Pegunungan Troodos.
Iklim di Siprus biasanya sejuk, dengan musim panas yang panas dan kering, serta sedikit hujan di musim dingin. Di pegunungan banyak turun salju, dan juga hujan, sehingga mempunyai kelembapan yang cukup untuk memungkinkan tumbuh suburnya pohon pinus, ek, dan cypress.
Sampai belakangan ini kekurangan air merupakan masalah serius di Siprus. Mata air menjadi demikian berharga sehingga sebuah mata air mungkin dimiliki oleh lusinan orang-biasanya anggota satu keluarga-dan hak-hak untuk menggunakan air sering diperjual-belikan.
Suatu keluarga mungkin membeli satu jam dari pemilik sebuah mata air dan satu jam lainnya dari pemilik lain sehingga memperoleh cukup air untuk hidup. Sejak tahun 1960 suatu program pembangunan waduk secara besar-besaran telah membantu mengatasi masalah air di Siprus.
Siprus pada pokoknya adalah negara agraris. Kira-kira separuh rakyatnya bercocok tanam di lahan mereka yang kecil untuk hidup mereka sehingga sebagian besar lahan di pulau ini diolah dan ditanami.
Meskipun sebagian besar lahan di pulau ini berupa batu karang yang tandus, tetap terdapat pemandangan yang sangat indah di daerah yang diolah itu dan juga di banyak daerah tempat bunga-bunga liar tumbuh dengan subur.
Pohon carob raksasa; hutan pohon zaitun, lemon, jeruk, dan buah anggur; serta ladang-ladang jewawut memenuhi pemandangan alam. Di musim semi, yang datang lebih awal di tanah yang hangat ini, terdapat petak-petak lahan yang sangat indah penuh dengan pohon ceri, badam, aprikot, buah selai, dan persik yang sedang berbunga.
Ekonomi
Di zaman’purba Siprus kaya akan bahan mineral. Logamnya yang paling penting, yaitu tembaga, merupakan mineral yang sangat dibutuhkan seperti uranium dan plutonium dewasa ini. Bahasa Latin untuk tembaga (cuprum) pertama kali dipakai untuk menamai tembaga yang ditemukan di negeri ini.
Sekarang sebagian besar endapan logam ditemukan di Pegunungan Troodos. Pirit besi, pirit tembaga, dan krom merupakan sumber mineral utama dewasa ini. Akan tetapi, kecuali asbes, mineral itu cepat berkurang dan mungkin akan habis dalam dasawarsa mendatang.
Walaupun Siprus tidak memiliki industri berat, di sana terdapat sedikit pemanufakturan. Misalnya, pabrik semen dan pengalengan buah. Kebun anggur di pulau ini menjamin sediaan buah anggur untuk para pengusaha minuman anggur tempatan. Bir dan minuman lain juga diproduksi.
Ada pula industri rumah kecil-kecilan pembuatan renda, barang tembikar, sulaman, dan kancing baju. Penduduk Siprus harus mengimpor mesin, bahan bakar, daging, kain, dan obat-obatan. Mereka menemui kesulitan dalam membayar barang-barang impor ini dengan devisa dari ekspor mineral, buah-buahan dan hasil pertanian lain, serta anggur mereka. Oleh sebab itu, mereka berharap bahwa turisme akan memberikan penghasilan yang cukup untuk menutupi defisit perdagangan tersebut.
Siprus memiliki banyak faktor untuk menarik turis. Iklimnya kering dan sehat, dengan sinar matahari hampir sepanjang tahun. Di sana terdapat banyak pantai indah di sepanjang garis pantai di sebelah utara dan selatan pulau ini, sedangkan pemandangannya amat mengagumkan. Hotel-hotel sudah dibangun, pantai sudah diperbaiki, dan tempat-tempat bersejarah telah dibuat lebih terjangkau. Namun, turisme menjadi berkurang sejak meningkatnya kekerasan pada tahun 1970an.
Nikosia, Ibu Kota, dan Kota Lain
Nikosia, ibu kota dan kota terbesar Siprus, terletak di bagian pulau yang berbahasa Yunani. Kota ini merupakan pusat ekonomi, kebudayaan, politik dan suatu oasis modern di tengah-tengah daratan Messaoria, yang tidak memiliki pusat perkotaan lain. Semua kota penting lainnya terletak di pantai.
Limassol dan Famagusta, yang terletak di pantai selatan dan tenggara, adalah kota terbesar kedua dan ketiga Siprus. Keduanya mempunyai pelabuhan alam yang indah. Famagusta, kota yang penuh dengan tempat bersejarah yang menarik, diduga merupakan tempat yang dipilih oleh Shakespeare sebagai latar drama OthelIo.
Kota itu, yang sejarahnya dimulai pada abad ke-3 sebelum Masehi, adalah ibu kota Siprus di bawah pemerintahan bangsa Venesia selama abad ke-15 dan ke-16. Kota ini mengandung puing-puing benteng dan istana Venesia Abad Pertengahan. Pemandangan kota ini didominasi oleh Katedral Gotik St. Nicolas, yang pembangunannya
dimulai pada abad ke-15 dan sekarang dipergunakan sebagai masjid. Selama Perang Dunia ll, Famagusta, yang menjadi pangkalan angkatan laut Inggris, mengalami pengeboman berat.
Sejarah Siprus
Sejarah paling awal Siprus sudah hilang, tetapi penggalian-penggalian membuktikan adanya budaya Zaman Batu. Orang Yunani pertama muncul di sekitar tahun 1500 sebelum Masehi dan, sejak saat itu, tampak menjadi tanah Yunani. Orang Funisia tiba di di negeri ini sekitar tahun 800 sebelum Masehi.
Kemudian secara berturut-turut penduduk takluk di bawah kekuasaan bangsa Assiria, Mesir, dan Persia. Iskandar yang Agung membuat Yunani kembali menguasai negeri ini selama 10 tahun, tetapi pada saat kematiannya pada tahun 323 sebelum Masehi menjadi tanah jajahan Mesir. Pada tahun 58 sebelum Masehi, negeri ini menjadi koloni Romawi.
Ketika Kekaisaran Romawi terbagi menjadi dua bagian, Siprus termasuk bagian Kekaisaran Timur atau Kekaisaran Bizantium. Selama waktu itu, wilayah ini sering diserbu oleh umat Islam dari Timur Tengah dan Afrika Utara.
Pada tahun 1191 Richard | dari lnggris (Richard Hati Singa), dalam perjalanannya ke Tanah Suci sebagai pemimpin Perang Salib Ill, menduduki Siprus dan memberikannya kepada Guy de Lusignan, seorang bangsawan Prancis.
Keluarga Lusignan memerintah selama 300 tahun sampai abad ke-15, ketika Venesia mulai menguasainya. Bangsa Venesia berkuasa selama 82 tahun dan lalu diganti oleh bangsa Turki, yang berkuasa selama 300 tahun. Dalam periode inilah orang Turki berimigrasi ke Siprus.
Pada Kongres Berlin tahun 1878, Turki menyerahterimakan pemerintahan pulau ini kepada Kerajaan Inggris sebagai pengganti perlindungan yang diberikan oleh Inggris kepada Turki.
Pada tahun 1914, ketika Turki berperang melawan Inggris. Inggris secara resmi mengambil Siprus sebagai bagian Kerajaan Inggris. Selama perang ini dan selama Perang Dunia II, wilayah ini merupakan pangkalan Angkatan Laut yang penting.
Siprus Modern
Selama bagian terbesar abad ke-20 terjadi suatu pergerakan kuat di negeri ini untuk bergabung dengan Yunani. Mayoritas penduduk menganggap Yunani sebagai tanah tumpah darah mereka karena negara ini memberi mereka bahasa dan agama.
Selama bertahun-tahun Gereja Ortodoks Yunani di negeri ini sudah menjalin hubungan dengan pemerintah dan mendukung penyatuan Siprus dengan Yunani. Selama pendudukan yang lama oleh bangsa Turki, bangsa Yunani dan bahkan pemerintah setempat diperkenankan untuk berjalan terus, sedangkan Uskup Agung Ortodoks Yunani menjadi tokoh pemersatu rakyat.
Suatu gerakan bawah tanah penduduk Siprus keturunan Yunani, yang dikenal sebagai EOKA, memulai kampanye gerilya menentang Inggris selama tahun 1950an. Hal ini menjadi ancaman terhadap stabilitas pada tahun 1955 dan 4 tahun berikutnya ditandai oleh tindakan-tindakan kekerasan yang makin serius.
Masyarakat Turki, dalam menentang gerakan kaum Yunani untuk enosis, juga terpaksa menggunakan kekerasan sehingga timbul ketegangan antara Yunani, Turki, dan Kerajaan Inggris. Pada tahun 1960 Inggris memberikan kemerdekaan kepada Siprus.
Sebagian terbesar penduduk lebih suka bergabung dengan Yunani, tetapi perjanjian yang ditandatangani oleh Yunani, Kerajaan Serikat, Turki, dan para pemimpin masyarakat Siprus keturunan Yunani dan Turki melarang enosis dan juga melarang pembagian Siprus menjadi sektor Yunani dan Turki. Inggris tetap menguasai pangkalan militer mereka.
Undang-undang dasar mereka menentukan bahwa presiden Siprus adalah keturunan Yunani dan dipilih oleh orang-orang keturunan Yunani, sedangkan wakil presiden dipilih dari keturunan Turki oleh penduduk keturunan Turki. Pejabat-pejabat legislatif dan eksekutif dibagi dua-kira-kira 70% adalah keturunan Yunani dan 30% keturunan Turki. Uskup Agung Makarios III dipilih sebagai presiden.
Pada tahun 1963 timbul pertempuran sengit antara penduduk Siprus keturunan Yunani dan Turki tentang usul-usul perubahan undang-undang dasar. PBB berhasil mengadakan gencatan senjata dan giat dalam menjaga perdamaian.
Namun, golongan Turki menarik diri dari pemerintahan dan mengadakan pemerintahan mereka sendiri. Pada tahun 1967 terjadi bentrokan lagi antara dua masyarakat ini, tetapi setelah itu hubungan di antara mereka menjadi lebih baik, sampai tahun 1974.
Pada tahun 1974 angkatan bersenjata Siprus keturunan Yunani yang dipimpin oleh perwira-perwira angkatan bersenjata Yunani menggulingkan pemerintahan. Uskup Agung Makarios meninggalkan negara ini.
Turki, yang khawatir bahwa enosis menjadi alasan di belakang kup itu, mengirimkan pasukannya ke pulau ini. Angkatan bersenjata Turki melanjutkan aksi militer mereka sampai mereka menguasai bagian utara pulau ini. Rezim baru Siprus keturunan Yunani itu ternyata hanya berumur pendek dan Makarios kembali menjadi presiden.
Setelah Makarios meninggal pada tahun 1977, penggantinya menghadapi tugas untuk berusaha mengakhiri berlangsungnya pendudukan Turki. Penduduk Siprus keturunan Turki mendirikan Negara Federasi Turki di sebelah utara, yang tidak diakui oleh pemerintah pusat. Penduduk Siprus keturunan Turki menuntut dibentuknya federasi masyarakat Yunani dan Turki.
Walaupun pemerintah menyatakan menerima gagasan pembentukan federasi itu, pemerintah menolak tuntutan masyarakat Turki untuk menguasai 30% lahan. Pertikaian antara dua masyarakat keturunan pulau ini berjalan terus sampai pertengahan tahun 1980-an.
Diulas oleh:
ALFRED PERLES, Penyair dan pengarang
Editor: Sejarah Negara Com