Pada awal abad ke-19, Singapura merupakan pulau Asia Tenggara kecil tak penting yang penuh hutan dan paya. Namun, pada tahun 1819 seorang Inggris yang berpandangan jauh ke masa depan, bernama Sir Stamford Raffles, bertindak atas nama Perusahaan Hindia Timur Inggris, menyewa wilayah ini dari seorang pangeran Melayu dan mendirikan pusat perdagangan.
Menjelang akhir abad ke-19, pos perdagangan itu telah berkembang menjadi kota bandar yang makmur dan pulau itu merupakan kunci pos depan Kekaisaran Inggris. Singapura tetap di bawah kekuasaan Inggris hingga tahun 1963, ketika negeri itu bergabung ke dalam Federasi Malaysia.
Pada tahun 1965 Singapura meninggalkan federasi untuk mengikuti arah kemerdekaan sebagai salah satu negeri berdaulat terkecil di dunia. Dewasa ini, negara ini yang merupakan pusat keuangan Asia Tenggara, mempunyai salah satu standar hidup tertinggi di seluruh Asia.
Kunjungi Peta Singapura atau di google map
Geografi Singapura
Singapura terletak tepat di lepas pantai selatan Semenanjung Melayu, terpisah dari daratan oleh Selat Johor yang sempit. Pulau itu dihubungkan dengan daratan oleh sebuah jembatan tanggul.
Di sebelah selatan pulau terdapat Selat Singapura, yang memisahkan negeri ini dari beberapa pulau milik Indonesia. Panjang pulau negara ini adalah 42 km, sedangkan lebarnya 23 km.
Sebagian besar penduduk berdiam di Kota di ujung selatan pulau. Selebihnya tinggal di desa yang terpencar. Bagian pusat berbukit, tetapi kawasan pantainya rata. Iklim pulau itu panas, lembap, dan berhujan.
Ekonomi Singapura
Mulai dari masa Sir Stamford Raffles hingga kini, perdagangan adalah jiwa Singapura, yang merupakan bandar alih pengapalan besar. Barang-barang dari negeri Asia Tenggara yang lain mengalir melewati wilayah ini menuju Jepang, Eropa, dan Amerika Serikat.
Dari galangan dan dermaga padat Singapura kapal berlayar membawa karet, kopra, kayu gelondongan, rempahrempah, dan produk lain. Kapal lain membawa produk elektronika, minyak bumi olahan, dan barang industri serupa yang mencerminkan status negeri ini sebagai tempat manufaktur terpenting Asia Tenggara. Fasilitas gudang dan penanganan kapal dan muatan merupakan salah satu yang termodern di dunia. Banyak kapal mendapatkan reparasi besar di sini.
Untuk menyediakan pekerjaan bagi penduduknya yang semakin bertambah, pemerintah Singapura mendorong adanya aneka industrialisasi. Negeri itu mempunyai salah satu perbandingan yang paling tidak seimbang antara manufaktur dengan pertanian di seluruh Asia, sedangkan industrialisasinya adalah yang paling mantap di Asia Tenggara.
Karet dan timah dari Malaysia diolah, tetapi industri yang lebih baru meliputi penyulingan minyak dan pabrik pembuat produk asal dari minyak bumi, produk dan suku cadang elektronika, beraneka barang logam, perkakas pengangkutan, makanan dalam kaleng dan makanan beku, serta buku.
Impornya terutama adalah makanan, bahan mentah dari negeri tetangga, perkakas industri berat, dan beraneka barang manufaktur yang tidak efisien bagi negeri kecil untuk memproduksinya sendiri.
Singapura merupakan induk bank bagi banyak wilayah dan sekaligus tempat wisatawan yang populer. Walaupun sayuran kebun dibudidayakan secara lokal, sebagian besar beras dan sayuran diimpor, kebanyakan dari negeri tetangga.
Penduduk
Penduduk Singapura hanya sedikit ketika pulau ini diduduki oleh Inggris pada awal tahun 1.800-an. Sejak waktu itu jumlah penduduk berkembang dengan hebat sehingga sekarang telah melebihi 2.530.000 jiwa.
Kira-kira tiga perempat penduduk negara ini adalah keturunan Cina, terutama imigran yang berdiam di negeri ini sejak 150 tahun yang lalu. Penduduk Melayu asli yang sekarang jumlahnya kurang dari 375. 000 jiwa secara pasti jumlahnya dilebihi oleh Cina dan imigran lain.
Di sana juga banyak penduduk yang berlatar belakang India, yang bahasa utamanya adalah Tamil. Jumlah penduduk Eropa di negara ini sedikit dan pada umumnya bertutur dalam bahasa Inggris.
Sebagian besar Cina Singapura, dengan memegang teguh kepercayaan tradisional, menganut campuran antara keyakinan Kongfucu, Tao, dan Budha. Hampir seluruh orang Melayu adalah Muslim, sedangkan penduduk India terutama menganut agama Hindu. Penganut Kristen ada di antara semua kelompok suku bangsa.
Cara Hidup
Singapura menggabungkan tata cara Timur dan tata cara Barat dalam pola hidupnya. Kotanya menjadi tempat tinggal hampir setiap enam dari sepuluh penghuni pulau itu, merupakan suatu objek studi kontras itu. Gedung kantor tinggi dan apartemen modern berderet di jalan lebar, bersama dengan gedung bergaya Victoria yang populer seabad yang lalu.
Namun, sepanjang jalan samping, suasana menjadi lebih bersifat Asia. Di sini terdapat kedai dan toko kecil yang dijalankan oleh orang Cina, India, dan Melayu. Walaupun banyak orang mengenakan pakaian Barat, kita dapat juga melihat wanita India mengenakan sari dan yang lain mengenakan pakaian tradisional Cina dan Melayu.
Pelabuhan Singapura merupakan salah satu yang tersibuk di Asia. Beribu-ribu kapal samudra dan kapal muatan dari seluruh dunia berderet di bandar setiap tahun.
Bercampur dengan kapal itu terdapat perahu-perahu kayu Asia timur gaya Iama. Jung, sampan, dan perahu ikan berdesakan di tepi laut, merupakan kontras yang tajam dengan kapal uap modern. Hal ini bisa anda baca pada artikel: Singapura sebagai pelabuhan transito dunia
Baik budaya Eropa maupun budaya Asia tercerminkan dalam perpustakaan dan museum kota. Kota Singapura juga mempunyai kebun raya yang amat indah, orkes simfoni terkemuka, dan fasilitas cetak yang menghasilkan buku dan majalah bermutu.
Pendidikan
Pendidikan diberikan secara gratis dan anak-anak harus bersekolah selama 6 tahun. Dua pertiga siswa sekolah dasar meneruskan ke sekolah lanjutan dan hanya 10%’pergi ke sekolah tinggi yang berstandar tinggi.
Pengajaran diberikan dalam bahasa Cina, Inggris, Melayu, dan Tamil. Siswa terbaik mengambil dua bahasa (salah satunya adalah bahasa Inggris), Universitas Singapura menawarkan program studi yang bermutu.
Sejarah Singapura
Pada abad ke-13 dan ke-14 Singapura menjadi makmur sebagai pusat perdagangan. Namun, dengan dibangunnya bandar Malaka (sekarang termasuk Malaysia) pada awal abad ke-15, negeri ini kehilangan kedudukan pentingnya.
Menjelang saat Sir Stamford Raffles tiba pada abad ke-19, pulau itu pada hakekatnya tidak dihuni. Pos perdagangan yang dibangun oleh Raffles pada tahun 1819 tumbuh mantap dan pada tahun 1826 dipersatukan dengan Malaka serta Penang menjadi Permukiman Selat Malaka Inggris (yang menjadi koloni mahkota pada tahun 1867).
Pada tahun 1869, Terusan Suez dibuka, dengan demikian mempermudah perdagangan antara negara-negara Eropa dengan Asia. Karena letaknya di persimpangan jalan Asia Tenggara, maka sekali lagi wilayah ini mulai berkembang.
Pentingnya Singapura lebih dipertinggi pada abad ke-20 ketika Inggris membangun pangkalan angkatan laut dan udara yang besar di pulau tersebut. Namun, sekalipun pertahanannya dikerjakan secara teliti, kubu pulau itu jatuh ke tangan Jepang pada tahun 1942 dan didudukinya hingga akhir Perang Dunia II (1945).
Singapura diberi pemerintah swatantra intern oleh Inggris pada tahun 1959. Empat tahun kemudian, pada tahun 1963, wilayah ini bergabung dengan Persekutuan Tanah Melayu dan bekas jajahan Inggris di Kalimantan (Sarawak dan Sabah) membentuk negara baru Malaysia.
Namun, berbagai perbedaan penting timbul antara suku Melayu yang mendominasi Pemerintah Malaysia dan mayoritas Cina Singapura. Akibatnya, negeri ini meninggalkan federasi pada tahun 1965 untuk menjadi negara merdeka yang berdiri sendiri.
Pemerintahan
Republik Singapura mempunyai presiden sebagai kepala negara. Pemerintahan dipimpin oleh perdana menteri, yang mengetuai kabinet sebelas anggota. Perdana menteri adalah juga pemimpin partai politik besar negeri itu Partai Aksi Rakyat.
Para anggota legislatif tunggal dipilih oleh pemilihan umum. Pada tahun 1959, ketika dimulai pemerintah swatantra, seorang Cina kelahiran Singapura bernama Lee Kuan Yew memegang pemerintahan pulau itu. Ia menjadi perdana menteri pertama negeri itu pada tahun 1965.
Di bawah pimpinan Lee, Singapura menjadi salah satu bangsa termaju di Asia. Pada tahun 1980-an angkatan yang lebih muda mengganti para menteri angkatan tua dalam pemerintahan karena hendak mengembangkan bakat dan gagasan baru guna melanjutkan kemajuannya.
Diulas oleh: RICHARD BUTWELL, Universitas Negeri Kalifornia, Bukit Dominguez
Editor: Sejarah Negara Com