Sejarah Negara Com – Melanjutkan pembahasan Misteri mumi es tidur 5.300 tahun, mungkin anda kemudian bertanya Siapakah sebenarnya mumi misterius Similaun? Sebuah sejarah manusia yang patut kita bicarakan, mengapa mayat manusia sanggup bertahan ribuan tahun. Berikut ulasannya.
Setelah diketahui saat kematiannya, pertanyaan selanjutnya dilontarkan untuk mendeteksi jati diri si mumi. Para detektif, ahli metalurgi kuno, mikrobiolog, ahli museum dan sejarah mulai melacak informasi tambahan lewat senjata dan pakaian yang dikenakan mumi tersebut.
Dari tumpukan kulit dan belulang, ahli forensik Manfred Wittig dari dinas kriminal Jerman, menemukan beberapa ribu helai rambut dan jenggot dengan warna kategori Y. Itu artinya bahwa mumi yang kepalanya botak tersebut tadinya mempunyai rambut hitam berombak.
Dari sisa kulit pakaiannya, manusia es ini diduga mengenakan pakaian survival prasejarah: sebuah anorak (semacam jaket tahan angin) yang diisi rumput. Anorak tersebut terbuat dari kulit empat persegi dalam gaya patchwork, dijahit benang rumput dan tali busur satu persatu oleh tangan-tangan terampil.
Menurut pengamatan ahli museum Markus Egg, kepala museum sentral Romawi dan Germania di Mainz, beberapa sisi pakaian itu sudah ditambal sendiri. Tampaknya si pemilik pakaian kulit ini harus menambal sendiri bajunya.
Dari usaha penambalan tersebut, manusia es yang disebut Otzi ini diduga juga sebagai seorang gembala yang siang hari menggembalakan domba atau kambing, malamnya di sekitar api unggun di perkemahan ia memperbaiki perlengkapannya.
Dari usaha penambalan tersebut, manusia es yang disebut Otzi ini diduga juga sebagai seorang gembala yang siang hari menggembalakan domba atau kambing, malamnya di sekitar api unggun di perkemahan ia memperbaiki perlengkapannya.
Menurut ahli gletser dari Innsbruck Gernot Patzelt, sudah dari zaman dahulu terdapat kawanan domba dan kambing di Lembah Otz di Pegunungan Alpen. Ahli itu menemukan tepung sari tanaman-tanaman yang membuktikan bahwa di daerah itu sudah menjadi daerah rerumputan dan peternakan sampai di ketinggian 2.900 m.
Skenario ini sekaligus menunjukkan dia seorang pemberani. Jika tidak, mana mungkin mayatnya ditemukan di padang es Pegunungan Alpen yang tinggi. Bahkan menurut para ahli sejarah, ia seorang yang sigap bergerak dengan sepatu kulit berlapis rumput (standar sekarang ukuran 38) menyusuri gletser salju yang keras.
Tampaknya kala itu ia dalam keadaan tergesa-gesa, musim dingin menjelang. Tak ada indikasi jelas apakah dikejutkan oleh naiknya suhu atau kemudian kesasar ketika sedang mencari binatang gembalaannya yang tersesat. Yang jelas, perjalanannya berakhir dalam bencana. Di ketinggian 3.210 m penjelajah gletser itu menemui kematian.
Kontroversi mumi Similaun si manusia gletser
Kontroversi tentang jati diri mayat ini masih terus berlanjut. Spekulasi tentang siapa dia bertambah dengan pendapat para ahli yang mengatakan bisa jadi si mumi ini seorang pemburu atau mungkin juga seorang saman alias dukun arai Alpen.
Hipotesis yang mengatakan dia seorang pemburu didasarkan pada data penemuan tali-temali yang dibawanya, serta 14 anak panah di dinding dalam palung tanah, tempat ia berlindung. Anak panah tersebut diletakkan dalam kantung kulit yang diperkuat dengan batang pohon kemiri sebesar ibu jari.
Anak panahnya ada yang dihiasi dengan bulu burung elang dan ujungnya berupa batu api. Busur yang kasar dengan panjang 1,80 m, dan jarak tembak mematikan 30 m, terbuat dari batang kayu cemara gunung. Tetakan untuk tali simpul juga tidak ada.
Sebagai seorang pemburu, ia bisa memanah kelinci salju, ayam hutan, kambing gunung, dan rusa hutan. Bahkan binatang yang besar sekalipun yang berkeliaran di daerah Alpen. Hal itu terbukti dari penemuan tulang belulangnya.
Namun, jika melihat isi tempat anak panah lewat alat rontgen, maka didapat hasil bahwa: pria gletser tersebut membawa serta set alat-alat reparasi. Empat buah ujung anak panah cadangan terbuat dari tulang dan batu api, serta sebuah tali busur kasa yang diletakkan dalam kantung. Di saku ikat pinggangnya ditemukan alat perekat prasejarah.
Menurut Prof. Spindler, perekat itu berasal dari akar pohon birken yang dimasak dan digunakan untuk melekatkan bulu elang ke anak panah. Dengan perkakas yang demikian, Otzi mengasah senjatanya.
Senjata yang belum selesai itu cocok dengan pendapat bahwa ia seorang dukun, demikian menurut Prof Andreas Lippert, ahli prasejarah dari Wina. Berdasarkan pandangan etnologi masyarakat animisme, itu senjata aneh yang digunakan dalam perang melawan roh jahat.
Untuk melawan roh jahat digunakan juga tato yang mengandung unsur mistik dan magis di kulit. Tato berbentuk semacam tali kecil menghiasi pergelangan tangan. Sedangkan di lutut ada salib kecil, dan di punggung ada sepuluh garis biru hitam. Alat pewarna tato terbuat dari arang.
Jimat juga menjadi perhiasan yang dipakai seorang dukun: sebuah batu pipih yang dilubangi dan digantungkan pada seutas tali kulit. Menurut ahli antropologi dari Austria, Hans Haid, telah ditemukan tempat ibadah prasejarah tidak jauh dari kubur manusia es.
Petunjuk terbaru tentang hipotesis dukun dikemukakan oleh Dr. Reinhold Poder dari universitas di Innsbruck. Sebenarnya para peneliti pada institut mikrobiologi hanya ingin meneliti geretan sederhana yang terbuat dari jamur pohon kering yang dipukul-pukul sampai keluar apinya.
Namun, para ahli mikrobologi mengungkapkan bahwa dua butir jamur pohon yang ditemukan di Otzi bukan untuk membuat api. Jamur sebesar gundu itu untuk membuat orang fly, demikian menurut Dr. Poder mengenai jamur sebesar gundu yang berasal dari pohon cemara (larix) dan birken (betula).
Penemuan sejenis obat bius zaman batu ini membuat sensasi di kalangan peneliti Otzi. Soalnya, dalam literatur khusus disebutkan bahwa obat fly dari jamur pohon macam ini dipakai sepanjang masa oleh semua budaya. Pada suku bangsa primitif, jamur tersebut juga digunakan para dukun sebagai obat bius.
Artikel mumi Similaun lainnya
Masih penasaran dengan mumi Similaun si manusia es?
Silahkan baca juga artikel yang berkaitan dengan mumi otzi pada tautan di bawah ini: