Senjata Tradisional Yogyakarta Beserta Penjelasannya – Setiap daerah di Nusantara memiliki senjata tradisional, begitu juga dengan Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada umumnya, keris dikenal sebagai senjata tradisional Yogyakarta. Sebenarnya, tidak sebatas keris. Ada beberapa jenis senjata adat Jogja yang tidak diketahui banyak orang.
Nama Senjata Tradisional Yogyakarta
Senjata tradisional tersebut antara lain : Keris, Tombak, Patrem, Wedhung, Condroso, Cangah, Cangkol, Badhil, Thulup, dan Pintheng. Penjelasan selengkapnya silakan menyimak uraian berikut ini.
1. Keris
Di antara keris-keris pusaka Kraton Yogyakarta yang menduduki tempat terpenting adalah kanjeng Kyai Ageng Kopek. Keris ini hanya boleh dikenakan oleh sultan sendiri, lambang perannya sebagai pemimpin rohani dan duniawi. Menurut tradisi keris ini dibuat pada masa kerajaan Demak dan pernah dimiliki oleh Sunan Kalijaga.
Selain itu ada keris Kangjeng Kyai Joko Piturun yang hanya boleh dikenakan oleh putra mahkota, sedang Kangjeng Kyai Toyatinaban adalah keris yang dikenakan oleh Gusti Pangeran Harya Hangabehi, putra lelaki tertua Sultan. Keris Kangjeng Kyai Purboniat hanya boleh dikenakan oleh patih Danureja.
Baca juga Senjata Tradisional Jawa Barat Lengkap
2. Tombak
Di Kraton Yogyakarta diketahui ada beragam jenis tombak yang bentuk mata tombaknya bervariasi. Ada yang bercabang 3, ada pula yang seperti kudi, ada yang seperti cakra, dan ada pula yang berbentuk konvensional.
Diantara tombak-tombak pusaka kagungan dalem yang dipandang istimewa adalah Kangjeng Kyai Ageng Plered. Tombak ini sudah ada di lingkungan kraton Mataram-Islam sejak pemerintahan Panembahan Senopati.
Jenis Tombak Yogyakarta
Jenis-jenis tombak atau tumbak yang pernah dikenal dalam tradisi Kraton Yogyakarta antara lain sebagai berikut:
- Tumbak, senjata panjang yang ujungnya terbuat dari besi/baja tajam, panjang lebih kurang 2 meter.
- Tumbak Larakan, senjata panjang lebih kurang 2,5-3 meter, membawanya dilarak
- Talempak, tumbak pendek kurang lebih 1,5 meter
- Trisula, tumbak panjang dengan ujung tajamnya bermata 3
- Canggah, tumbak panjang kurang lebih 3 meter dengan ujung tajamnya 2 mata lengkung
- Lawung, tumbak tumpul empuk, hanya untuk latihan perang.
3. Patrem
Dalam bahasa jawa yang baku, kata Paterm dipakai untuk menyebutkan keris dengan bilah versi kecil, bisa berbentuk lurus atau luk. Ada yang menggunakan gendik naga, singa atau kikik. Untuk mengenalnya secara mudah bisa diukur dengan menggunakan jari tangan.
Bila ada keris yang ukuran panjangnya selebar rentangan unung ibu jari dan ujung jari kelingking, maka bisa dipastikan itu adalah Patrem. Atau dengan ukuran sekarang sekitar 20 cm. Fungsi patrem sama dengan keris yaitu untuk menyerang musuh dalam jarak yang sangat dekat.
Baca juga Senjata Tradisional Lampung
4. Wedhung
Wedhung adalah senjata tradisional berbentuk seperti pisau tetapi ukurannya lebih besar. Pemakaian Wedhung sama dengan keris. Hanya saja, kalau keris biasanya diselipkan di belakang pinggang, namun senjata Wedhung ini diselipkan di muka. Walaupun, ada juga yang menggunakannya di samping badan.
Dalam tradisi Kraton Yogyakarta, Wedhung merupakan senjata ampilan bagi abdi dalem maupun keparak yang berpangkat lurah ke atas.
5. Condroso Yogyakarta
Condroso adalah senjata tradisional Yogyakarta ini berbentuk mirip tusuk konde. Walaupun sering diselipkan diantara konde, tetapi jangan menganggap remeh senjata yang unik ini. Senjata kecil yang berfungsi sebagai tusuk konde tersebut dapat mematikan, terutama merupakan senjata tikam yang dipakai pada saat lawan sedang dalam keadaan lengah.
Biasanya condrowoso dikenakan oleh kaum wanita yang ditugaskan sebagai mata-mata (telik sandi). Condrowoso diselipkan di sanggul dan dipakai sebagai senjata untuk membunuh pada saat lawannya lengah.
Baca juga Senjata Tradisional Betawi (DKI Jakarta)
6. Canggah Yogyakarta
Canggah merupakan salah satu senjata tradisional Yogyakarta yang berbentuk tombak tetapi memiliki dua mata tombak (dwisula). Prinsip kerja Canggah sama dengan tombak pada umumnya, tetapi biasanya mata tombak diarahkan ke leher lawan sehingga bisa berfungsi sebagai penjepit leher.
7. Cangkol Yogyakarta
Senjata ini menyerupai canggah. Cangkol sebenarnya sejenis tombak dengan bentuk mata tombaknya mirip kudha trancang. Prinsip kerja cangkol sama dengan canggah, tetapi ditambahkan dengan fungsi mengait leher lawan.
Pada zaman dahulu, canggah atau cangkol dipakai untuk menangkap perampok, pencuri dan penjahat lainnya.
8. Bandhil Yogyakarta
Bandhil disebut juga dengan umban pelempar batu. Ada 3 jenis Bandhil yaitu : Brubuh, Jauh, dan Lepas. Bandhil Brubuh pakai dalam pertempuran jarak dekat. Bandhil Brubuh berupa tali yang terbuat dari besi, dan pelurunya juga dari besi. Bandhil Jauh sama dengan Bandhil Brubuh, namun talinya terbuat dari anyaman serat-serat yang ulet, namun pelurunya tetap dari besi.
Bandhil Lepas juga mirip Bandhil Brubuh dan Jauh, hanya saja talinya dari tampar, dan pelurunya dari batu. Bandhil lepas bisa digunakan untuk pertempuran jarak jauh maupun jarak dekat.
9. Tulup Yogyakarta
Thulup/tulup adalah sarana untuk berburu. Tulup berbentuk bambu kecil dan agak panjang.
Cara penggunaannya dengan meniup lubang bambu, maka peluru yang terbuat dari tanah liat atau buah kecil akan melesat mengenai sasaran.
Daerah lain yang memiliki senjata tradisional tulup adalah Jawa Tengah dan Kalimantan Barat
10. Plintheng Yogyakarta
Plintheng juga merupakan alat untuk berburu binatang. Pegangan plintheng terbuat dari kayu, sedangkan talinya menggunakan sejenis karet (pentil).
Pada umumnya masyarakat Indonesia menyebut Plintheng dengan nama ketepel/ katepel.
Demikian pembahasan mengenai 10 Senjata Tradisional Yogyakarta Beserta Penjelasannya, semoga menambah pengetahuan kita tentang keunikan budaya Nusantara khususnya Senjata Tradisional Daerah Istimewa Yogyakarta.
Telusuri senjata tradisional lainnya