Senjata Tradisional NTB – Masyarakat suku Sasak, Bima dan Sumbawa memiliki berbagai jenis kebudayaan. Diantara karya budaya yang sampai saat ini masih akrab dengan kehidupan mereka adalah senjata adat.
Pada masa silam, senjata tradisional ini dibuat dengan maksud sebagai sarana untuk perlindungan diri baik dari serangan musuh maupun dari binatang buas, dan sebagian lainnya juga digunakan untuk berburu binatang untuk konsumsi.
Senjata adat NTB yang populer antara lain : Keris, Kelewang, Golok dan Tulup. Silakan menyimak uraian di bawah ini untuk mendapatkan pemahaman selengkapnya.
1. Keris
Masyarakat provinsi ini juga mengenal beberapa jenis keris sebagai senjata adat NTB. Namun, ada 2 jalur yang dilalui budaya keris masuk ke NTB, yaitu lintasan utara dari Bugis masuk ke NTB bagian timur, sedangkan lintasan Barat dari Bali ke Lombok.
Perbedaan keduanya terutama dari segi bentuk. Keris Lombok pada umumnya berukuran besar dan panjang, yaitu antara 58 cm – 71 cm. Sedangkan keris Sumbawa berukuran besar dan pendek, yaitu antara 34 cm – 51 cm. Sementara itu keris Jawa berukuran sedang, antara 49 cm – 51 cm.
Istilah Keris di lombok juga dikenal dengan sebutan Sampari, yaitu istilah lokal etnis Mbojo (Bima dan dompu) untuk Keris yang berada di wilayah pulau Sumbawa bagian timur. Tampilannya tetap mengadopsi dari asal muasal induk, yaitu khas jajaran keris Sulawesi.
Desain Keris NTB
Untuk variasi kayu, biasanya memasangkan dua jenis pilihan, pada angkup (yang menyerupai badan kapal phinisi) dan hulu menggunakan kayu kemuning, dengan tekstur yang lebih padat. Lalu pada gandar yang bercorak coklat gelap sejauh ini belum bisa diidentifikasi.
Tekstur kayu tidak sepadat kemuning, namun melihat tektur terdapat formasi belang seperti merujuk pada jenis kayu yang oleh komunitas Sulawesi dijuluki kayu Bawang.
Baca juga : Senjata Tradisional Bali
2. Kelewang
Klewang merupakan pedang khas tentara khusus kerajaan Lombok. Kelewang ini dibuat sekitar tahun 1700 – 1800 Masehi. Sebagaimana diungkap dalam buku “Keris Lombok” karangan Bapak Ir. Lalu Djelenga.
Masyarakat Lombok lebih sering menyebut pedang dengan nama Klewang. Julukan yang hampir sama bagi semua jenis pedang. Pasukan tentara kerajaan biasanya menyandang Kelewang di punggungnya.
Kelewang berbentuk bilah besi terhunus dengan lengkungan khas. Ujung mata kelewang meruncing pada sisi bilah bagian yang tajam. Pamor pada pangkal bilah sangat kontras dengan motif yang kian tampil cantik, terutama pada bagian tengah bilah hingga ujung. Rentang panjang bilah mencapai 50 cm.
Desain Kelewang NTB
Warangka Kelewang dibuat dari kayu hitam. Hal yang lazim seperti umumnya bahan warangka keris khas Lombok yang bersanding dengan kayu Berora Pelet yang memberi kesan tegas dan garang. namun masih bernuansa estetis dengan tambahan asesoris Ukiran motif minimalis hanya terdapat pada bagian hulu warangka.
3. Golok
Golok berbentuk pisau besar, merupakan salah satu senjata tradisional suku Sasak yang berasal dari Lombok, Nusa Tenggara Barat. Gagang golok terbuat dari tanduk ukir berbentuk seekor singa dengan detail ukiran yang mengagumkan.
Sarung Golok dibuat dari kayu berukir motif tradisional setempat. Tampak sekilas mirip pola ukiran tradisional Bali. Bilah golok ditempa dari baja putih tanpa pamor yang cukup tebal. Golok tradisional Lombok khusus untuk kalangan tertentu (bukan sebagai suvernir).
4. Tulup NTB
Tulup adalah senjata tradisional yang digunakan untuk berburu atau menyerang lawan dari jarak jauh. Tulup atau sumpit dipakai oleh beberapa suku yang tinggal di pedalaman Indonesia seperti di Kalimantan, Papua, Sumatra dan termasuk di Nusa Tenggara Barat.
Nenek Moyang suku sasak di Nusa Tenggara Barat, mengenal tulup sebagai sarana berburu binatang di hutan. Pemburu tradisional Sasak menganggap bahwa, selain sebagai senjata berburu, Tulup juga dianggap sebagai benda sakral atau keramat.
Tulup NTB Sakral
Hal di atas berdasarkan pemikiran mereka bahwa berburu merupakan mata pencaharian sedangkan Tulup adalah alat untuk mencari rezeki, dengan demikian Tulup perlu dihargai dan dihormati. Pensakralan pada Tulup mereka ekspresikan dalam bentuk pemberian doa atau jampi-jampi pada Tulup mereka.
Selain sebagai permohonan kepada Yang Kuasa, doa dan jampi-jampi dimaksudkan agar Tulup bisa menghasilkan banyak binatang buruan. Oleh karena itu tidak heran bila oleh beberapa pemburu, Tulup beserta ancar (peluru tulup) dan terontong (tempat menyimpan ancar) selalu digantung di atas tembok rumah-rumah mereka (Lalu Wiramaja et al., 1993).
Pada saat ini, beberapa kelompok masyarakat yang berdiam di dekat hutan, masih memakai Tulup untuk berburu. Hutan Lombok yang lebat dan banyaknya babi hutan dan kera yang berkeliaran di sana membuat praktik berburu ini masih diminati oleh beberapa penduduk.
Tetapi ketika pemerintah provinsi yang bekerjasama dengan Departemen Kehutanan melarang kera (lutung budeng atau trachypithecus auratus kohlbruggei) untuk dibunuh sebab hewan ini tergolong hewan yang dilindungi, jumlah pemburu tradisional semakin hilang.
Jenis Tulup Orang Sasak NTB
Tulup orang Sasak memiliki 3 bagian penting yaitu, gagang tulup, ancar (peluru tulup), dan terontong (tempat menyimpan ancar). Supaya binatang cepat mati, pada umumnya pada ancar (peluru tulup) diolesi racun yang berasal dari getah pohon tatar. Getah tersebut sangat manjur untuk membunuh binatang.
Binatang seperti kera bisa mati dalam waktu kira-kira 15-30 menit. Sedangkan babi membutuhkan waktu kira-kira 2 hari (Wiramaja et al., 1993). Pada saat berburu, ketiga komponen ini harus dibawa karena ketiganya saling melengkapi.
Bahan Baku Tulup NTB
Orang Sasak cukup mudah untuk memperoleh bahan-bahan yang dibutuhkan jika ingin membuat tulup. Hal ini disebabkan bahan-bahan ini sudah tersedia dan tumbuh di sekitar lingkungan tempat kediaman mereka.
Adapun bahan yang diperlukan untuk membuat tulup sebagai senjata adat NTB antara lain :
- Kayu meranti untuk membuat gagang tulup
- Pelepah pohon enau (pinang atau aren) untuk membuat batang dan mata ancar (peluru tulup)
- Getah pohon tatar untuk membuat racun
- Bambu untuk membuat terontong
Telusuri senjata tradisional lainnya