Bacharuddin Jusuf Habibie (B.J. Habibie) dilahirkan di Pare-pare pada tanggal 25 Juni 1936. Ayahnya bernama A.D. Habibie, bekas kepala jawatan pertanian Sulawesi Selatan. Ketika B.J. Habibie masih berusia 13 tahun ayahnya wafat. Habibie bersekolah SMA di Bandung dan melanjutkan pendidikan tingginya ke
Institut Teknologi Bandung (ITB).
Hanya setahun Habibie kuliah di ITB, ia mendapat bea siswa dari Technische Hochehule, Achen, Jennan. Ia lulus dengan predikat cum Laude untuk jurusan konstruksi pesawat terbang pada tahun 1960. Pada tahun 1965 ia meraih gelar Doctor Ing. dengan predikat summa cum laude.
Habibie kemudian bekerja di industri pesawat terbang Jerman, Messerschmítt Boelkow Blohm (MBB). Karier puncaknya adalah menjadi Wakil Presiden/Direktur Teknologi. Suatu prestasi Luar biasa yang dicapai orang di luar Jerman dalam industri pesawat terbang tersebut.
Prestasi internasional B.J. Habibie membuat Presiden Soeharto memanggilnya untuk kembali ke Indonesia pada tahun 1974. Selanjutnya ia ditunjuk untuk menduduki berbagai jabatan penting di Indonesia, di antaranya:
- Penasihat Presiden Republik Indonesia.
- Memimpin Divisi Advanced Technology Pertamina,
- Ketua Badan Penerapan dan Pengkajian Teknologi (BPPT),
- Menteri Negara Riset dan Teknologi selama 20 tahun (1978 – 1997),
- Direktur Utama PT. Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN).
- Direktur PT. PAL,
- Ketua lkatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI).
- Wakil Presiden.
Pada Kabinet Pembangunan VII, B.J. Habibie dilantik menjadi wakil presiden pada bulan Maret 1998. Hanya berselang 2 bulan kemudian terjadi krisis ekonomi yang berbuntut kerusuhan massal yang memaksa Soeharto meletakkan jabatannya selaku presiden.
Sejarah ini kami rangkum pada artikel: Kronologi reformasi indonesia tahun 1998
Bacharuddin Jusuf Habibie menggantikan Soeharto selaku presiden pada tanggal 21 Mei 1998.
Hanya sekitar 1 tahun 6 bulan Bacharuddin Jusuf Habibie menjadi presiden setelah pada tanggal 20 Oktober 1999 pertanggungjawabannya sebagai presiden ditolak oleh Sidang Umum MPR 1999. Habibie mundur dari dunia politik dan mendirikan sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang diberi nama Habibie Center.
Latar Belakang Keluarga BJ Habibie
Parepare, 25 Juni 1936 adalah tempat dan tanggal lahir BJ Habibie atau yang mempunyai nama lengkap Prof. DR (HC). Ing. Dr. Sc. Mult. Bacharuddin Jusuf Habibie. Beliau merupakan anak ke empat dari delapan bersaudara, orangtuanya bernama Alwi Abdul Jalil Habibie (Ayah) dan Raden Ajeng Tuti Marini Puspowordjojo (Ibu).
Ayah dari BJ Habibie adalah seorang ahli pertanian yang berasal dari etnis Gorontalo berdarah Bugis, dan ibunya beretnis Jawa yang merupakan anak dari spesialis mata di Yogya yang bernama Puspowardjojo.
Dari biografi BJ Habibie dapat diketahui bahwa beliau tumbuh dalam keluarga yang religious. Ayahnya, Alwi Abdul Jalil selalu membacakan ayat suci Al-qur’an setiap harinya. Bahkan Habibie sendiri mengatakan bahwa ia selalu merasa tenang apabila sang ayah membacakan Al-qur’an di hadapannya.
Dalam satu hari ayahnya biasa membacakan satu sampai dua juz. Dari kebiasaan tersebut tak heran apabila Habibie dapat membaca Al-qur’an dengan fasih pada usia 3 tahun.
Habibie kecil sangat gemar membaca dan olahraga menunggang Kuda. Karena kebiasaannya itu ia dikenal sangat cerdas ketika masih berada di sekolah dasar. Beliau harus kehilangan seorang ayah disaat usianya 14 tahun karena ayahnya terkena serangan jantung saat shalat Isya bersamanya pada tanggal 3 September 1950.
Setelah sang ayah meninggal, kemudian ibunya menjual rumah dan kendaraan lalu pindah ke Bandung bersama Habibie dan saudaranya. Di Bandung Habibie melanjutkan sekolah di Gouverments Middlebare School, di sekolah ini ia mulai terlihat prestasinya dan menjadi sosok favorit dikalangan siswa lainnya.
Masa-Masa Kuliah Di ITB Dan Jerman
Karena kegigihannya dan kecerdasannya, setelah lulus dari SMA pada tahun 1954 BJ Habibie melanjutkan pendidikannya di ITB (Institute Teknologi Bandung). Pada masa itu namanya masih Universitas Indonesia Bandung.
Beliau belajar Teknik Mesin di fakultas Teknik disana. Namun hanya beberapa bulan saja beliau menempuh pendidikan di ITB, karena pada saat itu beliau mendappatkan beasiswa dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk melanjutkan pendidikannya di Jerman.
Pada tahun 1955 sampai 1965 Habibie menempuh pendidikan di Jerman dengan mengambil spesialisasi konstruksi pesawat terbang (Teknik Penerbangan) di Rhein Westfalen Aachen Technisce Hochschule (RWTH).
Beliau mendapatkan beasiswa pada saat itu karena Pemerintahan Indonesia di bawah Presiden Soekarno sedang menjalankan program dengan membiayai ratusan siswa cerdas Indonesia untuk menimba ilmu di luar negeri.
Semasa kuliah di Jerman dijalani oleh Habibie dengan penuh perjuangan, karena pendidikan disana bukan hanya sebentar saja. Baginya musim liburan bukanlah untuk berlibur, melainkan mengisinya dengan ujian dan mencari uang untuk mencari buku untuk menunjang materi pendidikannya.
Setelah masa liburan berakhir kegiatannya hanya belajar dan kegiatan lainnya disampingkan oleh Habibie. Dalam biografi BJ Habibie diketahui bahwa berkat kerja kerasnya, beliau mendapatkan gelar Ing dari Technische Hochschule Jerman pada tahun 1960.
Gelar itu ia dapatkan dengan predikat Cumlaude (sempurna) dengan perolehan nilai rata – rata 9,5. Setelah mendapatkan gelar insinyur beliau bekerja di suatu industri kereta api Firma Talbot di Jerman.
Saat bekerja di perusahaan tersebut beliau dapat menyelesaikan permasalahan perusahaan Firma Talbot yang sedang membutuhkan sebuah wagon untuk mengangkut barang-barang ringan bervolume besar. Habibie memecahkan permasalahan tersebut dengan mengaplikasikan prinsip-prinsip kontruksi sayap pesawat terbang.
Setelah itu BJ Habibie melanjutkan kembali pendidikannya untuk gelar doktor di Technische Hochschule Die Facultaet Fuer Maschinenwesen Aachen. Beliau mendapatkan gelar doktornya pada tahun 1965, ia mendapat predikat Summa Cumlaude dengan nilai rata-rata 10.
Kehidupan Habibie Setelah Berkeluarga
Dari biografi BJ Habibie, kita juga dapat mengetahui kehidupan beliau setelah berkeluarga. BJ Habibie atau yang biasa disapa Rudy oleh teman temannya semasa pendidikan di Jerman, kemudian menikahi seorang wanita bernama Hasri Ainun Besari pada tanggal 12 Mei 1962.
Setelah beliau menikah, ia membawa istrinya untuk tinggal di Jerman. Dengan memboyong keluarganya untuk sama sama hidup di Jerman, maka perjuangan Habibie terasa lebih berat lagi.
Bahkan di pagi hari Habibie harus berjalan ke tempat kerjanya yang jauh untuk menghemat pengeluaran. Setelah bekerja, ia belajar pada malam hari untuk kuliahnya. Selain itu, istrinya Nyonya Hasri Ainun Habibie harus mengantri di tempat pencucian umum untuk mencuci baju demi menghemat pengeluaran keluarga. Dari pernikahannya ini Habibie dan Ainun di karuniai dua orang anak yang bernama Ilham Akbar dan Thareq Kemal.
Rumus Faktor Habibie
Yang menarik dari kisah inspiratif BJ Habibie adalah ditemukannya rumus untuk menghitung keretakan atau Crack propagation on random sampai ke atom oleh Habibie.
Untuk menghargai kecerdasannya dan kontribusinya, persamaan tersebut diberi dama Faktor Habibie. Tidak hanya itu, beliau juga dijuluki sebagai Mr. Crack oleh para spesialis penerbangan. Pada tahun 1967, beliau mendapatkan gelar Profesor Kehormatan atau Guru Besar di ITB (Insstitute Reknologi Bandung).
Tidak hanya itu BJ Habibie juga mendapatkan gelar tertinggi di ITB yaitu Ganesha Praja Manggala. Dengan segala kecerdasan yang dimilikinya, beliau mendapatkan banyak pengakuan dari Lembaga kelas internasional seperti.
Gesselschaft fuer Luft und Raumfahrt (Lembaga penerbangan Jerman), The Royal Aeronautical Society London dari Inggris, The Academie Nationale de l’Air et de l’Espace dari Francis, The Royal Swedish Academy of Engineering Sciences dari Swedia dan yang terakhir dari The US Academy of Engineering Amerika Serikat.
Selain pengakuan dari banyak Lembaga luar negeri, Habibie pun mendapatkan beberapa penghargaan bergengsi yaitu Edward Warner Award serta Award von Karman dimana penghargaan ini hampir setara penghargaan Hadiah Nobel. Selain itu Habibie juga peraih penghargaan Theodore van Karman Award yang bergengsi di Jerman.
Pulangnya Habibie Ke Indonesia
Setelah menempuh pendidikan 10 tahun di Jerman, Habibie pulang ke Indonesia memenuhi panggilan dari Presiden Indonesia, pada saat itu yang menjabat adalah Presiden Soeharto. Di Indonesia, Habibie ditunjuk sebagai Menteri Negara Ristek/ Kepala BPPT selama 20 tahun. Tak hanya itu, beliau juga memimpin perusahaan BUMN Industri Strategis selama 10 tahun.
Pada tahun 1995 beliau berhasil memimpin proyek pembuatan pesawat yang diberi nama N250 Gatot Kaca. Pesawat tersebut ialah peswat pertama buatan Indonesia.
Pesawat yang dirancang oleh Habibie selama 5 tahun itu merupakan pesawat satu satunya di dunia yang menggunakan teknologi Fly By Wire. Dengan teknologi tersebut, pesawat itu mampu terbang tanpa guncangan berlebihan. Bisa dibilang teknologi tersebut merupakan teknologi terdepan dan canggih pada masa itu.
Pada saat pesawat N250 Gatot Kaca mencapai masa jayanya dan selangkah lagi mendapatkan sertifikasi dari Federal Aviation Administration. Presiden Soeharto saat itu menghentikan industri PT. IPTN karena alas an krisis moneter.
Pada zamannya, PT. IPTN telah membangun parik di Eropa dan juga Amerika, namun sangat disayangkan hal itu harus terhenti dan terpaksa sebanyak 16.000 karyawan harus mencari pekerjaan ke luar negeri.
Pengangkatan Habibie Menjadi Presiden
Setelah ditutupnya PT. IPTN, BJ Habibie yang pada masa itu masih menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi diangkat menjadi wakil Presiden untuk mendampingi Presiden Soeharto pada tanggal 14 Maret 1998.
Setelah beberapa bulan menjabat sebagai wakil presiden, gejolak politik di Indonesia memanas. Presiden Soeharto yang telah menjabat puluhan tahun diminta untuk lengser oleh rakyat Indonesia. Setelah mencapai puncaknya, Presiden Soeharto mengundurkan diri pada tanggal 21 Mei 1998.
Lengsernya Presiden Soeharto dari jabatannya pada saat itu maka secara otomatis wakil Presiden BJ Habibie diangkat menjadi Presiden yang baru. Namun tak lama menjabat BJ Habibie pun dipaksa lengser setelah adanya sidang umum MPR tahun 1999. Hal itu dikarenakan lepasnya wilayah Timor Timur dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Meskipun hanya 1,5 tahun beliau menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia, Habibie tetap berusaha untuk mengembalikan kondisi negara. Beberapa keputusan yang diambilnya pada masa itu adalah lahirnya UU tentang Otonomi daerah. Kemudian beliau memberi kebebasan rakyat untuk beraspirasi sehingga Indonesia dapat membuat berbagai partai politik yang baru.
Selain itu mata uang Indonesia dapat ditekan dari 15 ribu rupiah per dolar menjadi dibawah 10 ribu saja. Beliau juga mampu melikuidasi bank yang bermasalah pada masa itu. Setelah lengser dari jabatan Presidennya, BJ Habibie menjadi rakyat biasa dan kembali bermukim di Jerman.
Setelah membaca Biografi BJ Habibie apakah kalian masih ragu untuk berkarya? Setiap pemuda dapat mengharumkan nama Indonesia dengan berkarya di kancah nasional ataupun internasional. Semoga artikel Biografi BJ Habibie ini bermanfaat untuk kita semua.
Baca lebih lanjut masa pemerintahan Habibie