Sejarah Ternate dan Tidore – Kesultanan Ternate dan Kesultanan Tidore adalah dua dari empat kesultanan Islam di Maluku. Dua kesultanan Islam lainnya adalah Kesultanan Bacan dan Kesultanan Jailolo.
Secara geografis, kedua kesultanan tersebut terletak di Kepulauan Maluku, antara Sulawesi dan Papua. Namun, bukan karena letaknya strategis yang membuat kedua kesultanan ini begitu penting dalam kancah aktivitas dan lalu-lintas perdagangan masa kolonial, melainkan karena posisinya sebagai penghasil rempah-rempah terbesar terutama cengkih dan pala, sehingga dijuluki The Spice Islands yang artinya Kepulauan rempah-rempah.
Rempah-rempah menjadi komoditas utama dalam dunia perdagangan di dunia saat itu, sehingga menarik minta bangsa-bangsa lain terutama Eropa, seperti Spanyol, Belanda, Portugis, Inggris, Belanda untuk datang ke Maluku.
Peta wilayah Kejayaan Ternate
Kesultanan Ternate dari tahun 1257 sampai sekarang
Kesultanan Ternate didirikan oleh Baab Mashur Malamo pada tahun 1257, berkuasa dari tahun 1257 sampai 1272. Malamo juga sekaligus menjadi raja (kolano) pertamanya. Kesultanan Ternate memiliki peran penting di kawasan timur Nusantara antara abad ke-13 hingga abad ke-17.
Awalnya, di Ternate terdapat empat kampung yang masing-masing dikepalai oleh seorang momole atau kepala marga. Merekalah yang pertama-tama mengadakan hubungan dengan para pedagang dari segala penjuru mencari rempah-rempah.
Penduduk Ternate semakin heterogen dengan bermukimnya pedagang Arab, Jawa, Melayu, dan Tionghoa. Oleh karena aktivitas perdagangan semakin ramai ditambah ancaman para perompak.
Hal ini membuat momole Guna, pemimpin Tobona memprakarsai musyawarah untuk membentuk organisasi yang lebih kuat serta mengangkat seorang pemimpin tunggal sebagai raja.
Tahun 1257 Momole Ciko pemimpin Sampalu terpilih dan diangkat menjadi Kolano (Raja pertama) dengan gelar Baab Mashur Malamo (1257-1272). Kerajaan Gapi berpusat di kampung Ternate, yang dalam perkembangan selanjutnya semakin besar dan ramai, sehingga oleh penduduk disebut juga sebagai Gam Lamo atau kampung besar (belakangan orang menyebutnya Gam Lamo dengan Gamalama).
Ternate sedemikian populer sehingga orang kemudian lebih suka menyebut Kesultanan Ternate dari pada Kesultanan Gapi.
Di masa-masa awal, suku Ternate dipimpin oleh para momole. Setelah membentuk kesultanan, jabatan pimpinan dipegang seorang raja yang disebut Kolano. Mulai pertengahan abad ke-15, Islam diadopsi secara total oelh Ternate dan penerapan syariat Islam diberlakukan.
Sultan Zainal Abidin meninggalkan gelar Kolano dan menggantinya dengan gelar Sultan. Para ulama menjadi figur penting dalam kesultanan. Pada masa kejayaannya wilayah kekuasaannya membentang mencakup Maluku, Sulawesi Utara, timur dan tengah, bagian selatan Kepulauan Filipina hingga Kepulauan Marshall di Pasifik.
Masa kejayaan ini bisa juga anda baca di artikel : Puncak kejayaan kerajaan Ternate
Kesultanan Tidore dari tahun 1322 akhir sampai abad 18
Kesultanan Tidore berpusat di Tidore, Maluku Utara. Berdiri pada tahun 1322, pada masa jayanya (sekitar abad ke-16 sampai abad ke-18) kesultanan ini menguasai sebagian besar Halmahera selatan, Pulau Buru, Ambon, dan banyak pulau di pesisir Papua Barat.
Raja pertama Tidore yang menggunakan gelar sultan adalah Caliati atau Jamaluddin yang memerintah dari tahun 1495-1512. Sebelumnya tidak terdapat catatan sejarah siapa raja yang berkuasa sebelum Caliati.
Sejarawan Belanda F.S.A. de Clercq mencatat pada tahun 1334 Tidore dipimpin oleh seorang yang bernama Hasan Syah.