Sejarah Eropa – Eropa bagi penghuni paling awalnya merupakan tempat yang tidak menarik. Sungai=sungai es yang besar masih menutupi sebagian besar daratan. Iklimnya tidak menyenangkan-dingin dan lembap dan hanya tumbuhan jenis tundra sajalah yang mungkin masih dijumpai pada sebagian besar daerah sebelah utara benua itu.
Para penduduk Eropa selama masa Paleolitik (zaman Batu Tua) sedikit sekali mengubah keadaan tanah. Bangsa-bangsa Eropa yang pertama ini hidup sebagai pengembara-berburu binatang, menangkap ikan, dan mengumpulkan makanan. Ketrampilan mereka sangat terbatas; sedangkan peralatan yang mereka pakai terbuat dari tulang, batu, dan batu api yang kasar dan tidak dipoles.
Setelah gletser menyurut, iklim lambat laun menjadi lebih menyedang sehingga tumbuhan Eropa mulai menyerupai tumbuhan yang tampak di benua itu sekarang ini. Arus pendatang, terutama dari timur, membawa ide-ide dan teknik-teknik baru, yang pelan-pelan menggantikan gaya hidup bangsa Eropa yang pertama.
Kebudayaan Asia baratdaya diperkirakan memasuki Eropa dengan menggunakan. 3 rute perjalanan-Laut Aegean; batas sungai MoravaVardar menuju dataran-dataran Donou; atau Selat Bosporus ke Donou muara.
Di antara sumbangan besar kaum pendatang yang masih dipertahankan adalah bahasa, perkakas, dan pengetahuan tentang cara hidup sebagai petani menetap. Bahasa Indo-Eropa yang merupakan nenek moyang bahasa-bahasa Eropa modern, kecuali bahasa Fin dan bahasa Hongaria mungkin juga masuk ke Eropa bersama para pendatang itu.
Pengetahuan bercocok tanam yang dikembangkan di India, Mesopotamia, dan Mesir menyebar dengan pelan-pelan. Hal ini menyebabkan terbentuknya masyarakat menetap, yang memakai peralatan untuk bercocok tanam dan mempersatukan sumber-sumber yang mereka dapat untuk pertahanan bersama.
Pengetahuan tentang berbagai sumber yang terjadi pada benua meningkat secara bertahap-berkisar dari timah Cornwall hingga tembaga Austria sehingga memungkinkan pembuatan alat pertanian dan alat pertahanan yang lebih baik. Banyak binatang, termasuk kuda, telah dijinakkan.
Kereta beroda dan perahu pun dibuat. Rute-rute perdagangan komoditi seperti gading, yang sangat berharga untuk perhiasan, mulai disebarluaskan ke luar benua-inilah perintis jaringan kereta api dan jalan raya dewasa ini.
Baca juga: Eropa Dalam Sejarah Panjangnya
Kunjungi di google map
Peradaban Lama dalam Sejarah Eropa
Kombinasi iklim yang agak sejuk dan kemiripan kebudayaan Timur yang telah berkembang lebih tinggi, telah menjadi stimulus bagi peradaban-peradaban Eropa yang besar, yang berkembang hingga ke timurlaut Laut Tengah.
Sejak kira-kira tahun 1600 hingga tahun 1400 sebelum Masehi, Peradaban Minoan di Pulau Kreta mendominasi bangsa Aegean. Bangsa Minoan, yang namanya mungkin berasal dari Minos, ulamaraja legendaris yang memerintah mereka, merupakan masyarakat petani, pelaut, pedagang, dan pengrajin.
Kebudayaan mereka terkenal karena menekankan keindahan dan keanggunan. Rumah-rumah warga yang kaya seringkali merupakan bangunan berlantai 5 dan memiliki teras-teras dan sumur-sumur pribadi.
Istana Minoan di Knossos diperhatikan orang bukan hanya karena keindahannya, melainkan juga karena sistem pemasangan pipa saluran airnya yang belum ada bandingannya hingga abad ke-19.
Baca juga: Apakah Eropa itu benua?
Peradaban Yunani Kuno di Eropa
Perkembangan bangsa Minoan mula-mula disejajari dan kemudian diungguli oleh bangsa Mycenae yang hidup berpusat di sekitar kota Mycenae di dataran utama Yunani sejak 1600 hingga 1200 sebelum Masehi.
Pemerintahan yang besar mengendalikan masyarakat yang organisasi dan seluk-beluknya diindikasikan dalam catatan pajak dan sensus penduduk yang masih utuh tersimpan, yang berisi rincian jenis pekerjaan mulai dari buruh pelabuhan hingga pembersih kamar mandi.
Meskipun banyak ornamen emas yang menunjukkan bahwa bangsa Mycenae menyukai kemewahan seperti halnya bangsa Minoan, segi karakter mereka yang lebih suram adalah kesukaan mereka untuk berperang.
Konflik mereka yang sangat terkenal, di bawah kepemimpinan raja mereka, Agamemnon, adalah terjadinya Perang Troya yang berlangsung selama 10 tahun. Perang ini adalah perang yang pertama kali tercatat dalam sejarah Eropa, yang kita kenal melalui karya sastra besar Eropa yang pertama, epik Homer, Iliad, yang digubah beberapa abad setelah perang usai.
Pada tahun-tahun antara 1200 dan 750 sebelum Masehi, kebudayaan Kreta dan Mycenae yang lebih tua sudah menghilang dan gelombang pendatang bangsa Doria berturut-turut datang dari utara mengambil alih semenanjung Yunani dan kepulauan-kepulauan di dekatnya.
Pengungsi-pengungsi yang berasal dari pendatang-pendatang Doria telah menemukan sebuah rumah di Athena, tempat kebudayaan kuno masih terawat. Dalam pergolakan yang diakibatkan oleh pendatang hanya unit politik yang terkecil mampu bertahan-yaitu negara kota yang pemerintahannya (baik pemerintahan tirani, aristokrasi, maupun pemerintahan yang kemudian disebut demokrasi) menggunakan suatu pengaruh yang besar terhadap perkembangan politik Eropa.
Di samping pembagian ke dalam ratusan unit, politik, Yunani dipersatukan oleh bahasa, abjad, dan awal filsafat politis mereka.
Tiap laki-laki dewasa bertanggung jawab atas kotanya dan kota tersebut sebaliknya bertanggung jawab melindungi warganya dengan hukum dan dengan angkatan bersenjata.
Anggur, zaitun, dan wol merupakan hasil utama dan merupakan dasar perdagangan Yunani. Namun, perang yang tetap berlangsung dan kurangnya lahan telah mengganggu bangsa Yunani, yang tidak mengetahui bagaimana menggilir hasil panen dan, oleh karena itu, sering mempunyai lahan tanah yang tidak ditanami.
Karena penduduknya menjadi semakin besar memenuhi lahan, maka penduduk baru mendiami daerah-daerah hingga ke pantai Laut Hitam, Sisilia, Massilia (Marseilles), dan Tarraco (Tarragona, Spanyol).
Benih-benih ide Eropa modern yang berdasarkan pemikiran Yunani dibawa ke Eropa oleh para pedagang Yunani yang menyusuri Sungai Rhone di sebelah utara Massilia dalam perjalanan dagang ke Gaul (sebagian besar Prancis modern dan Jerman Barat sekarang) dan mungkin juga Cornwall dan Irlandia.
Selama abad ke-5 sebelum Masehi, orang Athena dan Sparta mengembalikan bangsa Persia yang mengancam untuk menduduki tanah mereka. Kekalahan bangsa Persia pada tahun 480 sebelum Masehi menandai awal salah satu kemuliaan, walaupun singkat, momentum dalam sejarah manusia, yaitu zaman Keemasan Yunani, saat seni, kesusastraan, dan pemerintahan mencapai puncaknya yang sampai kini tak pernah dapat ditandingi.
Lalu persaingan yang tampak tak ada habis-habisnya antara kota-kota Sparta dan Athena menyebabkan Perang Peloponnesia, yang menandai berakhirnya Zaman Keemasan dan kekalahan Athena sebagai kekuatan yang besar.
Namun, selama abad berikutnya, hiduplah beberapa pemikir Yunani yang termasyhur sepanjang masa. Termasuk mereka adalah Socrates, muridnya Plato, dan muridnya lagi Aristoteles.
Baca selengkapnya: Tokoh Yunani Kuno yang bermanfaat bagi dunia
Aristoteles, yang ide-idenya mendominasi ilmu pengetahuan berabadabad berikutnya adalah guru pribadi Iskandar yang Agung, orang yang lebih suka bertindak daripada berpikir.
Akan tetapi, melalui lskandarlah, banyak gagasan orang Yunani meluas ke seluruh dunia dan diturunkan kepada kita. Pada tahun 336 sebelum Masehi, Iskandar memulai suatu program penaklukan yang dijalankan di seluruh Yunani dan menyeberangi Timur Tengah ke perbatasan India dan mencakup semua dataran sepanjang pantai timur Laut Tengah.
Di kota Iskandariah, yang didirikan Iskandar di Mesir, ide-ide bangsa Yunani terus-menerus dipelajari, sampai lama setelah kekaisaran Iskandar yang luas itu terpecah dan makin terpecah lagi.
Baca juga: Eropa dan Pengaruhnya Bagi Dunia Modern
Kebangkitan dan Keruntuhan Roma di Eropa
Setelah kematian Iskandar pada tahun 323 sebelum Masehi, pusat kekuatan politik bergerak ke arah barat menuju Italia, khususnya kota Roma. Roma dimulai sebagai kota yang merupakan transisi antara kota Yunani di bagian selatan dan daerah Etruskan di bagian utara.
Roma secara bertahap mendominasi seluruh semenanjung. Hal ini menyisihkan ancaman dari kekuasaan saingannya, Kartago, yaitu setelah Perang Punik (264-164 sebelum Masehi) dan, oleh karena itu, ditambahkanlah daerah-daerah Kartaginia di Sisilia, Spanyol, dan daerah-daerah Afrika Utara ke dalam perkembangan kekaisarannya sendiri
Ancaman yang berasal dari Masedonia dan bangsa Yunani telah dihadapi dengan campur tangan angkatan bersenjata dan segeralah Roma mempertahankan pos-pos terdepannya di sepanjang pantai timur Laut Adriatik.
Pada tahun 14 Masehi, Kekaisaran Romawi telah berkembang meliputi semua daerah ke utara hingga sepanjang Sungai Rhein dan Sungai Donou. Dengan cara ini, peradaban dunia Mediteran menjadi bagian dari struktur kehidupan bangsa Eropa.
Sebagai pemerintahan yang sangat terpusat, Roma mula-mula dikelola sebagai negara monarki, kemudian negara republik, pemerintahan militer, dan akhirnya, sejak tahun 27 sebelum Masehi, sebagai pemerintahan kekaisaran.
Selama 2 abad, sejak tahun 30 sebelum Masehi hingga tahun 193 Masehi, Roma memerintah daerah kekaisarannya yang luas dalam keadaan yang relatif damai. Ide-ide Creco-Roman, bahasa Latin, dan jaringan jalan yang efektif, telah dikombinasikan dengan tentara cadangan yang berjumlah besar, yang mampu mempersatukan bangsa-bangsa yang berbeda-seperti bangsa Belgia, Iberia, dan Briton.
Kesenian, kesusastraan, dan filsafat berkembang dengan subur. Ilmu pengetahuan-meliputi astronomi, geografi, dan kedokteran-berkembang lebih saksama. Kehidupan para birokrat dan pemilik tanah benar-benar mudah dan nyaman. Kehidupan para petani, budak, dan pengangguran, keras dan sukar.
Pemerintah mengalihkan perhatian rakyat dari kelaparan dan pemberontakan yang mungkin timbul dengan kebijakan roti dan sirkus gratis. Semua agama menawarkan ketenangan dalam periode pergolakan sosial, epidemi yang meluas, dan meluasnya gangguan dari penyerbuan bangsa barbar.
Agama yang paling terkenal, yang berkembang pada tahun-tahun terakhir Kekaisaran Romawi adalah agama Kristen. Sekelompok kecil pemeluk agama Kristen telah berkembang semakin membesar, meskipun mengalami penyiksaan, sehingga pada tahun 380 Masehi agama Kristen menjadi agama negara.
Baca juga: Penduduk Eropa yang Kompeks dan Asal Usulnya
Penyerbuan Bangsa Barbar yang Pertama di Eropa
Bangsa barbar telah menekan daerah Romawi sejak abad ke-4 Masehi. Pada tahun 330, Kaisar Konstantin memindahkan ibu kota kekaisaran ke Konstantinopel (sekarang Istambul) dengan harapan agar ia dapat melindungi daerah perbatasannya dari kota itu.
Pada tahun 395 Kaisar Theodosius memutuskan untuk membagi kekaisaran menjadi paroan timur dan paroan barat sehingga kerajaan dapat diatur dan dipertahankan dengan lebih mudah.
Di samping untuk mempertahankan Roma, tindakan ini dilakukan untuk membagi masyarakat Eropa ke dalam dua buah kam dengan tujuan agar kelak kita dapat menemukan bekas zaman tersebut.
Daripada satu kerajaan dengan kesatuan teritorial seluas kira-kira 10.000 mil, lebih baik membaginya menjadi dua kerajaan. Kerajaan Timur yang lebih kaya membentang sepanjang ujung Laut Tengah sebelah timur, berkebudayaan Yunani, dan akhirnya mengembangkan agama Kristen dengan ciri tersendiri.
Bagian barat yang lebih miskin merupakan. daerah yang kurang subur dan mengikuti bentuk peribadatan yang berbeda di bawah bimbingan uskup Romawi. Jadi, dasar kepercayaan yang telah mempersatukan masyarakat kini bercabang menjadi dua aliran.
Yang mendesak masuk ke dalam kerajaan yang terbagi dua ini adalah suku asli, Germanik, yang berpindah ke barat dan selatan memasuki daerah Romawi. Sebagian terserap menjadi orang Romawi sebagai anggota tentara, yang lainnya Sebagai budak, dan yang lainnya lagi menjadi petani.
Namun, suku-suku asli tidak seluruhnya ditarik menjadi bangsa Romawi dan, oleh karena kebutuhan akan lahan akibat pertumbuhan penduduk yang pesat, mereka memberontak.
Pada tahun 410, kota Roma diserbu, dirampok, dan dibakar. Hal yang tampak mustahil telah terjadi di kerajaan yang pernah kuat ini-kota yang selama 8 abad menunjukkan keteraturan dan peradaban telah jatuh.
Menjelang akhir abad ke-5 Masehi, Kekaisaran Romawi berakhir. Meskipun demikian, impian terhadap adanya negara besar yang bersatu tetap hidup dan julukan ”Kaisar Romawi” kemudian timbul kembali.
Baca juga: Bahasa dan Agama Penduduk Eropa
Awal Zaman Pertengahan Sejarah Eropa
Para ahli sejarah yang menulis pada abad ke-18 memandang sejarah Eropa sebagai perkembangan manusia yang terus-menerus ke arah kehidupan yang tinggi, yang ditandai dengan masyarakat yang beradab pada zamannya.
Periode penyerbuan bangsa barbar dengan perpindahan penduduk yang meresahkan, kesejahteraan yang kronis, dan pengabaian pengajaran klasik, terlihat pada abad ke-18 sebagai ”Zaman Suram”.
Enam abad setelah ”Zaman Suram” sering disebut Zaman Pertengahan, ungkapan yang terus dipakai meskipun tidak lagi menggambarkan zaman pertengahan sejarah manusia.
Umumnya Zaman Pertengahan, atau Zaman Kepercayaan, mengungkapkan era sejarah Eropa sejak kira-kira abad ke-8 sampai abad ke-14. Tahun-tahun ini mencerminkan akhir penyerbuan bangsa barbar, kemenangan umat Kristen sebagai suatu kekuatan yang terpadu, pembukaan dan penghunian daerah hutan dan lahan pinggiran, dan pendirian hampir semua kota dan kota besar di Eropa.
Benua Eropa hampir dihuni sepenuhnya sejak awal Zaman Pertengahan. Orang Bulgari menempati negara yang memakai nama mereka. Tanggal pendirian negara Hongaria ditemukan pada pendirian Kerajaan Magyar pada tahun 896.
Selama abad-abad sebelumnya bangsa Arab diilhami oleh ajaran-ajaran Nabi Muhammad, telah menaklukkan Spanyol dan mengancam perbatasan Prancis baratdaya. Vollkerwanderung adalah pergerakan suku asli Germanik meninggalkan bekas yang lama di Eropa.
Mereka menghancurkan Kerajaan Romawi sebelah barat. Sebagai gantinya, berdiri kerajaan yang berpencaran, yaitu Ostrogoth di muara Donou Italia utara, dan Gaul bagian selatan; pendudukan Prancis, bagian Jerman, Belgia, dan Belanda oleh bangsa Frank; dan pendudukan daerah dataran rendah Britania oleh bangsa Angle, Saxon, dan Jute; sedangkan suku Germanik lainnya, yaitu suku Vandal, menempati daerah sepanjang pantai Afrika Utara.
Dalam suatu periode yang benar-benar singkat, agama Kristen menyebar ke seluruh Eropa. Kesatuan politis yang sudah ditetapkan oleh pemerintah telah digantikan oleh gereja yang keimanan dan bahasanya-Latin-membentuk kesatuan spiritual yang baru.
Gereja memberikan standar nilai, sistem pemerintahan, dan mata rantai prestasi di masa lalu kepada Eropa. Para raja dari satuan politik yang baru dan uskup-uskup Gereja Romawi seringkali bekerja sama-raja-raja itu memperoleh kekuasaan karena mereka mengembangkan ajaran gereja pada bekas-bekas daerah yang menyembah berhala.
Di biara-biara tempat orang saleh melakukan ibadat dan belajar, lahirlah sebuah generasi guru baru.
Sejak awal berdirinya biara lrlandia, datanglah para biarawan memberikan khotbah keagamaan kepada bangsa Frank. Pada tahun 597 Paus Gregorius mengirimkan Agustinus ke Inggris dan .ia berhasil mengkristenkan rajanya beserta masyarakatnya.
Pada tahun 716 seorang biarawan Benedict dari Inggris bernama Boniface ditugaskan mengatur kembali dan memperkuat Gereja Frankis timur sehingga menjadi lebih erat dengan kepausan di Roma.
Keberhasilannya diakhiri dengan pengangkatan Pepin sebagai raja Frank ”dengan rakhmat Allah” oleh Paus pada tahun 751. Bukan saja raja telah disucikan dan diberkahi, tetapi dia juga berhutang budi untuk mempertahankan negara kepausan yang berkembang di Italia Tengah.
Raja dalam partisipasinya dapat meminta dukungan dari gereja sehingga terbentuklah persekutuan pertama antara kekuasaan dunia temporal dan dunia spiritual. Persekutuan ini bertugas menetapkan latar belakang kejadian-kejadian di abad mendatang.
Ketika anak Pepin, Charlemagne, dinobatkan sebagai raja Frank pada tahun 768, kehidupan sehari-hari di Eropa Barat sudah kembali mencapai stabilitas yang telah hilang akibat penyerbuan dan peperangan.
Lahan baru dibuka untuk ladang dan metode bercocok tanam yang sudah disempurnakan pun dikembangkan. Industri dan perdagangan juga berkembang. Charlemagne menambahkan unsur lain untuk mengubah suasana membangkitkan kembali ide Eropa bersatu secara politis.
Tentu saja banyak operasi militer antara Frank milik Charlemagne mengusir suku Avar ke luar Hongaria, suku Lombard ke luar negara kepausan, mengatur barisan di daerah timur (atau perbatasan) yang membentuk basis di negara Austria, merebut Barcelona dari kaum Muslimin, mempersatukan Jerman bagian barat dan menaklukkan bangsa Frisian di dataran rendah utara.
Pada tahun 800 Masehi, Charlemagne dinobatkan sebagai Kaisar Romawi oleh Paus. Dia membangun pemerintahan yang sangat teratur, mendirikan kembali lembaga pendidikan, dan memberikan dorongan kerja bagi para arsitek dan artis; Setelah’Charlanagne wafat pada tahun 814, kekaisarannya dipecah dan dibagi menjadi bagian yang kecil seperti yang terjadi dengan kekaisaran Iskandar yang Agung.
Kini tidak ada rintangan lagi bagi pejuang laut Skandinavia bangsa Viking untuk menyerbu Eropa Barat.
Baca juga: Gaya Hidup Orang Eropa
Bangsa Viking di Eropa
“Oh, Tuhan, lepaskanlah kami dari kemarahan orang Norse!” barangkali itulah doa yang dipanjatkan sebagian besar orang pada abad ke-9. Hal ini mencerminkan adanya teror terhadap penduduk Eropa Barat yang dilakukan berulang kali oleh pelaut Viking dari Skandinavia.
Mereka menyerang kota-kota yang terletak jauh dari negara mereka seperti Ca’diz di Spanyol, dan Pisa di Italia. Kerajaan Charlemagne yang telah tua, Bordeaux, Paris, Rheims, Rouen, Aachen, dan Cologne berulang kali dibakar dan dirampok.
Tidak ada yang dapat memastikan apa yang menyebabkan para pelaut ini membeludak meninggalkan negeri mereka di sepanjang pantai Skandinavia. Mungkin hal ini disebabkan oleh peledakan penduduk atau kehausan akan kekayaan dan kekuasaan yang menggerakkan mereka keluar dari negara mereka yang telah mereka bangun dengan megah, dengan mendayung perahu-perahu yang panjang.
Para nenek moyang bangsa Denmark, Norwegia, dan Swedia masa kini ikut merampas berbagai barang curian dan barang dagangan. Viking Denmark menjalankan perahu-perahu mereka ke dekat pantai Eropa dan ke Kepulauan Inggris.
Pada pertengahan abad ke-9 mereka memperkuat kedudukan di sepanjang muara Sungai Thames, Loire, dan Seine. Dari basis ini mereka dapat mengirimkan armada keluar daerah untuk mengepung London, Paris, dan kota-kota makmur lainnya. Secara bertahap, para penyerbu itu menetap di situ.
Nama Normandia di Prancis, misalnya mencerminkan bahwa daerah itu pernah didiami oleh bangsa Norse. (Bangsa ini adalah keturunan bangsa Norse yang menaklukkan Inggris pada tahun 1066).
Viking Norwegia dan Viking Swedia dengan bersemangat berlayar menjauhi basis-basis mereka di Skandinavia. Orang Norwegia menduduki Irlandia kira-kira 2 abad lamanya dan juga berhasil menjajah Faeroes, Hebrida, Orkney, Islandia, dan Tanah Hijau; dan kira-kira pada tahun 1000 mereka tiba di Amerika Utara.
Petualangan Viking Swedia ini masih diikuti maksud lain, yaitu untuk menaklukkan dan berdagang. Mereka berhasil menembus Rusia sebelah utara dari basis mereka di Laut Baltik dan kemudian berlayar ke selatan sepanjang Sungai Wolga dan Sungai Dnieper.
Dari perkampungan perdagangan mereka di Novgorod dan Kiev, mereka membawa pakaian yang terbuat dari bulu, batu amber, dan budak-budak untuk dijual kepada penduduk yang tinggal di kota-kota kaya yang terpencil, misalnya Konstantinopel.
Barang-barang berharga-seperti perak, rempah-rempah, dan kain brokat-yang mereka bawa kembali dari sudut-sudut terpencil dunia ini menyebabkan Viking Swedia berhubungan dagang dengan pedagang-pedagang dari Inggris, Prancis, dan Jerman yang telah maju.
Tahun-tahun penaklukan Viking, yang berlangsung selama tahun 800-1000 Masehi, membawa akibat yang berarti bagi Eropa. Salah satu akibat yang terpenting adalah adanya pelaut-pelaut yang tak takut menyeberangi lautan di luar Eropa utara.
Mereka membuka rute-rute perdagangan baru yang bersaing dan kemudian memudarkan perdagangan lokal cekung Mediteran. Viking Swedia, dengan menjadi penguasa di daerah mereka, membantu mendirikan negara Rusia yang pertama.
Kata Rusia diambil dari Roslagen, atau ”Tanah Ros”, daerah utara Stokholm tempat Viking Swedia berasal. Akhirnya, ancaman yang dilancarkan oleh perompak Viking terhadap pemerintahan yang terpencar-pencar dan tak bersatu, yang terdapat di benua itu menyebabkan pembentukan lembaga-lembaga yang lebih sempurna dalam menghadapi kenyataan atas perang dan perdamaian.
Baca juga: Geografi Eropa
Feodalisme dalam Sejarah Eropa
Eropa pada zaman perompak Viking telah terpecah menjadi ribuan masyarakat yang lemah. Unit-unit politik dasar merupakan desa-desa yang berkelompok di sekitar istana pangeran setempat atau di sekitar biara. Biara dan istana, keduanya, bertindak sebagai pelindung apabila perlu.
Orang-orang yang oleh Raja Inggris Raya abad ke-9 Alfred disebut sebagai “orang yang berdoa, orang yang berperang, dan orang yang bekerja”, terdiri atas tiga divisi besar masyarakat abad pertengahan awal.
Bencana yang disebabkan oleh penyerbuan ulang mengakibatkan berkembangnya sistem feodal. Sistem ini berdasarkan pertukaran tanah untuk dilindungi pada saat dibutuhkan.
Feodalisme didasarkan atas tanah pemberian tuan tanah disebut fief kepada vasal (kaki tangan)-nya. Sebagai imbalan fief itu, dia harus mengucapkan sumpah setia kepada tuan tanahnya.
Hal ini berarti bahwa seorang vasal dapat mendatangi sejumlah bangsawan tertentu untuk bertindak sebagai tentara tuan tanah. Luas tanah yang dikuasai seseorang dan jumlah bangsawan yang dilayaninya akan menentukan peringkat orang itu. Pengolah tanah yang benar-benar mengolah tanah membentuk dasar yang kuat dalam struktur masyarakat.
Mereka menganggap tuan tanah sebagai pelindung, bangsawan, dan orang yang dimuliakan. Prajurit yang terlatih .tersedia dalam sistem ini; perbaikan persenjataan, baju baja, dan pemakaian kavaleri; dan perkembangan kota-kota dengan pertahanan yang kuat membantu memberikan stabilitas terhadap Eropa.
Sistem feodalisme berlaku di sebagian besar benua Eropa hingga abad ke-14, ketika pada tuan tanah yang terbesar dan terkuat menunjuk diri mereka sendiri menjadi monarki yang turun-temurun.
Bekas-bekas struktur feodal, bagaimanapun, masih tetap tampak di beberapa daerah seperti Italia, Jerman, dan Rusia hingga abad ke-19. Raja-raja yang turun-temurun terdapat di mana-mana dan mendirikan angkatan bersenjata untuk memberikan respon yang jauh lebih efektif terhadap gangguan perang dan melindungi perdagangan yang berkembang pesat di kota-kota yang menjadi pusat perdagangan, pendidikan, dan kesenian.
Baca juga: Iklim Eropa
Abad Pertengahan Akhir di Eropa
Akhir penyerbuan dan pembagian Eropa menjadi unit-unit pemerintahan yang stabil yang dimulai pada abad ke-11 merupakan gejolak zaman modern. Dari Inggris hingga Rusia dan dari Norwegia hingga Italia, para pelopor bangsa modern telah bermunculan. Gereja di bawah petunjuk paus-paus yang terkemuka, memulai serangkaian pembaharuan untuk memperkuat dan memurnikan diri.
Dalam bidang kesenian yang berkembang dengan subur pada zaman itu telah dicerminkan dalam bangunan gereja yang besar berdekorasi amat indah. Pendidikan di sekolah dan universitas yang baru diperluas bagi orang awam dan juga bagi para rohaniwan.
Produktivitas pertanian yang meningkat, yang berdasarkan pada perputaran panen dan perbaikan-perbaikan teknologi seperti adanya bajak yang lebih berat yang ditarik oleh binatang yang berdaya amat besar, mulai memberikan surplus pangan sehingga membebaskan beberapa buruh tani untuk dapat bekerja sebagai pedagang di desa-desa sekitar.
Karena perkembangan perekonomian, pedesaan menjadi kota-kota kecil dan kota-kota kecil berkembang menjadi kota-kota besar. Paris, Rouen, Hamburg, Cologne, Venesia, Genoa, Florence, dan Pisa menjadi pusat-pusat perdagangan.
Tekstil wol dari Flanders, logam dari Bohemia, anggur dari Prancis, pedang dari Toledo, dan kulit dari Cordoba sudah diperdagangkan di pasar-pasar seluruh Eropa. Mev ningkatnya kesejahteraan para pedagang kota memberikan kekuatan politik yang cukup untuk membentuk kelas menengah yang baru, yang telah bebas menerima atau menolak peraturan tuan tanah.
Pemikiran baru tentang kemerdekaan dan martabat bagi setiap manusia telah menggoyahkan dasar-dasar masyarakat feodal yang kaku saat itu.
Baca juga: Ekonomi Eropa
Pengaruh dari Luar Eropa
Banyak faktor yang membentuk perdamaian dan kemakmuran relatif di Eropa dari abad ke-11 hingga abad ke-13 membebaskan bangsa-bangsa Eropa untuk melihat dunia luar.
Kekaisaran yang sangat kuat yang dibentuk oleh kaum Muslimin telah kehilangan kesatuannya sehingga penaklukan kembali Spanyol oleh para pahlawan Kristen, yang berlangsung berabad-abad lamanya, mulai dilancarkan. Di sebelah timur terdapat Kekaisaran Bizantium, atau Kekaisaran Romawi Timur.
Konstantinopel, ibu kota yang mempunyai kedudukan kuat, secara kultur terpisah dari kekaisaran Kristen bagian barat karena di timur terdapat Yunani dengan tradisinya dan karena para pemimpin gerejanya menolak mengakui supremasi Kepausan Katolik Roma.
Sejak kira-kira tahun 1000, Kekaisaran Bizantium mulai mengalami kemundurannya. Kekaisaran ini telah diserbu oleh kaum Muslimin dari Turki di sebelah timur dan oleh munculnya kekuatan dari negara-kota, seperti Venesia.
Ketika paus-paus Katolik Roma menghimpun bangsa-bangsa Eropa Barat untuk merebut kembali Tanah Suci dari kaum Muslimin, para pahlawan Perang Salib dengan mudah melintasi teritorial Bizantium (1097-1099, 1147-1148), dan pada tahun 1204 mereka merebut Konstantinopel.
Istana Bizantium kembali ke Konstantinopel pada tahun 1261, tetapi daerah yang dahulu pernah diperintah dan akhirnya ditaklukkan oleh bangsa Turki pada tahun 1453, merupakan sekumpulan negara yang benar-benar merdeka dan tidak merupakan kekaisaran yang bersatu.
Satu cabang masyarakat Kristen Ortodoks masih bertahan jauh di utara Konstantinopel di wilayah kepangeranan Rusia yang tercerai-berai dan kacau. Namun, kehidupan di negara mini Rusia yang terpencar-pencar ini berulangkali diserang kembali oleh penyerbu Nomadik dari timur.
Pada awal abad ke-13 bangsa Mongol dari Asia menjadikan hampir semua negeri Rusia tidak lebih sebagai pembayar upeti. Pengumpulan upeti adalah tugas para bangsawan tinggi Moskow, yang pelan-pelan mengembangkan kekuatan dan harga dirinya.
Pada akhir abad ke-15, Ivan III dari Moskow telah mempunyai kekuatan yang cukup untuk menghentikan pengiriman upeti, dan satu langkah yang berarti telah diambil melalui pembentukan kader-kader Rusia sebagai salah satu bangsa Eurasia yang utama.
Perang Salib di Eropa
Di sebelah barat, kekuasaan paus terus-menerus berkembang-suatu kenyataan yang dicerminkan dalam keberhasilan mereka mengendalikan kaisar-kaisar Romawi Suci merupakan respon yang dramatis dari seluruh benua Eropa terhadap seruan bagi kemerdekaan Tanah Suci dari orang-orang ”kafir” (yang dimaksud adalah kaum Muslimin).
Ribuan orang mengikuti jalan Salib dalam 9 Perang Salib yang terpisah-pisah antara abad ke-11 dan abad ke-14. Meskipun para prajurit Perang Salib berhasil membebaskan Yerusalem hanya dalam waktu kira-kira 100 tahun, para pejuang penziarah tanah suci mendapat sambutan yang berarti di Eropa.
Karena sebagian besar prajurit Perang Salib mengambil jalan yang merupakan rute menuju Tanah Suci, mereka melalui Konstantinopel, yang masih merupakan pusat kebudayaan dan kota terpenting di Eropa.
Pengaruh kebudayaan Bizantium kepada para prajurit Perang Salib yang buta huruf sangat besar. Hubungannya dengan orang Muslimin mempunyai pengaruh yang berarti dalam memperbaharui kembali ikatan-ikatan antara bangsa-bangsa Eropa dan peradaban nenek moyang Yunani mereka, yang telah dilestarikan oleh pengikut Nabi Muhammad.
Perang Salib mempunyai akibat lain yang berarti bagi Eropa. Uang yang diperlukan untuk perlengkapan dan mengangkut para prajurit Perang Salib ini telah diedarkan dalam bentuk kepingan logam mulia.
Jika uang tidak segera tersedia, transaksi dilakukan dalam bentuk kredit-yang merupakan perintis perbankan modern. Minat terhadap benda-benda yang baru, eksotik, yang digalakkan oleh penemuan para prajurit Perang Salib di Timur Tengah membantu dalam memajukan perdagangan dan perkembangan kelompok pedagang.
Campuran nasionalitas yang ditunjukkan dalam setiap Perang Salib mencerminkan Persatuan Kristen dan lahirnya kesadaran nasional. Orang-orang yang berasal dari ratusan tempat yang berbeda di Eropa, bersatu hanya karena agama, bersatu dan berjuang dalam Perang Salib.
Rasa perbedaan nasional yang timbul tidak dapat dihindari dan memberikan daya dorong yang kuat untuk mengembangkan monarki-monarki yang terpusat.
Prancis telah bersatu di bawah pemerintahan Saint Louis IX (1226-1270) dan memperkuat posisinya di benua dalam Perang Seratus Tahun (13371461 ), yang mengakhiri klaim Inggris terhadap Prancis.
Di Inggris sendiri, pemerintahan yang bersifat sangat terpusat telah dibentuk pada abad ke-11 oleh William si Penakluk. Ketika baron-baron memaksa Raja John untuk mencetuskan Magna Carta atau Piagam Besar pada tahun 1215, satu langkah penting telah diambil dalam evolusi monarki konstitusional Inggris yang khas.
Monarki-monarki di Skandinavia, Rusia, Austria, dan Hongaria juga dibentuk pada akhir Abad Pertengahan. Di bagian Eropa yang lain, pemerintahan yang kurang terpusat masih berjalan.
Jerman dan Italia telah ditakdirkan untuk tetap dibagi menjadi negara-negara kecil yang terpisah hingga abad ke-19. Raja-raja Spanyol tidak berhasil mengusir kaum Muslimin meninggalkan tanah mereka sehingga tidak mampu membentuk pemerintahan pusat hingga tahun 1492.
Pembahasan selengkapnya bisa anda baca di artikel: Sejarah Terjadinya Perang Salib
Kebangkitan Kembali dan Eksplorasi di Eropa
Dua pergerakan penting menandai berakhirnya Abad Pertengahan dan dimulainya zaman modern. Pergerakan ini adalah Kebangkitan Kembali (atau Renaisans), yaitu lahirnya kembali perhatian terhadap peradaban klasik, dan eksplorasi besar yang dilakukan oleh para pelaut Eropa.
Kebangkitan Kembali, yang dimulai di kota-kota perdagangan yang makmur di Italia sebelah utara pada abad ke-14, telah berkembang melintasi seluruh Eropa pada abad ke-16. Kebangkitan Kembali terpisah dari Abad Pertengahan karena orang benar-benar telah mengubah kebiasaan mereka dalam memandang dunia.
Pengaruh-pengaruh luar, seperti Perang Salib, yang dibarengi dengan perkembangan ekonomi Eropa, membuat manusia lebih ingin tahu tentang dirinya sendiri, kehidupan mereka di dunia ini, dan bumi sebagai keseluruhan.
Periode ini ditandai oleh usaha menghidupkan kembali pemikiran-pemikiran dan bentuk-bentuk klasik. Ada minat untuk mengembangkan kembali secara luas tulisan-tulisan para ahli filsafat kuno dan puisi-puisi kuno seperti pertunjukan Divine Comedy yang pernah dipertontonkan oleh penyair Italia, Dante.
Ada pula perkembangan yang hebat di bidang kesenian. Kesenian religius murni, yang berkembang subur pada Abad Pertengahan, telah digantikan oleh lukisan-lukisan realistik tentang kejadian sehari-hari dan manusia yang hidup sehari-hari.
Perkembangan gambar perspektif linear yang membentuk gambar 2 dimensi menjadi gambar 3 dimensi dianggap suatu sumbangan yang besar dari artis-artis masa Kebangkitan Kembali.
Tokoh kreatif seperti, Leonardo da Vinci, Michelangelo, Machiavelli, Shakespeare, Rabelais, Montaigne, dan Erasmus memberikan perspektif baru terhadap setiap fase kehidupan manusia.
Baca juga: Pemikiran Leonardo da Vinci
Melalui berbagai prestasi mereka, orang-orang ini memperoleh kemashyuran sebagai ”manusia-manusia universal” yang merupakan cita-cita bagi semua orang pada masa Kebangkitan Kembali karena menunjukkan prestasi tertinggi di dunia.
Sebagaimana Kebangkitan Kembali membuka cakrawala baru di bidang kesenian dan pikiran, maka perjalanan eksplorasi besar telah mengubah dengan cepat pengetahuan manusia tentang bumi.
Pelayaran di bawah bendera raja-raja utama di dunia perdagangan benua seperti Christopher Columbus (1451 -1506), Vasco de Gama (1469-1542), dan Ferdinand Magellan (1408?1521) membuka jalur-jalur lautan dunia dan menemukan Amerika serta rute-rute baru menuju Afrika dan Asia.
Kekayaan benua Afrika, Asia, dan Amerika pertama kali dilimpahkan ke Portugal dan Spanyol, menyebabkan mereka menjadi penguasa Eropa yang utama. Ketika Inggris, Belanda, dan Prancis mengembangkan kerajaan mereka ke seberang lautan, mereka membangun kerajaan-kerajaan yang lebih besar dan lebih kuat.
Perkembangan angkatan laut yang kuat, yang dapat mengendalikan jalur-jalur lautan, memberikan basis kekuatan bagi bangsa-bangsa penjajah besar hingga abad ini. Pertumbuhan kekayaan yang digalakkan oleh perdagangan sebaliknya membantu meningkatnya penggemar karya seni, seperti pada Inggris Zaman Elizabeth dan Negeri Belanda selama Abad Keemasan.
Lahirnya Eropa Modern
Pertumbuhan kemakmuran dan kesatuan keagamaan Eropa telah pecah pada awal abad ke-16. Pada tahun 1517, seorang imam dari Jerman, Martin Luther, melancarkan pergerakan protes terhadap apa yang dirasakan tidak berguna pada gereja Katolik Roma.
Baik Paus maupun Kaisar Romawi Suci tidak dapat menampung pergerakan Protestan. Kaisar Charles V, yang juga memerintah sebagai raja Spanyol, telah sibuk sendiri melindungi miliknya yang melimpah ruah. Gereja sendiri, mula-mula terlalu sibuk dalam politik lokal untuk memperhatikan bidah Luther.
Saat paus dan kaisar bebas bertindak, pengikut Protestan Luther telah berjumlah ribuan. Pembaharuan yang berlawanan diadakan oleh kepausan dan didukung oleh Kaisar Romawi Suci Habsburg yang memperbaharui dan mengakui Gereja dan berhasil dalam mempertahankan sebagian besar pengikutnya di sebelah selatan dan sebelah tengah Eropa.
Ambisi-ambisi nasional dan keyakinan agama terus menghembuskan api peperangan. Sepanjang tahun-tahun terakhir abad ke-16, berbagai perang saudara melanda Prancis, berakhir saat Henry dari Navarre meninggalkan aliran Protestan untuk menjadi Raja Henry IV.
Namun, ia memberikan kebebasan yang luas kepada kaum Protestan dalam kerajaannya. Propinsi Spanyol di Negeri Belanda memperoleh kemerdekaan pada awal abad ke-17 dan dibagi menurut batas-batas yang berdasarkan agama suatu fakta yang tercermin dewasa ini dengan adanya Belgia dengan agama utama Katolik dan Negeri Belanda dengan agama utama Protestan.
Perang saudara yang melanda Inggris antara tahun 1642 dan 1648 melibatkan kaum Protestan yang disebabkan oleh timbulnya pertanyaan tentang kekuasaan Parlemen. Pada tahun 1689 masalah ini dipecahkan kembali dengan cara yang menarik oleh Gereja Anglikan dan kekuasaan parlemen.
Sebagian besar perang agama yang dahsyat pada abad ke-17 disebabkan oleh usaha kaisar Habsburg untuk menekan kaum Protestan di Bohemia (sekarang Cekoslowakia) dan Jerman, dan terakhir melibatkan Swedia, Denmark, dan Prancis.
Perang selama 30 tahun (1618-1648) telah menyebabkan kehancuran yang paling buruk di Jerman, yang menjadi penderitaan hingga Perang Dunia II. Dalam masalah agama, negara Jerman tetap dibagi antara kepercayaan Katolik Roma dan kepercayaan Protestan.
Secara politis persatuan negara-negara Jerman dihambat oleh masalah agama. Monarki kesatuan Prancis yang kuat dan bersatu menjadi pimpinan bangsa Eropa.
Pada pertengahan abad ke-17, perselisihan agama dapat diselesaikan secara luas dan perhatian kepada Renaisans dapat dilanjutkan lagi. Pekerjaan para ilmuwan dan ahli filsafat seperti Sir Isaac Newton, Rene Descartes, Baruch Spinoza, dan John Locke-tampak menunjukkan bahwa manusia dan alamnya dipengaruhi hukum-hukum alam yang dapat diamati, diukur, dan diramalkan
Jika dunia benar-benar berdasarkan prinsip-prinsip keteraturan dan kelancaran itu, hal itu berarti bahwa manusia dan kelembagaannya dapat diperbaiki melalui pemakaian nalar. Sejarah sendiri telah tampak sebagai tangga rumah yang besar, yang dipakai oleh manusia untuk naik ke taraf yang lebih tinggi.
Sepanjang abad ke-18, Eropa dan Amerika telah mendidik orang-orang untuk menjajaki bidang filsafat, ilmu pengetahuan, ekonomi, politik dan agama sebagai akibat adanya teori-teori ini.
Akibatnya, terjadilah revolusi intelektual. Orang, yang oleh agama digambarkan sebagai korban kekuasaan besar yang tak dapat dikendalikan, berubah menjadi berkemampuan berpikir rasional dalam membimbing dan memperbaiki nasibnya sendiri.
Pemikiran ini sesuai benar dengan pandangan golongan kelas menengah yang swabentuk dan makmur, tetapi sangat mengancam eksistensi institusi keagamaan dan monarki absolut yang telah mapan.
Para ahli teori politik abad ke-18 mula-mula berpendapat bahwa bentuk pemerintahan yang paling cocok adalah bentuk “despotisme tinggi”, yaitu pemerintahan berdasarkan pada peraturan oleh raja yang cerdas, yang dapat membuat dan menjalankan pembaharuan.
Para penguasa kekaisaran seperti Catherine II dari Rusia, Joseph II dari Australia, dan Frederick II dari Prusia tampak jelas merupakan contoh despot yang bijaksana. Di Prancis, dengan monarki mutlaknya, dan di koloni Amerika, yang diperintah oleh raja yang jauh, pemikiran tentang kebenaran telah menumbuhkan revolusi.
Dua Revolusi di Eropa
Sejak akhir perang agama pada pertengahan abad ke-17 hingga tahun 1789, Prancis merupakan bangsa yang makmur, tetapi juga merupakan bangsa yang mengalami kesulitan. Masyarakat kelas menengah semakin tak menyukai peraturan raia-rajanya yang mutlak, yang mengaku memerintah dengan “hukum Tuhan”.
Pedagang yang makmur yang mengharapkan suara di pemerintahan menjadi kecewa mendengar ucapan Raja Louis XIV yang legendaris, ”L’etat c’es moi (Saya adalah negara)”. Mereka lebih sedih dengan pengaruh kekuasaan raja yang berlebihan ini.
Revolusi yang dimulai di Prancis pada tahun 1789 berdasarkan harapan atas ”kebenaran” agar pemerintah dapat diatur kembali dalam melayani semua orang Prancis secara sama.
Sebagai akibatnya, timbullah harapan yang lebih kabur dari yang diharapkan oleh para filsuf dan berbagai kelompok malah berselisih tentang jalan mana yang terbaik untuk diikuti oleh Prancis.
Secara politis, salah satu prestasi revolusi yang nyata adalah jatuhnya monarki dan berakhirnya tradisi feodal Prancis. Kelas-kelas menengah mempunyai peran utama dalam kehidupan nasional, seperti yang juga dialami oleh semua negara di Eropa, pada abad berikutnya.
Kemenangan bagi ”Kemerdekaan, Kesamaan, dan Persaudaraan” tak tercermin dalam pemerintahan yang dipegang oleh Jenderal Napoleon Bonaparte pada tahun 1799, setelah tahun-tahun kacau-balau.
Melalui pembaharuan-pembaharuan internal dan kecerdasan manuver militer, Bonaparte membuat Prancis memimpin kekuasaan di Eropa. Namun, keputusan Napoleon untuk menyerang Rusia, ternyata menimbulkan kehancuran.
Kepahlawanan bangsa Rusia, besarnya negara mereka, dan iklim yang hebat merupakan merupakan hambatan yang sangat besar bagi gerakan militer Napoleon. Akhirnya, Napoleon jatuh ketika datang di benteng Waterloo pada tahun 1815.
Meskipun demikian, munculnya Prancis secara dramatis untuk memperluas kekuasaan di bawah pemerintahan Napoleon menandai rangkaian sejarah Eropa.
Suatu revolusi yang sama sekali berbeda yang berakar dari Kebenaran mulai pada tahun-tahun pertengahan abad ke-18. Revolusi Industri telah mengganti tenaga manusia dengan tenaga mesin. Pemakaian sumber daya bumi seperti, air, batubara, dan besi-memulai periode perubahan yang boleh dikatakan akan mengubah permukaan dunia dan kehidupan manusia di mana pun.
Baca juga: Latar belakang revolusi industri
Di mana angin dan tenaga air menggantikan pekerjaan orang, di situ timbul sekumpulan mesin yang memakai batubara sebagai sumber tenaga. Revolusi, yang dimulai di Inggris, tempat diciptakannya mesin uap oleh James Watt (tahun 1769) telah diikuti oleh perkembangan penemuan peralatan seperti kumparan terbang, kelos pemintalan, kerangka pemintalan, dan peralatan tenun besar yang dipakai dalam produksi tekstil skala besar.
Pekerjaan ribuan orang yang trampil digantikan oleh kerja mesin. Perubahan serupa diikuti dalam pertambangan batubara, pabrik mesin, dan pemrosesan logam. Pemandangan yang hijau digantikan dengan sekelompok pabrik dan rumah untuk pekerja industri.
Kanal-kanal, jalan-jalan, dan kemudian rel kereta api dan kapal uap menyediakan kebutuhan jalur-jalur baru antara pertambangan dan pabrik, pabrik dan konsumen, dan akhirnya antarbangsa.
Pada abad ke-19 dan ke-20, Revolusi Industri menciptakan perubahan yang jauh lebih cepat di Eropa daripada setiap kejadian lain dalam sejarahnya. Para pemimpin Kebenaran dengan pasti akan menganggap Revolusi Industri sebagai tanda kemajuan.
Ribuan orang dibuat lebih kurang serupa dengan adanya standardisasi barang baku untuk siapapun yang dapat memperolehnya. Surplus makanan tersedia bagi setiap orang dengan harga yang pantas.
Kemajuan dalam bidang kedokteran membantu mengurangi penyakit yang menghancurkan setiap generasi, dan kemajuan dalam penyediaan rumah dan pendidikan memberikan keuntungan yang nyata. Namun, sejak dari awal Revolusi Industri, telah jelas bahwa industrialisasi merupakan
rakhmat campuran. Keindahan daerah luar kota telah lenyap oleh pabrikpabrik dan rumah-rumah kumuh. Jam-jam kerja pabrik rutin yang panjang ternyata menimbulkan kedunguan dan keputusasaan.
Keahlian mengrajin dan kebanggaan seseorang yang melakukan pekerjaan dengan baik telah hilang di pabrik, tempat pengolahan hasil dibagi menjadi langkah-langkah yang kecil. Hubungan antara manajer pabrik dan pegawainya sering kurang stabil dan kurang dapat diramalkan dibandingkan dengan hubungan yang terjadi antara petani dan tuannya.
Jika usahanya buruk, pekerja diberhentikan dan dibiarkan mencari penghidupan semampunya. Beberapa orang merasa bahwa, setelah semua ini terjadi, aristokrasi zaman dulu sebenarnya tidak jauh berbeda dengan raksasa-raksasa baru dalam industri dan bank.
Akhirnya, pengembangan industri menyebabkan bangsa-bangsa Eropa mencari pasaran baru dan sumber-sumber yang lebih banyak, yang selanjutnya menyebabkan terjadinya penjajahan di Afrika, bagian-bagian Asia, dan Oseania oleh bangsa-bangsa Eropa.
Perluasan kekuasaan bangsa Eropa di luar benua, yang telah dimulai 1.000 tahun yang lalu oleh kaum Vikling, mencapai puncaknya pada akhir abad ke-19. Revolusi politik dan ekonomi secara tetap mengubah tidak saja hubungan antara manusia dan mesin, melainkan juga antara bangsa-bangsa Eropa dan dunia.
Abad ke-20 di Eropa
Jadi, pada tahun 1900, setelah waktu satu setengah abad yang penuh pergolakan dan perubahan, Eropa tak dapat disangkal lagi merupakan unit politik terpenting di dunia. Para pemimpinnya masih merupakan keturunan raja dan kaisar. Hanya Prancis yang di antara bangsa-bangsa Eropa merupakan sebuah republik.
Ketika negara Jerman akhirnya bersatu pada tahun 1871, bangsa baru ini diperintah seperti suatu kekaisaran. Di bawah pimpinan perdana menterinya yang tegas, Otto von Bismark, bangsa baru ini muncul menduduki posisi utama di benuanya dan hanya mendapat rintangan dari saingan-saingannya yang sangat kuat, yaitu Inggris dan Prancis.
Jerman khawatir terhadap pengepungan yang dilakukan oleh musuhnya, sedangkan musuhnya takut terhadap ambisi Jerman, sehingga meletuslah Perang Dunia I (1914-1918). Perang yang terkejam di Eropa itu menciptakan perubahan besar.
Perang itu sendiri telah memperkenalkan peralatan perusak yang baru dengan kekuatan udara dan bahan perang kimiawi, yang mengubah pertempuran menjadi ancaman yang menakutkan bagi rakyat dan juga pasukan tempur. Sekutu Prancis, Inggris, dan Amerika Serikat-menaklukkan bala tentara Jerman, Austria, Hongaria, dan sekutu mereka.
Selama perang, 10.000.000 orang terbunuh dan 20.000.000 luka-luka. Tampaknya tidak masuk akal jika ada orang yang menganggap perang sebagai suatu penyelesaian. Memang, orang zaman sekarang menyebut Perang Dunia I sebagai, ”Perang yang mengakhiri semua perang”.
Pendirian Liga Bangsa-Bangsa dan pakta-pakta yang mengakhiri perang tampak akan mampu menjamin perdamaian di masa mendatang bagi bangsa-bangsa lama dan baru yang mempunyai batas-batas yang jelas tampak di peta.
Sebagai ganti kekaisaran Austro-Hongaria yang besar, yang memerintah sebagian besar Eropa Tengah, sekarang tampil Polandia, Cekoslowakia, Hongaria, Yugoslavia dan Republik Austria kecil.
Rusia, yang sudah diwarnai oleh revolusi pada akhir masa perang, timbul sebagai Uni Republik Sosialis Soviet Komunis yang merupakan imbangan yang kuat bagi bangsa-bangsa Eropa Barat dan Tengah.
Jerman sendiri menjadi republik dan lewat berbagai pakta dilarang membuat peralatan perang dan diharuskan membayar sejumlah besar pampasan terhadap Sekutu.
Proses yang lama dan menyakitkan dalam membangun Eropa baru yang makmur dan terlepas dari reruntuhan perang menjadi lebih sulit dengan terjadinya inflasi yang serius pada tahun 1920an dan depresi dunia pada tahun 1930-an.
Pemogokan yang meluas dan timbulnya ancaman ide-ide nasional baru di Italia di bawah Benito Mussolini dan di Jerman di bawah Adolf Hitler tak dapat dielakkan lagi telah menyebabkan Perang Dunia II pada tahun 1939.
Konflik ‘dunia yang melibatkan bangsa-bangsa Asia, Eropa, Afrika, dan Amerika Utara tampak memperkuat perusakan akhir terhadap peradaban Eropa. Berjuta-juta orang Yahudi, kaum Katolik, dan lainnya yang melawan pemerintah Nazi dikucilkan dalarn kam-kam konsentrasi Hitler.
Kejadian-kejadian yang mengerikan ini menambah horor baru bagi peperangan-pemusnahan terhadap suatu golongan, pembunuhan terhadap semua rakyat. Bangsa demi bangsa di daratan utama Eropa merasa terancam oleh Jerman.
Kota-kota dengan kejam dibom dan hasiI-hasil kebudayaan Eropa pada abad silam lenyap dalam sekejap. Badai itu balik melawan Hitler pada saat dia, seperti halnya Napoleon dahulu, menyerang Uni Soviet.
Perang yang berkecamuk dalam dua front-di bagian barat melawan pasukan bawah tanah yang berkembang dan dibantu pengeboman yang dilancarkan oleh Sekutu dan diikuti dengan pendaratan; di bagian timur perlawanan panjang terhadap Sovietakhirnya menghentikan gerak mesin perang Nazi.
Kepulihan Eropa dari perang sangat cepat. Baik bangsa-bangsa Timur, yang berada di bawah kekuasaan Soviet, maupun bangsa-bangsa Barat sudah menciptakan ekonomi yang mengesankan sejak tahun 1945.
Sebagian besar bekas jajahan Eropa di Asia, Afrika, dan Amerika Selatan telah mencapai kemerdekaan sejak Perang Dunia II. Namun, pembagian negara warisan zaman lalu di antara bangsa-bangsa itu masih ada dan ancaman tetap terhadap kesatuan negara-negara itu semakin membesar antara bangsa-bangsa Timur komunis dan bangsa-bangsa Barat yang bebas.
Tirai Besi, yang bersumber pada keadaan setelah Perang Dunia II, menandai batas bagian Eropa Komunis. Garis imaginer tak tampak di dunia Barat, tetapi tampak pada dunia komunis.
Sepanjang batas Austria – Hongaria, Tirai Besi ini ditunjukkan oleh rintangan kawat berduri yang bersinambung, mungkin bahkan dialiri dengan arus listrik. Pada jarak-jarak tertentu, terdapat menara pandang dengan senapan mesin yang mencuat. Pada daerah komunis terdapat batas lebar suatu tanah tak berpenghuni, yang mungkin dipenuhi dengan ranjau darat.
Perubahan telah terjadi di sepanjang Tirai Besi. Pada tahun 1948 Yugoslavia, meskipun berhaluan komunis, meninggalkan blok komunis. Pada pertengahan tahun 1960-an, Rumania dan Cekoslowakia terlepas dari kendali Soviet. Uni Soviet dengan sekutunya, Pakta Warsawa, dengan segera membenahi wibawanya di Cekoslowakia.
Akan tetapi, Rumania tetap relatif bebas dalam orbit Soviet. Pada awal tahun 1980-an, para pekerja Polandia berhak membentuk uni buruh bebas. Hongaria, Bulgaria, dan Jerman Timur masih mengikuti haluan Soviet. Albania mengikuti jalur komunisnya sendiri.
Masa Depan Sejarah Eropa
Mengapa Eropa terus-menerus memperbesar pengelompokan unit-unit politik, yang masing-masing disertai ekonomi nasionalnya? Mengapa tidak menggabungkannya menjadi satu federasi tanpa gangguan dari dalam dan dengan satu kebijakan ekonomi?
Mengapa tidak dibentuk parlemen, pemilihan, dan konstitusi Eropa yang satu? Dapatkah bangsa-bangsa terdahulu tetap bertahan di atas dasar sosial-budaya, melindungi bahasa dan adat, seperti yang dikehendaki bangsa-bangsa Eropa?
Apa yang tampak mudah di atas kertas, tidaklah sederhana bagi bangsa Eropa. Orang setuju bahwa seluruh Eropa yang bersatu akan menguntungkan, tetapi dia juga tahu bahwa adanya sifat kedaerahan dan kebangsaan akan membawa kesulitan.
Hal itu akan berarti bahwa tidak hanya suatu penghapusan bea di kalangan bangsa-bangsa Eropa saja, tetapi juga kesamaan sistem ekonomi-seperti upah dan hukum masyarakat-yang sekarang sangat beraneka ragam serta kebebasan para pekerja meninggalkan negaranya mencari kerja.
Pembahasan tentang kerja sama yang sering dibicarakan sebelumnya, menjadi sangat utama setelah Perang Dunia II. Secara ekonomi, Eropa mempunyai bentuk yang sangat buruk dengan sedikit kepercayaan dalam hal masa depan yang lebih baik.
Timbullah Marshall Plan, yang merupakan hadiah Amerika bagi Eropa dan memungkinkan dibuatnya rekonstruksi. Rencana ini berarti perencanaan bagi bangsa Eropa dan penciptaan komite bangsa Eropa. Dewan Eropa lahir tahun 1949 bertempat di Strasbourg di perbatasan Prancis Jerman.
Di sana, pemimpin Eropa membahas masalah yang timbul bersama. Langkah kedua adalah Organisasi Kerja Sama Ekonomi (OEEC) yang sekarang disebut Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD).
Namun, meskipun kedua dewan dan organisasi mempelajari dan membahas masalah Eropa, hal itu hanyalah menghasilkan saran dan tidak memecahkan masalah. Sementara itu upaya tempatan kerja sama dilanjutkan-seperti Benelux, suatu kesatuan ekonomi terencana antara Belgia, Negeri Belanda, dan Luxembourg.
Tahun 1952, Komunitas Batubara dan Baja Eropa dibentuk. Hal ini diikuti Komunitas Tenaga Atom Eropa tahun 1958, untuk mempromosikan penelitian nuklir.
Pada tahun 1957, enam negara (Prancis, Jerman Barat, Italia dan ketiga anggota Benelux) mengumumkan niat mereka untuk bergabung secara ekonomi menjadi satu unit utama, dengan tanpa adanya rintangan ekonomi di antara mereka dan kesatuan kebijaksanaan terhadap bagian dunia selebihnya.
Rencana ini sudah diratifikasi oleh parlemen masing-masing dan Masyarakat Ekonomi Eropa (Pasaran Bersama) mulai berjalan pada 1 Januari 1958. Proses penyatuan dilakukan secara bertahap agar ekonomi nasional dapat menyesuaikan dengan perubahan besar. Rencana kerjasama yang lebih besar, seperti kerja sama antar parlemen dan hubungan mata uang juga telah dipelajari.
Bagaimana halnya bagian lain Eropa? Britania Raya dengan anggota-anggota Persemakmuran, tidak berminat pada Pasaran Bersama saat pasaran tersebut berdiri. Sebaliknya, negara-negara komunis, yang berada di bawah pengaruh Soviet, membentuk sekutu ekonomi tersendiri yang disebut COMECON (Dewan Bantuan Ekonomi Timbal-Balik).
Ketika Pasaran Bersama segera terbukti merupakan modal ekonomi yang besar, Britania mengatur rencananya sendiri, yaitu Assosiasi Perdagangan Bebas (EFTA) untuk melayani Britania, Austria, Denmark, Portugal, Swedia, dan Swiss. Negara-negara ini disebut Outer Seven, berlawanan dengan keenam anggota Pasaran Bersama.
Perbedaan antara keduanya adalah bahwa, di samping merupakan perdagangan bebas yang menyenangkan di kalangan mereka, Outer Seven juga memberikan kebebasan bagi tiap anggotanya dalam hubungannya dengan negara-negara lain. Pada tahun 1977 rintangan pabean antara EFTA dan Pasaran Bersama telah diselesaikan.
Pasaran Bersama berjalan dengan baik. Yunani dan Turki diterima sebagai anggota dan jajahan Prancis di Afrika diberi hak yang istimewa. Britania, Irlandia, dan Denmark menjadi anggota resmi pada tahun 1973.
Pada tahun 1979 Yunani menandatangani persetujuan (dan mulai berlaku pada tahun 1981) untuk menjadi anggota penuh Pasaran Bersama. Spanyol dan Portugal secara resmi menjadi anggota pada tahun 1986.
Sementara itu anggota-anggota Pasaran Bersama sudah menyetujui untuk menghubungkan mata uang mereka dengan sistem moneter Eropa (1978). Pemilihan pertama sudah dijalankan bagi Parlemen Eropa (1979). Semua tindakan ini tampak merupakan langkah yang berarti, yang diharapkan dapat mewujudkan Eropa Bersatu.
Situasi inilah yang terjadi dewasa ini. Secara ekonomi, bangsa-bangsa Eropa sudah berkembang dengan cepat sejak Perang Dunia II, terutama melalui kerja sama. Ketegangan antara Barat dan Timur masih tetap berlangsung tetapi sudah lebih banyak terjalin hubungan yang baik, khususnya melalui perdagangan dan diplomasi. Meskipun sukar untuk dipahami, impian tentang Eropa bersatu masih ada.