Selama beratus tahun orang selalu bercerita tentang kesuraman Sahara padang pasir paling besar. Mereka berceloteh tentang pasir yang berpindah tanpa henti dan membentang sejauh mata memandang.
Sahara dahulu dinamakan El Khela, sebuah kekosongan tanah tandus, datar, tak berair yang hanya dikenal oleh segelintir pemimpin kafilah. Padang pasir, menurut mereka, jelas merupakan tempat tanpa kehidupan.
Sebenarnya, Sahara itu tidak selamanya tandus, dahulu adalah daerah yang amat subur. Daerahnya yang luas didukung oleh tetumbuhan, sedangkan marga satwa berkelana mengarungi lahan ini.
Sumber air yang muncul tinggi di celah-celah gunung meluap ke sungai-sungai yang mampu mengairi berhektar-hektar lahan. Di sungai ini tinggal berbagai kehidupan. Temuan arkeologis berupa fosil tumbuhan dan hewan serta perkakas buatan manusia, seperti tombak-ikan, membuktikan bahwa Sahara dahulu pernah bedaya.
Selama berjuta tahun kekuatan alam mengubah wajah lahan itu, meremukkan gunung tinggi, dan menghancurkan batu padas menjadi butir pasir. Angin yang mengandung uap air berpindah arah dan daerah itu pun makin lama makin kering.
Alur sungai menghilang, bekas alurnya yang kering disebut wadi (oued) dapat dijumpai di seluruh padang pasir saat ini. Namun, masih ada saja kehidupan di padang pasir.
Oasis bukti kesuburan Sahara dahulu, tumbuh sebagai pusat perdagangan dan pertanian. Di bawah lapis atas lahan yang kering, sungai bawah tanah masih tetap mengalir.
Beberapa ilmuwan percaya bahwa, jika sumber ini dapat disadap secukupnya, air itu akan mampu menghidupi sejumlah besar orang ketimbang sekarang yang hanya memenuhi kebutuhan beberapa orang saja.
Kunjungi Peta Sahara atau di google map
Lahan Sahara
Sahara merupakan padang pasir terluas di dunia. Daerah ini luasnya 7.100.000 km2, sekitar 1/3 luas Afrika dan merentang menyeberangi bagian utara benua itu mulai dari Samudra Atlantik sampai ke Laut Merah.
Bagian utara Sahara dibatasi oleh Pegunungan Atlas Aljazair, Tunisia, dan Maroko. Padang pasir itu memanjang ke timur menuju Mesir dan melalui bagian Mauritania, Mali, Aljazair, Maroko, Tunisia, Libya, Niger, Chad, Senegal, Sudan, dan Sahara Barat.
Ciri Sahara yang paling menonjol adalah pasir. Namun, hanya sekitar 10-20% dari Sahara yang benar-benar berupa pasir. Padang pasir memiliki bentuk lahan yang khas erg dan hammada. Bentangan luas pasir, dengan gunung pasir menjulang, disebut erg.
Warna putih bentangan berpasir ini tiba-tiba bertemu dengan warna hitam-jingga reg-yaitu padang batu kerikil. Lalu terdapat plato dan tanah tinggi berpadas yang disebut hammada.
Jauh dari sifat lahan yang menjemukan, Sahara justru merupakan rangkaian pertentangan yang ajek, sedangkan perubahan topografi yang tiba-tiba dari dataran berpasir atau berbatu menjadi plato berpadas amat mengagumkan.
Terdapat juga jajaran gunung berapi yang menjulang. Jajaran Sahara yang utama adalah Pegunungan Ahaggar (Hoggar) di Aljazair serta Tibesti Massif di Libia dan Chad. Gunung berapi Emi Koussi di jajaran Tibesti di Chad mencapai 3.415 m-merupakan titik tertinggi di padang pasir.
Bersambung kepada beberapa dari gunung ini adalah tempat terowongan besar. Banyak dari tempat ini terisi oleh air asin, membentuk danau seperti Chott Melrhir di Aljazair. Beberapa permukaan mencapai 18 m di bawah paras laut. Danau air tawar satu-satunya di daerah ini adalah Danau Chad, yang terletak di perbatasan Sahara.
Sungai Nil dan Sungai Niger mengairi tepi Sahara, tetapi di sepanjang bentangan luas padang pasir hanya tinggal wadi yang tersisa dari sungai yang dahulu pernah penting.
Selama musim hujan yang datangnya tak dapat diduga, wadi itu terisi penuh dan untuk sejenak berubah menjadi sungai yang aktif. Banyak di antaranya-misalnya, Oued Igharghar timbul menjadi sungai di kaki bukit Pegunungan Ahaggar dan mengairi beberapa oasis sebelum mengering di padang pasir.
Beberapa sungai mengikuti aliran bawah tanah dan muncul di sana-sini sehingga akhirnya menguap lagi di bawah panasnya sinar matahari, meninggalkan kerlipan butir-butir garam.
Bergeser dari utara ke selatan di Sahara, suhu naik dan kelembapan menurun. Suhu dapat bervariasi dari tepat di bawah titik beku pada malam musim dingin sampai setinggi 54°C pada siang hari musim panas.
Curah hujan amat beragam dari tahun ke tahun, dengan rata rata kurang dari 25 cm per tahun. Di beberapa daerah bahkan tidak pernah ada hujan selama bertahun-tahun.
Lalu tiba-tiba terjadi hujan lebat yang membanjiri wadi, Kadang-kadang rombongan pedagang hewan, yang menggunakan dasar sungai kering sebagai jalan, terbenam dalam banjir yang datang mendadak tersebut.
Penduduk Sahara
Beribu tahun yang lalu, suku Negroid dari kawasan Sudan bergerak ke utara masuk ke Sahara. Segera suku Berber mengikuti mereka dan sesudah suku Berber orang Arab datang dari utara ke kawasan ini. Ketiga kelompok ini adalah leluhur penduduk sekarang.
Tidak terdapat angka yang tepat menunjukkan jumlah penduduk Sahara. Diperkirakan bahwa nomad dan setengah nomad, yang mengembara kian-kemari mencari tanah yang subur tempat mendapatkan air dan makanan.
Dua pertiga sisanya menetap di oasis yang tersebar di sepanjang padang pasir. Termasuk oasis yang besar adalah Kharga di Mesir; Kufra, Chat, dan Ghadames di Libia; Biskra, Touggourt, Ouargla, dan Touat di Aljazair.
Pada umumnya, kota oasis dibangun di atas lereng bukit padas menyerupai bentuk benteng, disebut ksar, dengan lahan yang lebih subur terletak di bawah untuk dapat diolah.
Di antara suku nomad dan setengah nomad, suku Teda (Tibu), Tuareg, dan Chaamba amat menonjol. Suku Teda, yang tinggal di Pegunungan Tibesti, merupakan satu-satunya kelompok terbesar masa kini yang masih jelas menunjukkan ciri-ciri Negroid.
Dari suku Berber, yang dahulu pernah mendominasi padang pasir, suku Tuareg adalah yang menonjol. Suku Tuareg, yang sebagian besar tinggal di Ahaggar, termasuk orang tertinggi di dunia. Suatu masa dahulu mereka memegang kekuasaan atas rute karavan yang penting di sepanjang padang pasir.
Di antara pengembara Arab, suku Chaamba mungkin paling menonjol. Mereka mencari makan dengan susah payah di padang pasir tengah-bagian Sahara yang paling berbahaya.
Teda, Berber, dan Arab adalah 3 kelompok bahasa yang besar. Hampir seluruh penduduk padang pasir adalah orang Islam. Sebagian kecil adalah kelompok orang Yahudi dan orang Kristen.
Ekonomi Sahara
Pohon kurma, butir padian, clan sayur-mayur merupakan tanaman yang secara luas ditanam di oasis. Air ditimba dari saluran bawah tanah-disebut foggara. Tanaman ini dibawa ke padang pasir sekitar 2.000 tahun yang lalu sedangkan tak lama kemudian, unta yang dipakai sebagai alat transportasi, dibawa masuk ke Sahara.
Orang Romawi, Arab, dan kemudian Prancis, Inggris, dan Jerman semuanya telah menjelajahi dan berdagang di sepanjang Sahara. Dua orang penjelajah abad 19 Rene Caillie, orang Prancis, dan Heinrich Barth, orang Jerman-menyumbang banyak bagi pengetahuan tentang wilayah ini akhir-akhir ini.
Rencana untuk kereta api trans Sahara telah ada lebih dari 100 tahun meskipun sampai saat ini baru bagian utaranya yang selesai dibuat. Namun, banyak bagian yang kini dapat dicapai dengan pesawat terbang.
Meskipun pertanian, perdagangan lokal, dan penggembalaan telah menjadi dasar ekonomi Sahara, penjelajahan sejak akhir tahun 1950-an telah menemukan endapan minyak, gas, besi, tembaga, dan mangan yang penting. Sumber ini menandakan bahwa lahan kuno yang selama ini dianggap tandus ternyata memiliki masa depan yang penuh harapan.