Republik Demokratik Kongo benar-benar merupakan jantung Afrika. Negara ini terletak di garis khatulistiwa dan berbatasan dengan sembilan negara berbeda. Namun, hingga pertengahan kedua abad ke-19, sebagian besar dari negeri yang sangat luas ini belum tercantum pada berbagai peta barat.
Sedikit sekali orang asing yang pernah berpetualang ke sana sebab sebagian besar negeri ini tertutup hutan hujan yang hampir tak dapat dijelajahi. Namun sejak penjelajah terkenal Henry Morton Stanley menginjakkan kakinya ke Kongo pada akhir tahun 1870-an, daerah tersebut mengalami banyak perubahan.
Dahulu, bagian Afrika ini pernah menjadi wilayah pribadi raja Leopold II dari Belgia. Sejak memperoleh kemerdekaannya pada tahun 1960, negara di Afrika ini sering menjadi pokok berita dunia.
Geografi Republik Demokratik Kongo
Republik Demokratik Kongo (terkenal sebagai Zaire sejak tahun 1971 hingga tahun 1997) terletak di Afrika Tengah. Luas negara ini 2.345.410 km2. Negara ini’dibatasi di sebelah barat dan utara oleh Republik Kongo, Republik Afrika Tengah, dan Sudan; di Timur oleh Uganda, Rwanda, Burundi, dan Tanzania; di selatan oleh Angola dan Zambia.
Bagian tengah dan utara negeri ini terdiri atas dataran rendah yang sangat luas dan tertutup oleh hutan tropis. Daerah ini dikelilingi oleh pegunungan di sebelah barat, dan dataran tinggi yang menyatu dengan dataran rendah di bagian selatan dan tenggara.
Kunjungi Peta Republik Demokratik Kongo atau di google map
Di bagian barat laut terdapat padang rumput yang sangat luas. Pegunungan tertinggi dan paling mengagumkan terdapat di daerah perbatasan dengan Uganda, berderet dari selatan ke utara dan terkenal sebagai Great Rift Valley. Di lembah ini juga terdapat danau utama negeri ini yaitu danau; Albert, Edward, Kivu, dan Tanganyika.
Dua deretan pegunungan utama daerah ini adalah pegunungan Ruwenzori dan pegunungan Virunga. Pegunungan Ruwenzori terkadang dikenal dengan nama yang puitis yaitu Pegunungan Bulan. Gunung Margherita puncak tertinggi di negeri itu, menjulang setinggi 5.110 m. Dipegunungan Virunga terdapat gunung berapi utama, beberapa diantaranya masih aktif.
Negeri ini mencakup sekitar dua pertiga cekung penyaluran air sungai Kongo. Sungai ini mempunyai paras air yang stabil dengan panjang kira-kira 2.736 km dan dapat dilayari sepanjang tahun. Paras air yang stabil ini disebabkan oleh karena negara itu terletak tepat di tengah-tengah khatulistiwa sehingga selalu cukup memperoleh hujan.
Iklim Republik Demokratik Kongo
Meskipun suhu negeri ini biasanya tinggi, suhu ini sangat beragam menurut curah hujan dan ketinggiannya. Suhu rata-rata per tahun untuk seluruh negeri ini mendekati 27° C.
Sebagian wilayah Republik Demokratik Kongo berada di belahan bumi bagian utara (sebelah utara khatulistiwa), dan sebagian wilayah berada di belahan bumi bagian selatan (sebelah selatan khatulistiwa).
Musim dingin di belahan bumi bagian selatan dimulai bulan Juni hingga bulan September. Karena curah hujan cenderung mengikuti matahari, daerah khatulistiwa di bagian tengah negara itu mengalami dua musim hujan lebat karena matahari melintasi daerah tersebut sepanjang tahun. Di daerah khatulistiwa kedua musim hujan tersebut terjadi hampir bersamaan waktu. Curah hujan disana rata-rata sekitar 150 cm.
Di daerah sebelah utara, curah hujannya antara 150 hingga 200 cm terjadi terutama di bulan Mei hingga Oktober, sedangkan pada bulan Desember dan Januari hampir kering. Di daerah bagian selatan lembah Kongo, hujan rata-rata 100 cm dan terjadi antara bulan September hingga Mei.
Fauna. Di seluruh penjuru negeri ini terdapat berbagai spesies hewan dan bermacam-macam burung, termasuk Reptil dan amphibi.
Gorila dan simpanse berkeliaran dikawasan hutan. Tetapi, hanya sedikit satwa besar yang hidup di hutan tropis ini. Diantara berbagai binatang itu mungkin okapi adalah jenis binatang yang paling aneh.
Dia merupakan campuran antara zebra dan jerapah berleher pendek. Gajah, singa, jerapah, macan tutul, antelop, hyena dan badak hidup di padang rumput. Berbagai jenis ikan termasuk belut listrik dijumpai melimpah di sungai dan danau.
Kota Besar
Ibukota Republik Demokratik Kongo yaitu Kinshasa yang dahulu dikenal sebagai Leopoldville didirikan di lokasi sebuah desa nelayan kecil. Kinshasa, yang merupakan pusat perdagangan, kegiatan sosial, dan industri negeri ini terletak di tepi Sungai Kongo di bagian barat republik ini.
Dahulu kota ini mempunyai jaringan jalan lebar yang di tepinya ada pepohonan, deretan gedung modern, dan toko-toko yang elegan. Namun kini keadaan Kinshasa memburuk akibat kemerosotan ekonomi selama bertahun-tahun dan seringnya terjadi perang saudara. Universitas Kinshasa yang didirikan disana pada tahun 1954 adalah universitas tertua di negeri ini.
Lubumbashi, dahulu bernama Elizabethville, terletak di ujung selatan propinsi Shaba (dahulu bernama Katanga). Kota ini merupakan kota pertambangan dan pusat distribusi utama peralatan industri bagi daerah timur.
Kota yang terletak di sepanjang perbatasan dengan Zambia ini juga merupakan pusat perdagangan utama dengan Zambia dan Afrika selatan. Pusat pertambangan lainnya ialah Likasi, Kolwesi, dan Mbuji-Mayi.
Matadi, yang terletak di dekat muara Sungai Kongo adalah pelabuhan utama Republik Demokratik Kongo. Kota ini terletak sekitar 354 km arah tenggara dari ibukota. Kota utama lainnya ialah Kisangani , dahulu disebut Stanleyville, terletak di dekat air terjun Stanley. Dahulu Kisangani adalah ibukota negara Katanga dan sering menjadi pusat kegiatan anti pemerintah.
Penduduk Republik Demokratik Kongo
Penduduk asli daerah ini mungkin adalah orang pigmi yang menetap dalam kelompok besar di sebagian negeri ini. Akan tetapi sejalan dengan perjalanan waktu, pendatang yang membanjiri wilayah ini mendesak orang pigmi ke dalam kawasan hutan.
Dewasa ini orang pigmi hanya mencakup sebagian kecil dari populasi penduduk wilayah tersebut. Orang pigmi bertubuh pendek pria dewasanya rata-rata setinggi 1,45 m berkulit coklat muda kekuningan.
Kebanyakan mereka tinggal di hutan Ituri, dan hidup dari berburu, memerangkap binatang dan mengumpulkan bahan pangan dari tanaman liar di hutan.
Orang Pigmi hidup di kemah kecil, dan berpindalh-pindah ke tempat baru dari waktu ke waktu. Pada umumnya mereka suku yang cinta damai dan mereka menjual hasil hutan dengan para tetangganya untuk ditukar dengan hasil pertanian.
Kecuali orang pigmi dan sejumlah kecil orang Eropa, sebagian besar penduduk negeri ini termasuk kelompok asli yang dikenal sebagai suku Bantu meskipun tidak semua anggota kelompok ini menetap di Republik Demokratik Kongo.
Selain kelompok etnis Bantu ada pula orang Sudan dan Nilotes yang hanya bermukim di pinggiran sebelah timur dan utara, karena mungkin mereka merupakan pendatang baru.
Orang Eropa membantu kelancaran perekonomian di kawasan tersebut sebelum mereka memperoleh kemerdekaan. Kebanyakan orang Eropa adalah orang Belgia. Pada masa pra merdeka terdapat lebih dari 100.000 orang Eropa menetap di daerah tersebut. Sekarang, ini karena alasan ekonomi dan politik jumlah tersebut sudah sangat berkurang.
Bahasa
Sejauh ini sebagian besar orang Kongo berbicara menggunakan salah satu dialek bahasa Bantu, yang juga merupakan bahasa pengantar dari Kamerun hingga Afrika Selatan.
Berbagai bahasa itu serumpun, dan hal ini memungkinkan adanya saling pengertian di antara berbagai kelompok yang berbicara dalam bahasa tersebut. Kira-kira 10 persen, penduduk negeri ini berbicara dalam berbagai dialek bahasa Sudan.
Orang pigmi tidak lagi menggunakan bahasanya sendiri dan mereka menggunakan bahasa tetangganya yaitu bahasa Bantu.
Bahasa Perancis pertama kali diperkenalkan ke negara itu oleh orang Belgia. Sekarang bahasa Prancis adalah bahasa resmi dan biasanya digunakan di seluruh negeri oleh orang Republik Demokratik Kongo yang terpelajar.
Pendidikan
Hampir semua anak Republik Demokratik Kongo memperoleh pendidikan formal; meskipun mungkin tidak lebih dari dua atau tiga tahunan.
Bagaimanapun juga, banyak anak yang memperoleh pendidikan sekolah menengah, dan akhirnya hanya sedikit saja yang memasuki salah satu dari tiga universitas yang ada di negara itu.
Semua pendidikan di atas tingkat permulaan menggunakan bahasa Perancis sebagai bahasa pengantar. Negara ini juga memiliki institut teknik dan institut keguruan dan ilmu pendidikan. Rata-rata kemampuan baca tulis diperkirakan hampir 80 persen, dan ini relatif tinggi untuk standar Afrika.
Agama
Kira-kira 20 persen penduduk negeri ini memeluk kepercayaan tradisional. Akan tetapi sejak dahulu kala misionaris agama Katolik Roma dan Protestan aktif menyebarkan agamanya di daerah itu.
Dewasa ini diperkirakan sekitar 45% penduduk beragama Katolik, hampir 3000 beragama Protestan, dan kurang dari 1% beragama Islam.
Gaya Hidup
Rakyat Republik Demokratik Kongo menghadapi dua tantangan utama. Pertama mereka harus mempertahankan kesatuan negaranya, kedua memerangi kemiskinan dan kebodohan.
Masalah pertama tidak mudah untuk diatasi. Negeri ini memiliki kesatuan sosial, budaya, keturunan dan keagamaan yang lebih besar dibandingkan kebanyakan negara Afrika lainnya.
Sedangkan rakyat pada umumnya menganggap diri mereka sebagai Bangsa Republik Demokratik Kongo hanya dalam kaitannya dengan dunia luar. Akan tetapi mengenai urusan di dalam negeri, mereka merasa bahwa keluarga, suku, dan kelompoknya merupakan ikatan terpenting.
Ikatan kekeluargaan diatur dengan ketat, biasanya dibawah pimpinan lelaki tertua. Anggota keluarga tidak hanya mencakup orang tua dan anak-anak, tetapi juga kakek-nenek, paman, bibi, dan saudara sepupu. Susunan keluarga semacam ini disebut kekerabatan.
Dalam berbagai masalah kehidupan, mereka mengandalkan kerabatnya, sebaliknya dari pihak kerabatnya mereka mengharapkan kesetiaan serupa. Bentuk solidaritas yang agak lebih sederhana terdapat di kalangan para anggota suku yang sama.
Anggota suatu suku terdiri atas orang yang mengaku sebagai keturunan nenek-moyang yang sama, akan tetapi seringkali merupakan ikatan kekeluargaan yang cukup jauh. Mereka menetap di dusun kecil yang sama atau di suatu bagian tertentu dari dari sebuah desa yang besar.
Diatas suku ada kelompok etnis. Kelompok etnis merupakan kelompok yang terbesar yang secara tradisional mengikat mereka dalam suatu ikatan kesetiaan. Beberapa kelompok modern seperti Bakongo merupakan hasil menyatunya beberapa kelompok yang lebih kecil menjadi suatu kelompok besar.
Seseorang mungkin merasa bahwa diri mereka termasuk anggota kelompok tertentu, meskipun mereka tidak pernah bernaung dibawah suatu lembaga politik. Bahasa atau tradisi yang sama, misalnya, dapat mempersatukan mereka.
Dilain pihak berbagai kelompok yang semula bergabung menjadi satu mungkin saja terpecah belah, dan saling memusuhi. Pada kenyataannya, sikap bermusuhan diantara berbagai kelompok yang tadinya sangat akrab ini lebih besar contohnya terjadi pada suku Baluba dan Lulua atau suku Lunda dan Tshokwe.
Yang perlu diketahui adalah bahwa perasaan seseorang terhadap kelompoknya dapat berubah setelah orang tersebut meninggalkan desanya. Pada saat dia bertemu dengan orang dari kelompok lain dia mungkin menjadi lebih sadar terhadap identitasnya sendiri.
Mungkin pula dia merasa lebih akrab dengan orang sedaerahnya meskipun mereka itu bukan anggota kelompok yang memiliki tradisi yang sama dengannya.
Hal ini penting, diketahui sebab kebanyakan orang Republik Demokratik Kongo pada suatu saat pernah meninggalkan desa kelahirannya, dan banyak diantara mereka kini menetap di tempat lain.
Mereka meninggalkan desa untuk mencari kehidupan yang lebih baik di berbagai kota besar, di sektor pertambangan atau perkebunan. Tidak jarang tekanan kehidupan kota besar mengakibatkan lunturnya pola kehidupan tradisional kekeluargaan mereka.
Mengingat luasnya negeri ini, populasi Republik Demokratik Kongo relatif kecil. Salah satu sebabnya adalah kebanyakan tanah di negara itu tidak subur. Seperti halnya kebanyakan tanah di daerah khatulistiwa, tanah di negeri inipun terpengaruh oleh erosi dan terbentuknya laterit, yakni semacam kerak berwarna merah mirip batu padas, dan tidak mengandung mineral yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman.
Didaerah yang lahannya subur seperti di daerah sabana di sebelah Selatan atau daerah danau di sebelah Timur, kepadatan penduduknya cukup tinggi dan permintaan akan lahan pertanian sangat tinggi.
Dua daerah utama yang padat penduduknya (tidak termasuk kota) ialah daerah Kivu bagian timur dan lahan yang membentang hampir ke seluruh daerah sebelah timur dari muara Sungai Kongo hingga ke hulu Sungai Lomami.
Pertanian
Metode pertanian tradisional yang diterapkan oleh penduduk Republik Demokratik Kongo sangat tergantung pada faktor lingkungan. Para petani telah membabat hutan di daerah tropis agar mereka dapat menanam bermacam-macam tanaman umbi.
Hasilnya cukup untuk memenuhi kebutuhan relatif kelompok kecil, namun tugas membabat hutan itu merupakan tugas yang berat dan memerlukan semua sumber daya manusia yang ada.
Oleh karena itu, populasi masyarakat di daerah hutan tergantung kepada keseimbangan antara penduduk dan lingkungannya.
Sebaliknya, di daerah sabana, usaha tani dapat dilaksanakan secara lebih ekstensif. Para petani sanggup menghasilkan panen padi-padian yang cukup sehingga sebagian dapat disimpan untuk memenuhi kebutuhan di masa yang akan datang atau ditukarkan dengan barang-barang lain.
Lahannya mampu dapat menghidupi masyarakat yang lebih besar dan kelebihan hasil panen memungkinkan dikembangkannya berbagai ketrampilan khusus.
Ekonomi Republik Demokratik Kongo
Republik Demokratik Kongo merupakan negara yang dianugrahi kekayaan yang paling besar di daerah tropis Afrika, dan bila dibandingkan dengan berbagai negara lain negara ini merupakan salah satu negara yang paling maju perekonomiannya.
Akan tetapi rakyatnya belum dapat menikmati kekayaan alam negerinya itu, karena menurunnya pendapatan negara setelah kemerdekaan dan terutama karena adanya korupsi dan pengelolaan negara yang salah.
Pada awal tahun 1990, perekonomian Kongo benar-benar runtuh, inflasi, kekurangan gizi, dan pengangguranpun merajalela. Sekolah, rumah sakit serta transportasi umum terpaksa ditutup.
Ekspor kobalt dan tembaga, penghasil devisa utama negeri ini hampir berhenti. Pada tahun 1992 terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh tentara karena mereka tidak digaji, kejadian ini memuncak dengan meningkatnya kriminilitas seperti; perampokan dan kekerasan di seluruh negeri yang menghancurkan sebagian besar sisa dari sektor ekonomi modern yang masih produktif.
Kejadian ini pun menyebabkan mengungsinya hampir semua pekerja asing dan terhentinya sebagian besar bantuan luar negeri. Pemerintah baru yang mulai berkuasa sejak tahun 1997 menghadapi salah satu tugas yang paling berat yaitu membangun kembali keadaan ekonomi yang hancur.
Secara tradisional Republik Kongo mengekspor kopi, kapas, minyak kelapa sawit, kayu dan hasil pertanian lainnya.
Tetapi, kekayaan utamanya berasal dari perut bumi. Lebih dari 70% ekspor negara ini berupa mineral. termasuk tembaga, intan kualitas tinggi, timah, dan bermacam-macam mineral yang digunakan dalam industri ruang angkasa dan elektronika, seperti mangan, kolumbit, tantalit, tungsten, kadmium, dan germanium.
Uranium yang digunakan sebagai bahan untuk pembuatan bom atom pertama berasal dari Republik Demokratik Kongo. Negara ini juga mempunyai simpanan emas yang sangat berharga di bagian timur laut.
Potensi utama negeri ini adalah dibidang kelistrikan tenaga air. Industri negara tersebut memproduksi tekstil, sabun, margarin, sepatu, cat, plastik, barang-barang dari logam, bahan kimia dan hasil produksi lainnya.
Tetapi kebanyakan pabrik yang memproduksi barang-barang tersebut telah menghentikan kegiatannya. Kini pemerintahnya sedang menggalakkan penanaman modal asing dalam bidang pertambangan dan industri.
Tranportasi
Tak diragukan lagi bahwa salah satu keungggulan Republik Demokratik Kongo adalah besar wilayahnya. Negara ini adalah negara terbesar ketiga di Afrika. Namun jarak yang jauh dirintangi oleh kurangnya fasilitas transportasi yang memuaskan, terutama jaringan jalan yang layak, sedangkan kebanyakan pusat kota terletak jauh dari pusat negara ini.
Sungai Kongo dan anak-anak sungainya dapat dilayari dan digunakan sebagai sarana transportasi kecuali apabila ada gangguan riam. Sedangkan jalan kereta api yang sebagian besar dalam keadaan rusak, telah diperbaiki pada jalur-jalur yang tidak dapat ditempuh dengan pelayaran.
Sejarah Republik Demokratik Kongo
Pada abad pertama sesudah Masehi, orang Bantu menyerang daerah orang Pigmi dan menaklukkannya. Mereka datang secara bergelombang, kemungkinan. dari bagian tenggara dan daerah yang sekarang bernama Nigeria.
Beberapa abad kemudian, sebagian besar dari mereka telah mencapai lembah Sungai Kongo. Di sana mereka bertani dan mengolah logam. Para pemukim pertama dari Bantu ini mungkin terdesak ke daerah hutan oleh para pendatang baru.
Seluruh proses kejadian tersebut berjalan lambat dan rumit. Antara abad ketiga belas dan kesembilan belas beberapa negara muncul di daerah sabana. Yang paling terkenal ialah kerajaan Kongo, sebuah nama sungai yang kemudian dijadikan nama negara.
Kerajaan Kongo yang berada di pesisir Atlantik untuk pertama kalinya dikunjungi oleh pelaut Portugis pada tahun 1482. Beberapa tahun kemudian, negara Eropa lainnya mengirim kapal mereka ke pantai Kongo. Karena adanya berbagai tekanan politik, baik didalam maupun karena campur tangan pihak
Negara-negara seperti kerajaan kecil BaKuba, yang terkenal karena karya keseniannya, dua kekaisaran Luba dan Lunda yang terpencil, lahan-lahannya mencakup berbagai bagian yang sekarang disebut sebagai bagian selatan Republik Demokratik Kongo, Angola dan Zambia.
Di daerah padang rumput bagian utara, kerajaan Azande dan Mangbelu adalah kerajaan yang terkemuka. Berlainan dengan negara di Afrika Barat itu, negara di Afrika Tengah ini baru mengadakan sedikit hubungan langsung dengan dunia luar.
Namun akhirnya orang Portugis, yang kemudian diikuti oleh orang Eropa lain datang dan mendirikan pusat perdagangan disana.
Antara abad ke-1 5 hingga abad ke-19 daerah pedalaman Afrika Tengah belum banyak didatangi orang Eropa. Seperti halnya di berbagai bagian Afrika lainnya orang Eropa sudah merasa puas tinggal di pesisir dan membiarkan arus barang diantarkan kepada mereka dari pedalaman oleh para pedagang setempat.
Orang Eropa tidak hanya memperdagangkan berbagai barang, tetapi juga budak. Perdagangan budak mencapai puncaknya selama pertengahan abad ke-19, sewaktu sekitar 150.000 budak dikirimkan dengan kapal terutama ke Amerika, pada setiap tahunnya.
Secara sistematis penjelajahan Afrika tengah oleh bangsa Eropa dimulai pada pertengahan abad ke-19. Diantara penjelajah yang pergi kesana ialah David Livingstone, Richard F. Burton, dan John H. Speke.
Salah seorang penjelajah yang paling terkenal ialah Henry Morton Stanley. Stanley melintasi Afrika dari Zanzibar sampai ke Samudra Atlantik, menjelajahi danau Tanganyika dan Uganda, serta menelusuri aliran sungai Kongo.
Raja Leopold II dari Belgia mengutusnya untuk membuka daerah yang sangat luas yang sekarang bernama Republik Demokratik Kongo. Stanley mendirikan pusat-pusat perdagangan dan menandatangani sejumlah perjanjian dengan para kepala suku Afrika atas nama sebuah organisasi yang disponsori oleh raja.
Pada konferensi Berlin (1884-1885), yang menentukan pembagian benua Afrika untuk berbagai negara Eropa, daerah tersebut dicantumkan atas nama Leopold secara pribadi, dan bukan atas nama Belgia.
Kemudian daerah tersebut diberi nama negara bagian Kongo Merdeka. Pedagang muslim dari timur diusir dari negeri itu, dan Katanga yang kaya mineral di bagian tenggara negeri ini direbut pasukan Leopold.
Namun perlakuan orang Eropa yang kasar dan kejam terhadap penduduk setempat dianggap sebagai skandal internasional sehingga akhirnya Leopold harus menyerahkan daerah tersebut kepada Belgia pada tahun 1908. Pemerintah Belgia membangun; jalan raya dan jalan kereta api, akan tetapi semua ini diperuntukkan hanya bagi warga Belgia.
Untuk alasan yang berbeda hanya sedikit orang Belgia yang mau menetap secara permanen di daerah ini. Pada pertengahan tahun 1950-an, warga Afrika mulai menuntut pemerintahan sendiri.
Orang Belgia, yang merasa yakin akan tetap dapat menguasai perekonomian Kongo, setuju menyerahkan kekuasaan politik negara tersebut. Joseph Kasavubu dan Patrice Lumumba masing-masing menjadi presiden dan perdana menteri Republik Demokratik Kongo pada tanggal 30 Juni 1960.
Kemerdekaan negara ini diikuti dengan kemelut dalam negeri selama bertahun-tahun. Ancaman terburuk terhadap keutuhan negara ini datang dari propinsi terkaya yaitu Katanga (kini Shaba) yang menuntut berpisah dari Republik Demokratik Kongo.
Atas permintaan Patrice Lumumba, Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) mengirimkan pasukannya untuk mencoba menyatukan negara tersebut. Pertentangan antara Lumumba dan Kasavubu menyebabkan tersingkirnya Lumumba dari pemerintahan.
Pada tahun 1961 pemerintahan baru dibentuk, dengan Cyrille Adoula sebagai perdana menteri. Pada tahun 1963 Katanga kembali dibawah pengawasan pemerintah pusat. Pada tahun 1964, pemimpin Katanga terdahulu Moise Tshombe menggantikan Adoula sebagai perdana menteri, namun perang saudara tetap berlanjut.
Pada tahun 1965 Jendral angkatan darat Joseph Mobutu (kemudian disebut Mobutu Sese Seko) mengambil alih kendali pemerintahan. Konstitusi tahun 1967, yang menetapkan bentuk pemerintahan presidensial, dirubah menjadi pemerintahan berpartai tunggal pada tahun 1970. Tahun 1971 nama negara diganti menjadi Republik Zaire.
Krisis Republik Demokratik Kongo
Krisis terburuk yang mengancam keutuhan Republik Demokratik Kongo terjadi pada tahun 1960-1963, ketika Katanga, propinsi penghasi| utama mineral negeri ini ingin memproklamirkan kemerdekaannya sendiri pada bulan Juli 1961. Pemerintah pusat mendatangkan pasukan PBB, untuk mencoba menyatukan kembali Katanga pada Kongo.
Pemimpin Katanga, Moise Tshombe yang dibantu oleh orang Lunda dan penasehat militer Belgia serta pimpinan industri pertambangan milik orang barat. Walaupun pada tahun 1961 Sekretaris Jendral PBB, Dag Hammarskjéld tewas dalam kecelakaan pesawat terbang dalam melaksanakan tugas perdamaian di Katanga, namun akhirnya pasukan PBB mengalahkan angkatan bersenjata Katanga, dan Tshombe menyerah atas tuntutannya untuk memisahkan Katanga dari Kongo pada tahun 1963.
Mobutu berhasil memulihkan stabilitas politik meskipun ekonomi masih lesu dan utang luar negeri menumpuk. Namun pendiriannya yang anti komunis mendapatkan dukungan dari Amerika Serikat, Perancis, dan Belgia.
Pada tahun 1977 dan tahun 1978 ketika propinsi Shaba diserang oleh pelarian Zaire, para penyerang tersebut dipukul mundur oleh pasukan payung Perancis dan Belgia. Terbongkarnya kasus korupsi, pengelolaan negara yang salah, menurunnya tingkat kehidupan, adanya tuntutan; diadakannya reformasi dan penghentian (utang) luar negeri, menyebabkan Mobutu mengumumkan peralihan menuju ke sistem multi partai pada Apri 1990.
Meskipun Mobutu tetap menjalankan kekuasaan dengan lemah-lembut, masuknya lebih dari sejuta pengungsi Rwanda ke negeri itu pada tahun 1994 telah menjerumuskan negara ini ke dalam anarki.
Pada tahun 1996 milisi Hutu Rwanda dari perkemahan di bagian timur negara itu menggerakkan huru-hara anti Tutsi disana. Pemberontak Tutsi kelahiran Zaire dibantu oleh tentara Rwanda dapat mengalahkan tentara Zaire, kemudian mereka menduduki Coma dan kota-kota lain di daerah itu, dan mengusir milisi Hutu dari perkemahannya.
Pada tanggal 7 Mei 1997, sehari setelah Mobutu meninggalkan negaranya, pasukan pemberontak dibawah pimpinan gerilya sayap kiri Laurent Kabila yang dibantu oleh Rwanda, Uganda dan Angola, Pasukan pemberontak-memasuki Kinshasa.
Para pemberontak menghadapi perlawanan yang tak berarti. Pada tanggal 29 Mei, Kabila dilantik sebagai presiden Zaire, yang kemudian diberi nama baru Republik Demokratik Kongo.
Kabila berjanji bahwa pemilihan presiden dan anggota legislatif akan dilaksanakan pada tanggal 19 April tahun 1999, dan ia menjalankan kekuasaan yang absolut tanpa badan pembuat undang-undang.
Pertengahan tahun 2000, ketika Kabila mengangkat badan pembuat undang-undang masa peralihan, karena protes pihak Oposisi, pemilihan ini belum juga terjadi. Pada tanggal 7 September 1997 Mobutu meninggal dunia dalam pengasingan di Maroko.
Pada tahun 1998, Kabila retak dengan sekutu Tutsi dan menghadapi pemberontakan anti pemerintah yang didukung oleh Rwanda dan Uganda. Angola, Zimbabwe. Dan Namibia mengirimkan pasukannya untuk membantu Kabila karena pemberontak telah mendekati ibukota.
Pada Februari tahun 2000, Perserikatan Bangsa-Bangsa secara sementara menyetujui pengiriman pasukan pengawas perdamaian ke Kongo, negara tersebut dibagi menjadi dua bagian, pemberontak menguasai bagian timur sedangkan pemerintahan Kabila menguasai bagian barat. Lebih dari 1.700.000 penduduk sipil tewas dalam peperangan atau karena penyakit dan kelaparan selama perang.
Perang Dunia Pertama Di Afrika
Perang saudara yang dimulai pada pertengahan tahun 1998 antara pemerintah Republik Demokratik Kongo dan beberapa kelompok pemberontak segera meluas dan diikuti oleh angkatan bersenjata dari 6 negara Afrika yang lain dan sering disebut Perang dunia pertama di Afrika.
Baik pemerintahan Kabila maupun kelompok. pemberontak tidak mempunyai dukungan lokal yang kuat. Perang ini pertama-tama berakar dari pertengkaran antar etnis, khususnya pertengkaran antara suku Hutu dan suku Tutsi yang menyebabkan terjadinya pemusnahan persukuan pada tahun 1994 di Rwanda dan juga perebutan hak untuk mengeksploitasi kekayaan mineral Kongo.
Bagi pemerintahan Tutsi di Rwanda dan Burundi, Kongo dibawah pemerintahan Kabila telah menjadi tempat berlindung bagi ekstremis Hutu. Uganda juga ingin menyelamatkan perbatasannya dari pemberontak anti pemerintah.
Angola mencari cara untuk mencegah kemenangan pemberontak yang mungkin akan membantu pemberontak UNITA dalam perang saudara di Angola sendiri. Namibia membantu Angola, meski kehadiran militernya hanya sedikit.
Zimbabwe, penyokong utama Kabila, sebenarnya menginginkan jalan masuk ke pertambangan intan di Kongo, namun kerugian akibat perang memicu kerusuhan besar di dalam negerinya. Negara Afrika lainnya seperti Sudan pun telah tertarik kedalam peperangan, dan hal ini menambah kekacauan di benua Afrika.
Ringkasan
- NAMA RESMI: Republik Demokratik Kongo
- KEBANGSAAN: Kongo
- IBUKOTA: Kinshasa.
- LETAK GEOGRAFIS: Afrika pada garis tengah khatulistiwa.
- Perbatasan: Republik Afrika Tengah, Sudan, Uganda, Rwanda, Burundi, Tanzania, Zambia, Angola, Republik Kongo.
- WILAYAH: 2.345.410 km2.
- CIRI FISIK
- Titik tertinggi Gunung Margherita 5.110 m.
- Titik terendah paras Iaut.
- Sungai utama: Kongo.
- Danau Utama: A|bert, Edward, dan Kivu.
- JUMLAH PENDUDUK: 52.000.000 jiwa (pertumbuhan pertahun 3,2%).
- BAHASA UTAMA: Perancis (bahasa resmi), Lingala, Kingwana, Kikongo, Tshiluba.
- AGAMA UTAMA: Katolik Roma, Protestan, agama tradisional Afrika, Islam.
- PEMERINTAHAN: Kediktatoran Kepala negara dan pemerintahan presiden. Badan legislatif kegiatan legislatif dihentikan.
- KOTA UTAMA: Kinshasa, Lubumbashi, Mbuji Mayi.
- EKONOMI
- Mineral utama: tembaga, kobalt, intan, zink, uranium, mangan, minyak bumi, batu bara, timah.
- Hasil pertanian utama ubi kayu, jagung, tebu, pisang, kina, kopi, karet, teh, buah-buahan, kayu, kelapa sawit.
- Industri: dan produknya pengolahan makanan, tekstil, sepatu, semen, pertambangan, pengolahan mineral, rokok, intan.
- Ekspor utama: tembaga, kobalt, intan, minyak bumi, kopi. Impor utama barang-barang siap pakai, bahan makanan, mesin dan kendaraan, bahan bakar.
- MATA UANG: franc Kongo
- HARI LIBUR NASIONAL: 30 Juni (ulang tahun kemerdekaan dari Belgia).