Sejarah Negara Com – Islam telah masuk di Indonesia sejak abad ke-7, namun perkembangan Islam di nusantara baru mengalami peningkatan pesat sekitar abad ke-13.
Bangsa Arab, Persia, dan Gujarat memainkan peran yang besar. Penyebarannya berjalan secara bertahap dan melalui beberapa saluran, seperti perdagangan, pendidikan, perkawinan, dakwah, ajaran tasawuf, dan kesenian.
Lebih jauh silahkan baca: proses masuknya Islam ke Indonesia
Berikut Rangkuman masuknya Islam di Indonesia:
Perubahan penting masuknya Islam di Indonesia
Masuknya Islam ke Indonesia membawa perubahan terhadap kehidupan politik dan sosial budaya bangsa Indonesia. Dalam bidang politik, ketika Islam masuk, konsep dewa raja yang bercorak Hindu-Buddha diganti dengan konsep Islam khalifah.
Selain itu, sebutan raja diganti menjadi sultan, dan ketika meninggal sang sultan tidak didharmakan di dalam candi, melainkan dimakamkan secara Islam.
Dalam bidang sosial budaya, selain dalam hal pendidikan dalam bentuk pesantren, tidak dikenal lagi sistem kasta. Pengaruh lain adalah dalam hal seni bangunan, seperti bangunan makam, masjid, dan keraton.
Dalam bidang seni sastra, pada masa perkembangan agama dan kebudayaan Islam seni sastra Indonesia banyak mendapat pengaruh Arab dan Persia yang kemudian disesuaikan dengan tradisi setempat.
Dalam bidang seni rupa, para seniman masa itu membuat ukiran binatang atau makhluk hidup lainnya yang bentuknya sudah disamarkan, sebuah teknik yang lazim disebut stilisasi atau deformasi. Dikenal juga seni kaligrafi dan sistem kalender Hijriyah.
Kerajaan Samudra Pasai
Kerajaan Samudra Pasai juga memiliki kontribusi yang besar dalam perkembangan Islam di nusantara, sekaligus penyebarannya. Kerajaan ini banyak mengirimkan ulama serta mubaligh untuk menyebarkan agama Islam ke Pulau Jawa.
Selain itu, banyak juga ulama Jawa yang menimba ilmu agama di Samudera Pasai. Kesultanan Malaka merupakan kesultanan Islam kedua setelah Pasai.
Posisi Malaka yang strategis membuatnya banyak dikunjungi saudagar mancanegara yang kebanyakan beragama Islam. Parameswara adalah peletak dasar Kesultanan Malaka.
Baca: Perkembangan Islam di Malaka
Kerajaan Aceh
Kesultanan Aceh mulai berkembang ketika Pasai berada di ambang keruntuhan (karena diserang Kerajaan Majapahit sekitar tahun 1360) di satu sisi dan Malaka jatuh ke tangan Portugis di sisi lain.
Kapal-kapal yang lewat di perairan Selat Malaka pun singgah di Pelabuhan Aceh, yang membuat Aceh berkembang menjadi kesultanan besar. Aceh mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda tahun 1607-1636.
Meskipun Kesultanan Aceh merupakan negara Islam, kehidupan masyarakatnya tetap bersifat feodal. Dalam tatanan masyarakatnya Aceh memiliki golongan bangsawan yang memiliki gelar Teuku, dan golongan ulama yang bergelar Tengku. Kedua golongan ini sering bersaing untuk berebut pengaruh dalam masyarakat.
Baca juga: Kerajaan Islam Aceh
Kerajaan Demak
Kesultanan Demak adalah kesultanan Islam pertama dan terbesar di pantai utara Jawa. Kesultanan ini tercatat menjadi pelopor penyebaran Islam di Pulau Jawa dan Indonesia pada umumnya.
Kerajaan Mataram Islam
Kesultanan Mataram mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Agung. Pada pemerintahan Amangkurat II Belanda berhasil menguasai hampir sebagian besar wilayah Mataram.
Kerajaan Banten
Kesultanan Banten berawal sekitar tahun 1526 ketika Demak memperluas pengaruhnya ke kawasan pesisir barat Pulau Jawa.
Kekuatan politik Kesultanan Banten akhir runtuh pada tahun 1813 setelah sebelumnya Istana Surosowan sebagai simbol di kota Intan dihancurkan, dan pada masa-masa akhir pemerintahannya para Sultan Banten tidak lebih dari raja (sultan) bawahan dari pemerintahan kolonial Belanda.
Posisinya yang strategis di antara wilayah barat (Malaka) dan timur Nusantara (Malaka) membuat Kerajaan Gowa Tallo menjadi bandar utama untuk memasuki Indonesia Timur yang kaya rempah-rempah, dengan pelaut-pelaut yang tangguh.
Kejayaan Makassar mencapai puncaknya pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Said (1639-1653) dan Sultan Hasanuddin (1653-1669). Kedua sultan ini membawa Makassar sebagai daerah dagang yang maju.
Kendati demikian, sultan Makassar yang terkenal adalah Sultan Hasanuddin (1653-1669). Pada masa pemerintahannya Kesultanan Gowa-Tallo terlibat perang besar dengan VOC, yang terkenal dengan nama Perang Makassar (1666-1669).
Kerajaan Ternate dan Tidore
Kesultanan Ternate dan Tidore adalah dua dari empat kesultanan (Islam) di Maluku. Bukan pertama-tama karena letaknya yang strategis yang membuat kedua kesultanan ini penting dalam kancah aktivitas dan lalu-lintas perdagangan mas itu, melainkan karena posisinya sebagai penghasil rempah-rempah terbesar sehingga dijuluki “The Spice Islands” yang berarti Kepulauan rempah-rempah.
Awalnya Ternate dan Tidore hidup berdampingan dengan damai. Konflik terjadi ketika para pedagang Eropa mulai datang. Portugis memilih untuk berhubungan dengan Ternate, sedangkan Spanyol lebih memilih Tidore.
Baik Portugis maupun Spanyol sama-sama ingin menguasai wilayah-wilayah yang ada dalam persekutuan kedua kesultanan tadi, sehingga mereka sengaja melancarkan taktik dengan cara membina hubungan baik dengan penguasa setempat.
Sultan Baabullah (Ternate) kemudian melakukan perlawanan pada tahun 1570 dan berhasil mengusir Portugis dari Ternate pada tahun 1575. Bagaimana kisah perlawanan Sultan Baabullah, silahkan baca: Perlawanan Ternate terhadap Portugis