Kisah tentang Puerto Riko adalah kisah tentang rakyatnya. Meskipun pulau itu sendiri indah, hampir tidak memiliki sumber alam. Akan tetapi, pulau ini mempunyai medan yang sangat bhineka. Di sana terdapat hutan rimba yang menghijau, pantai panjang yang berpasir dengan rumpun pohon palem yang berjajar-jajar.
Barisan pegunungan yang kecil tetapi tidak rata yang melintang dari timur ke barat di pusat pulau itu, dan di sudut baratdaya terdapat daerah setengah gersang dengan tambang garam dan Teluk Fosforesen (kemilau) yang terkenal itu.
Di samping itu, penduduknya tersebar di mana-mana: ada yang tinggal di berbagai desa kecil di sela-sela pegunungan tengah; ada yang menghuni kota kecil di daerah pesisir yang terletak di tengah-tengah tanah datar yang ditanami tebu sepanjang tahun; serta ada pula yang bermukim di berbagai kota besar yang sedang tumbuh. Kota besar di negeri ini merupakan bukti nyata adanya kemajuan ekonomi dan sosial yang luar biasa besarnya.
Puerto Riko merupakan pulau yang paling kecil di Kepulauan Antilen Besar; pulau ini pun merupakan pulau yang terletak di ujung paling timur kepulauan tersebut. Luas pulau ini adalah seperempat belas luas Pulau Kuba dan 1/9 luas Pulau Hispanyola. Pulau yang wilayahnya hanya 8.900 km2 ini mendukung penduduk sebanyak hampir 3.200.000 jiwa.
Seandainya Puerto Riko merupakan negara bagian Amerika Serikat, ia menempati urutan ke-24 dalam jumlah penduduknya. (Tetapi pulau ini hanya menduduki peringkat ke-49 dalam hal wilayahnya). Namun, wilayah ini tidak merupakan negara bagian walaupun rakyatnya termasuk warga negara Amerika Serikat. Negara ini adalah sebuah persemakmuran yang setengah otonom di bawah perlindungan Amerika Serikat.
Pertautan antara lahan yang tidak luas dan sumber alam yang hanya sedikit dengan penduduknya yang padat itu merupakan satu-satunya faktor yang paling penting dalam sejarah Puerto Riko pada abad ke-20 ini. Kekurangan itu pun merupakan problem dan tantangan yang paling besar yang harus dihadapi negeri ini.
Kunjungi di google map
Penduduk Puerto Riko
Penduduk Puerto Riko telah menjalani sejarah yang panjang. Christopher Columbus menemukan pulau itu pada tanggal 19 November 1493 dalam pelayarannya yang kedua ke Dunia Baru. Dengan demikian, ketika rombongan peziarah mendarat di Plymouth Rock, wilayah ini telah menjadi milik Spanyol selama 127 tahun.
Kebudayaan Puerto Riko adalah kebudayaan Amerika Latin. Spanyol adalah negara induknya dan bahasa Spanyol merupakan bahasa induk penduduk. Bahasa Inggris adalah bahasa kedua dan diajarkan di semua sekolah umum. Kira-kira 80% penduduknya beragama Katolik Roma.
Belakangan ini semakin banyak gereja Protestan didirikan di seluruh pulau ini. Sebagian besar penduduknya adalah keturunan Spanyol, tetapi dengan adanya proses perkawinan campuran yang telah berlangsung sekian abad itu dengan orang Indian, Negro, Amerika Latin, orang Eropa lainnya serta orang Amerika Utara, garis ras itu boleh dikata sudah lenyap sama sekali. Keserasian ras di Puerto Riko, yang meskipun belum sempurna, lebih kentara dibandingkan dengan di kebanyakan negara di dunia.
Derajat kesehatan penduduk Puerto Riko amat tinggi. Hal itu tidak saja tercermin dalam angka statistiknya (misalnya, harapan hidup rata-rata adalah 70 tahun), tetapi juga dalam vitalitas, mobilitas, dan, terlebih-lebih lagi, dalam ambisi dan ketidaksabaran untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik di kalangan penduduknya.
Dibandingkan dengan taraf hidup di Amerika Serikat, kebanyakan penduduk Puerto Riko masih hidup dalam kemiskinan. Mereka tinggal di beratus-ratus kota kecil dan desa yang bertebaran di seluruh pulau itu. Setiap kota mengikuti pola tata kota tradisional Spanyol, yakni alun-alun di pusatnya, gereja bertembok putih di salah satu sudutnya dan alcaldfa (balai kota) di sudut yang satunya lagi.
Pertanian masih tetap merupakan tulang punggung perekonomian di berbagai kota kecil. Tebu ditanam di dataran pesisir. Sebagian hasil gulanya dimurnikan, sedangkan yang sebagian lagi diolah menjadi minuman keras yang disebut rum. Rum Puerto Riko terkenal di seluruh dunia.
Ternak, kopi, tembakau, dan jeruk dibudidayakan di daerah pegunungan. Namun, pemerintah Puerto Riko semakin menggalakkan pertumbuhan industri di sekitar kota kecil. Dengan dibangunnya berbagai pabrik, perikehidupan rakyatnya pun mengalami perubahan.
Pabrik membuka lapangan pekerjaan dan pekerjaan menghasilkan uang. Rumah kayu telah disulap menjadi rumah beton. Setiap Sabtu sore daerah alun-alun di banyak kota kecil di Puerto Riko selalu ramai dibanjiri orang yang berbelanja sandang, perabot rumah tangga, dan alat listrik.
Di berbagai kota kecil yang semakin banyak jumlahnya itu, jalan kecil yang diteduhi pepohonan yang dahulunya dirancang untuk lalu lintas kereta berkuda itu, kini sarat dengan lalu lintas kendaraan bermotor. Hingar-bingar suara klakson yang dibunyikan para pengemudi yang penasaran memecah kesunyian dan kelengangan yang selama berabad-abad mewarnai daerah pedesaan Puerto Riko.
Namun, jumlah pabrik dan lapangan pekerjaan belumlah memadai. Generasi muda acapkali tidak sabar menunggu. Akhir-akhir ini pemerintah telah membuka sekolah di setiap daerah di Puerto Riko. Hampir semua remaja pernah mengenyam pendidikan di bangku sekolah.
Bagi warga negara yang rajin dan sehat itu, pendidikan di bangku sekolah telah mampu merangsang keinginan mereka untuk belajar lebih banyak-dan serba ingin lebih dalam segala-galanya. Akibatnya, terjadilah perpindahan penduduk secara besar-besaran dari daerah pedesaan ke kota besar. Di samping itu, ratusan ribu penduduk Puerto Riko bahkan telah melangkah semakin jauh lagi-yaitu menyeberang lautan menuju ke daratan Amerika Serikat.
Kota Besar di Puerto Riko
Bagi semua warga negara Puerto Riko, ibu kota San Juan adalah sama dengan kemajuan. Kota itu adalah kota yang molek yang telah disulap menjadi poros kegiatan perdagangan, industri, dan kebudayaan tidak hanya bagi bangsa ini saja, melainkan juga bagi sebagian besar kawasan Karibia. San Juan menyajikan sesuatu bagi setiap orang. Kota lamanya dikelilingi oleh berbagai benteng dan dinding raksasa yang dibangun oleh orang Spanyol untuk melindunginya dari serbuan bersenjata serta dari ancaman bajak laut.
El Morro, San Cristobal, San Jeronimo, dan La Fortale7a adalah benteng yang sertamerta mampu membawa para pengunjungnya ke suatu dunia yang telah hilang, yakni dunia imperium kolonial Spanyol. Bekas benteng La Fortaleza sampai sekarang masih menjadi markas besar kegiatan pemerintahan Puerto Riko serta kediaman para gubernur pulau itu.
Tidak jauh dari Kota Lama terdapat Pantai Emas San Juan. Dalam kaitan ini ”emas” bukan berarti logam yang dicari-cari oleh para conquistadores (penakluk), tetapi mampu menarik sekitar 1.000.000 wisatawan setiap tahunnya. Pantai Emas itu merupakan suatu kawasan yang penuh dengan hotel mewah, kebanyakan di antaranya berada di jajaran pantai di San Juan. Kawasan itu lambat laun mekar ke arah barat sampai ke Dorado dan ke timur sampai sejauh Fajardo.
Kawasan Hato Rey, yakni daerah perniagaan di San Juan, merupakan tempat para pengunjung dapat menyaksikan dengan sepuas-puasnya kemakmuran San Juan. Di Hato Rey inilah terletak kompleks bangunan pencakar langit modern yang ditempati oleh berbagai bank, maskapai penerbangan, industri besar, dan perkantoran pemerintah.
Tepat di sebelah selatan Hato Rey, yakni di daerah Rio Piedras, terletak kampus induk Universitas Puerto Riko. Universitas yang didirikan pada tahun 1903 itu kini menampung sekitar 50.000 mahasiswa dari segala departemen. Kampus Rio Piedras mempunyai berbagai bangunan yang dirancang baik dalam gaya arsitektur Spanyol maupun dalam gaya arsitektur paling mutakhir.
Di sekitar San Juan bertebaran kawasan pembangunan perumahan yang disebut urbanizaciones. Kawasan permukiman tersebut mempunyai kompleks perumahan yang terbuat dari beton yang dicat dengan warna ceria serta dikitari oleh kebun bunga dan pohon jeruk.
Secara dramatis kawasan urbanizaciones itu memperagakan berapa banyak di antara mereka yang pindah dari daerah pedesaan itu telah berhasil melejit ke jenjang kelas menengah. Namun, tidak semua penduduk yang pindah ke kota itu berhasil memperbaiki keadaan keuangan mereka. Di San Juan bertebaran pula daerah kumuh yaitu kawasan yang menampung ribuan rumah kayu beratap seng yang telah karatan dan berjubel di sepanjang jaringan terusan yang berkelok-kelok melintasi daerah pusat kota itu.
Daerah lain yang telah mengkota di Puerto Riko antara lain adalah Ponce yang terletak di pesisir selatan dan Mayagijez yang terletak di ujung sebelah barat pulau ini. Namun, daerah itu masih belum mampu mengungguli San Juan.
Masing-masing kota itu memiliki ciri khasnya sendiri-sendiri. Penduduk kota Ponce tengah berupaya untuk melestarikan arsitektur dan adat istiadat tradisional Spanyol di Puerto Riko. Sebagai kota terbesar kedua di pulau itu, Ponce juga merupakan pelabuhan yang penting.
Penduduk Mayagijez menginginkan agar tradisi pertanian di pulau tersebut tetap dipertahankan. Ponce tidak hanya menyajikan plazanya yang indah dan dihias pepohonan itu saja, melainkan juga sebuah museum kesenian yang paling terkemuka di pulau itu, yakni El Museo de Ponce.
Museum yang anggun ini menyimpan berbagai benda seni yang berasal dari zaman klasik Eropa dan zaman modern Puerto Riko serta Amerika Latin. Mayagijez merupakan tempat beradanya Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian dan Kerekayasaan di pulau itu, yang merupakan cabang Universitas Puerto Riko. Dataran dan perbukitan yang agak bergelombang di sekitar kota itu merupakan salah satu di antara lahan paling subur di _Puerto Riko.
Perikehidupan di Puerto Riko
Suasana di Ponce, Mayaguez dan daerah pedesaan di Puerto Riko adalah demikian berbeda dengan suasana di kota metropolitan San Juan sehingga banyak orang yang berpendapat bahwa sebenarnya ada dua Puerto Riko di pulau itu. Ciri khas masing-masing bagian itu tidak hanya terletak pada tahap perkembangan fisiknya yang berlainan itu saja, melainkan juga pada gaya hidupnya yang bhineka.
Orang Puerto Riko yang berasal dari luar kota San Juan pada hakekatnya masih tetap merupakan orang yang berorientasi kepada keluarganya. Menu makanan pokoknya masih terdiri atas bahan tradisional yang berupa nasi, kacang merah rebus, ikan cod, dan daging babi panggang.
Kepala keluarga bekerja keras dan bersikap otoriter dalam hubungannya dengan istri dan anaknya. Begitu matahari terbenam dia sudah tidur dan keesokan harinya dia bangun ketika fajar menyingsing. Dia murah hati dan yakin bahwa kehidupannya sendiri dan kehidupan keluarganya sudah diatur oleh takdir, tetapi dia pun yakin bahwa nasib itu sendiri akan bermurah hati kepadanya dan kepada keluarganya.
Kehidupan kekeluargaan tradisional di kalangan penduduk Puerto Riko yang bermukim di San Juan sudah mengalami banyak perubahan. Seorang istri mungkin saja berangkat ke tempat pekerjaannya di pagi hari bersama-sama dengan suaminya. Pada kenyataannya, asalkan mampu membelinya, mungkin saja si istri mempunyai mobil sendiri.
Menu makanan keluarga terdiri atas bahan yang mudah didapat di toko swalayan yang besar yang terletak di pusat perbelanjaan. Menu itu tidak banyak berbeda dengan menu makanan orang New York atau Los Angeles, tetapi harganya sedikit lebih tinggi. Mereka baru tidur setelah larut malam sehabis menonton acara televisi yang sama dengan yang dinikmati oleh mereka yang tinggal di daratan Amerika Serikat, tetapi suara para pelakunya telah disuarakan dengan bahasa Spanyol.
Kepala keluarga yang tinggal di San Juan membelanjakan sebagian besar pendapatannya untuk memperbaharui rumah atau apartemennya. Sedikit sekali sisa pendapatannya yang dapat ditabung. Kredit mudah sekali diperoleh di Puerto Riko dan sebuah keluarga sering menggunakan uang lebih banyak daripada yang dihasilkannya.
Namun, pada akhir minggu biasanya kepala keluarga di San Juan itu mengajak seluruh anggota keluarganya ke sisi lain Puerto Riko yaitu ke daerah pedesaan atau ke salah satu kota yang lebih kecil-yang lingkungan alamnya masih hijau, santai, dan tanpa basa-basi. Mereka berkunjung ke sanak keluarga dan selama beberapa jam menikmati kembali suatu bentuk kehidupan yang mungkin telah mereka tinggalkan untuk selama-lamanya.
Masih ada Puerto Riko yang ketiga yaitu kurang lebih 1.000.000 penduduk yang meninggalkan lahan pertanian mereka dan hijrah ke New York serta berbagai kota besar lainnya di daratan Amerika Serikat.
Tersedianya lapangan pekerjaan yang menuntut sedikit ketrampilan atau bahkan yang tidak memerlukan ketrampilan sama sekali di New York (dan kota-kota lain), serta bayangan upah yang lebih besar ketimbang yang biasa mereka terima di Puerto Riko, merupakan suatu faktor yang menentukan dalam perpindahan penduduk besar-besaran ke arah utara ini.
Hampir semua pendatang baru dari Puerto Riko itu bermukim di daerah termiskin di New York. Banyak di antara mereka menjadi korban prasangka keturunan dan rasial. Tidak ada di antara mereka yang siap menghadapi kehidupan di daerah yang beriklim dingin dan di suatu lingkungan budaya yang tidak mereka pahami.
Banyak orang Amerika yang terperanjat melihat banyaknya orang Puerto Riko yang meninggalkan tanah air mereka yang indah, hangat, dan ramah itu untuk menempuh kehidupan di daerah permukiman miskin yang serba dingin dan keras di daratan Amerika. Namun, pendatang baru dari Puerto Riko mampu bertahan karena impian pribadinya.
Dia menginginkan lebih banyak daripada sekadar pekerjaan yang berupah tinggi; dia berangan-angan kembali lagi ke Puerto Riko kelak untuk menempuh kehidupan yang layak. Banyak yang berhasil mewujudkan impiannya itu.
Segi yang ganjil dalam kegiatan migrasi penduduk Puerto Riko ini adalah adanya migrasi balik. Selama tahun-tahun tertentu, ketika ternyata bahwa lapangan pekerjaan di New York dan berbagai kota lainnya di daratan Amerika Serikat semakin menciut, lebih banyak penduduk Puerto Riko yang kembali ke tanah airnya daripada yang meninggalkannya.
Puerto Riko dan Amerika Serikat
Semua gerakan itu-yang pada kenyataannya juga semua kemajuan yang dicapai Puerto Riko dimungkinkan oleh adanya hubungan politik yang unik antara Puerto Riko dengan Amerika Serikat. Penduduk Puerto Riko adalah warga negara Amerika Serikat. Dengan demikian, mereka dapat keluar masuk daratan Amerika Serikat seperti halnya penduduk daratan Amerika Serikat yang keluar masuk dari satu negara bagian ke negara bagian lainnya.
Pulau itu resminya berstatus persemakmuran, yang dalam bahasa Spanyol adalah estado libre asociado (”berstatus asosiasi bebas”). Puerto Riko merupakan bagian dari sistem federal Amerika Serikat mirip dengan negara bagian Serikat. Namun, ada dua perbedaan yang penting.
Penduduk Puerto Riko yang tinggal di pulau itu dibebaskan dari segala macam pajak federal dan mereka tidak ikut memberi suara dalam pemilihan umum untuk memilih presiden Amerika Serikat dan tidak memiliki wakil yang mempunyai hak suara di dalam pemilihan umum untuk memilih anggota Kongres Amerika Serikat.
Akan tetapi, Puerto Riko mempunyai otonomi yang lebih besar di bidang pemerintahan dan keuangan ketimbang negara bagian Serikat. Penduduk pulau itu memilih gubernur dan badan legislatifnya sendiri. Undang-undang yang disusun oleh Kongres umumnya berlaku di Puerto Riko. Pulau itu mempunyai satu orang wakil di Kongres, yang disebut komisioner tetap. Dia ikut serta dalam semua kegiatan Kongres, kecuali dalam kegiatan memberikan suara.
Banyak orang luar yang berkunjung ke Puerto Riko bertanya-tanya bagaimana cara negara itu membentuk hubungannya yang unik dengan Amerika Serikat. Banyak pula yang bertanya mengapa Puerto Riko yang hubungannya begitu dekat dengan Amerika Serikat itu tidak mengajukan permohonan untuk menjadi negara bagian penuh kepada Amerika Serikat.
Ada pula yang bertanya mengapa Puerto Riko yang berkebudayaan Amerika Latin dan ingin sekali melestarikannya itu tidak menjadi republik yang merdeka seperti yang dilakukan oleh banyak negara Latin lainnya di belahan bumi bagian barat itu. Rakyat Puerto Riko sendiri sudah sejak lama memperdebatkan masalah itu. Pada kenyataannya apa yang oleh rakyat Puerto Riko disebut masalah status itu telah memonopoli bidang politik di negeri itu.
Mayoritas rakyat menghendaki dilanjutkannya status persemakmuran itu. Cukup banyak pula yang menghendaki status negara bagian. Jauh lebih sedikit yang menginginkan kemerdekaan. Pada tahun 1967 masalah tersebut secara langsung diajukan kepada rakyat dalam suatu referendum dan hasilnya adalah 60% suara untuk persemakmuran, 39% suara untuk status negara bagian, sedangkan suara yang terkumpul untuk kemerdekaan hanya 1 %.
Sejarah Puerto Riko yang panjang itu mengungkapkan mengapa penduduk pulau itu mengupayakan suatu pemecahan yang luar biasa bagi problem politik mereka.
Sejarah Puerto Riko
Menurut legenda (hanya sebagian yang dipertegas dengan dokumen) Christopher Columbus menganggap Puerto Riko sebagai pulau yang terindah di antara pulau lainnya di Karibia yang telah dikunjunginya.
Akan tetapi, bagi orang Spanyol yang berjiwa petualang yang menyertai Columbus dan bagi mereka yang mengikuti jejaknya selama 3 abad berikutnya, segi yang paling menarik tentang pulau itu bukanlah sekadar keindahannya atau tidak adanya sumber alam serta kesantaian kehidupan di sana.
Juan Ponce de Leon menjadi gubernur pertama pulau itu. Namun, sekiranya Ponce de Leon berharap untuk dapat mengeruk harta karun di Puerto Riko, dia akan mengalami kekecewaan yang dalam sekali; dia terpaksa harus berkelana jauh dari pulau itu untuk menemukan emas atau pun petualangan.
Orang Indian yang tinggal di Puerto Riko dan ditemukan Ponce de Leon tidak banyak jumlahnya dan pada umumnya cinta damai. Akan tetapi, tidak lama kemudian penduduk pribumi itu tiba-tiba saja boleh dikata lenyap sama sekali.
Ternyata, kurang dari 50 tahun setelah Ponce de Leon mendirikan koloni di Puerto Riko, pihak yang berwenang melaporkan bahwa orang Indian itu semuanya sudah mati di medan perang atau karena serangan penyakit atau telah mengungsi ke berbagai pulau di dekatnya.
Namun, akhirnya terungkap bahwa sebagian di antara mereka ternyata telah mengungsi ke pegunungan tengah di pulau itu dan, oleh sebab itu, banyak di antara penduduk Puerto Riko masih dapat kita lihat ciri khas ras Indiannya.
Problem terbesar yang dihadapi Puerto Riko pada abad ke-16 adalah upaya untuk mencegah jangan sampai pulau itu menjadi tidak berpenduduk sama sekali. Karena tidak ada harta karun atau petualangan di sana seperti yang mereka dapatkan di Meksiko dan Peru, misalnya, hanya sedikit orang Spanyol yang ingin tetap tinggal di pulau itu.
Akan tetapi, Spanyol menganggap pulau itu memiliki arti strategis yang sangat besar sebagai pintu gerbang menuju ke imperium kolonialnya yang maha luas itu. Musuh Spanyol pun berpendapat demikian-terutama Inggris, Belanda, dan Prancis. Sekali-sekali mereka mengirim kapal dan bala tentara untuk ‘merebut Puerto Riko dari tangan Spanyol.
Namun, semua ekspedisi itu mengalami kegagalan, berkat adanya sejumlah benteng Spanyol yang menakjubkan yang melindungi San Juan-serta berkat keberanian para pembela pulau tersebut. Namun, terlepas dari arti strategis yang dimiliki pulau itu, orang Spanyol yang tinggal di Puerto Riko masih saja ingin pergi ke tempat semacam Meksiko atau Peru, dengan harta karun yang menunggu mereka di sana.
Selama berabad-abad, banyak di antara mereka benar-benar meninggalkan pulau itu. Pada tahun 1800, setelah 300 tahun di bawah kekuasaan Spanyol, penduduk pulau itu hanya tinggal sebanyak 155.426 jiwa.
Baru pada abad ke-19 sesuatu benar-benar mulai terjadi, seperti halnya di seluruh bagian Imperium Spanyol. Seperti halnya rakyat Amerika Latin yang untuk pertama kalinya menonjolkan identitas nasional yang berbeda dengan identitas Spanyol, rakyat Puerto Riko pun mulai menyatakan bahwa mereka bukanlah ”bangsa Spanyol seberang laut”, melainkan bangsa Puerto Riko.
Masa itu adalah masa perombakan besar-besaran di Spanyol dan, karena pandangan Pemerintah Spanyol menjadi agak liberal di dalam negeri, kebijaksanaannya di Dunia Baru pun menjadi lebih liberal pula. Pada awal abad ke-19 Puerto Riko mengutus wakilnya yang pertama, yaitu Ramon Power y Giralt, ke parlemen Spanyol.
Power adalah seorang pembicara yang amat mahir dan dia berhasil mewujudkan perbaikan yang besar dalam peraturan pemerintahan dalam negeri dan perdagangan bagi Puerto Riko. Namun, ketika kalangan politik di Spanyol berbalik lagi ke absolutisme, beberapa kebijaksanaan lama yang bersifat menekan diberlakukan lagi di koloni Spanyol. Kekangan itu malah memperbesar nafsu berbagai negara di Amerika Latin untuk membebaskan diri dari Spanyol.
Di Puerto Riko pun terdapat keinginan untuk bebas, tetapi disertai dengan dua ciri khas yang berlainan. Yang pertama, rakyat Puerto Riko menginginkan adanya perubahan, tetapi tidak menghendaki adanya kekerasan. Di pulau itu tidak pernah terjadi revolusi; satu-satunya usaha untuk memberontak, yakni pada tahun 1868 di dekat kota kecil Lares, dalam waktu singkat berantakan karena tidak adanya dukungan rakyat.
Perbedaan yang kedua adalah bahwa rakyat Puerto Riko ingin bebas, tetapi tidak ingin merdeka. Cita-cita rakyat Puerto Riko adalah untuk mewujudkan kebebasan perorangan, penghapusan perbudakan, serta pemerintahan sendiri sepenuhnya, tetapi tanpa harus memutuskan ikatannya dengan Spanyol.
Tokoh gerakan otonomisme ini adalah para pemimpin politik seperti Ramon Baldorioty de Castro dan, menjelang akhir abad ke-19, Luis Munoz Rivera. Akhirnya, pada tahun 1897 Munoz Rivera berhasil membujuk pemerintah Spanyol yang berhaluan liberal itu untuk merestui Undang-Undang Otonomi bagi pulau itu.
Tahun berikutnya pemerintah daerah pertama di Puerto Riko dibentuk dengan Munoz sebagai perdana menteri. Namun, dalam waktu satu tahun saja terjadilah suatu perubahan yang mendadak dan di luar dugaan dalam seluruh kerangka sejarah Puerto Riko.
Keterlibatan Amerika Serikat
Pada tahun 1898, sebagai salah satu syarat untuk mengakhiri Perang Spanyol-Amerika, Spanyol terpaksa menyerahkan Puerto Riko kepada Amerika Serikat yang keluar sebagai pemenang dalam perang itu. Sebelum perang itu berakhir, pasukan Amerika telah mendarat di pesisir selatan pulau itu dan telah menyusup sampai ke San Juan tanpa perlawanan dari garnisun Spanyol.
Yang agak mengherankan adalah bahwa ternyata tentara Amerika itu disambut hangat oleh rakyat Puerto Riko, yang memandang bendera Amerika sebagai lambang kebebasan dan kemakmuran. Akan tetapi, di bawah kekuasaan baru itu Puerto Riko melangkah mundur ke pemerintahan kolonial murni.
Namun, sekarang ada bedanya. Meskipun Pemerintah Amerika Serikat tidak memperlihatkan keinginan yang besar untuk memberikan pemerintahan sendiri kepada Puerto Riko, Amerika Serikat tetap memperlihatkan keprihatinannya terhadap problem yang luar biasa besarnya yang dihadapi negara itu-yakni kepapaan yang mencekik semua orang, kecuali segelintir orang Puerto Riko saja.
Kepemimpinan politik Puerto Riko kehilangan akal sehatnya menghadapi rentetan kejadian pada tahun 1898 itu. Sewaktu menyaksikan bagaimana rakyatnya menyambut tentara Amerika, serta-merta mereka memberikan reaksi berupa permohonan untuk memperoleh status negara bagian.
Akan tetapi, tidak lama kemudian kepemimpinan itu terpecah menjadi tiga kubu -yaitu mereka yang menginginkan kemerdekaan penuh, mereka yang menginginkan pembauran dengan Amerika Serikat, dan mereka yang menginginkan diambilnya jalan tengah, yakni otonomi. Munoz Rivera, yang diangkat menjadi komisioner tetap Puerto Riko untuk Kongres Amerika Serikat, tetap merupakan pemimpin gerakan otonomisme.
Pada tahun 1916 dia berhasil meyakinkan Kongres untuk memperbesar pemerintahan sendiri pulau itu dan untuk memperluas kewarganegaraan Amerika Serikat sehingga mencakup seluruh rakyat Puerto Riko.
Para pejabat Amerika Serikat, yang lebih memusatkan perhatian kepada peningkatan kesejahteraan golongan penduduk yang miskin papa di Puerto Riko daripada melibatkan diri dalam percaturan politik pulau itu, melaksanakan berbagai program pembangunan sekolah, rumah sakit, dan jalan.
Pada tahun 1930-an Presiden Franklin D. Roosevelt berupaya untuk memperluas program New Deal-nya ke pulau itu berupa beberapa proyek kesejahteraan dan pembangunan. Sedikit kemajuan ternyata telah berhasil dicapai. Modal swasta masuk ke pulau itu untuk membangun industri gula, tetapi industri itu demikian kecilnya sehingga manfaatnya tidak sampai menyentuh kehidupan sebagian besar rakyat.
Problem yang dihadapi sekarang adalah terlalu besarnya jumlah penduduk dan terlampau cepatnya pertumbuhan penduduk. Namun, di samping itu, juga karena kepemimpinan politik setempat tampaknya lebih terbenam dalam masalah status sehingga kecil sekali minatnya untuk menangani berbagai problem yang lebih mendesak di bidang pemantapan ekonomi dan sosial.
Titik balik dalam sejarah pulau itu muncul pada tahun 1940 ketika Luis Munoz Marin, yakni putra tunggal Munoz Rivera, memegang tampuk kekuasaan setelah memenangkan kursi dalam badan legislatif Puerto Riko dengan selisih angka yang tipis. Pada saat itu hanya para anggota badan legislatif saja yang dipilih oleh rakyat, sedangkan jabatan gubernur masih ditunjuk oleh presiden Amerika Serikat.
Munoz Marin menjadi ketua senat Puerto Riko dan melaksanakan suatu program pembaharuan ekonomi yang luas cakupannya. Dia menekankan bahwa baik problem kemiskinan, pengangguran, buruknya perumahan dan kesehatan, maupun fasilitas pendidikan yang sangat memprihatinkan itu harus diutamakan pemecahannya ketimbang masalah status. Usahanya untuk memerangi ketimpangan kemanusiaan ini mendapat dukungan dari rakyat dan Pemerintah Amerika Serikat.
Pada tahun 1941 Presiden Roosevelt menunjuk Rexford Tugwell sebagai gubernur Puerto Riko. Sebagai seorang administrator yang berpengalaman dengan berbagai gagasan yang progresif, Tugwell bekerja bahu-membahu dengan Munoz Marin untuk memulai apa yang kemudian disebut ”revolusi damai” di Puerto Riko.
Pada tahun 1948 Puerto Riko diberi hak untuk memilih gubernurnya sendiri. Sebagaimana telah diperkirakan, Munoz Marin terpilih untuk menduduki jabatan itu dengan suara mayoritas yang besar.
Tidak lama kemudian Muhoz dan pemerintah yang dipimpinnya menemukan sesuatu’yang mendasar. Semua undang-undang pembaharuan serta semua pidato tentang persamaan dan keadilan sosial ternyata tidak bakal banyak artinya dalam upaya membebaskan rakyat pulau itu dari penderitaan ekonomi yang sudah berjalan 4 abad itu, apabila tidak dibarengi dengan industrialisasi besar-besaran.
Tugas menggalakkan industrialisasi di pulau tersebut dibebankan kepada Teodoro Moscoso, bekas tangan kanan Tugwell. Moscoso melaksanakan Operasi Bootstrap, yang ternyata berhasil dengan gemilang sehingga akhirnya membuka jalan bagi kemakmuran di pulau itu.
Masalah status masih saja mengintai di belakang layar dan akhirnya Mui’ioz Marin bertekad untuk menanganinya. Sepanjang hidupnya dia merupakan seorang independentista (yaitu seorang pendukung gagasan kemerdekaan). Namun, karier politiknya telah memberinya pelajaran bahwa pada saat itu rakyat tidak menghendaki nasionalisme dan pemisahan politik, seperti halnya selama abad sebelumnya.
Di samping itu, karier pemerintahannya telah mengajarkannya bahwa kemerdekaan bakal membinasakan setiap harapan untuk mewujudkan industrialisasi yang cepat. Pengalaman selama melaksanakan Operasi Bootstrap telah membuktikan bahwa penanaman modal mengalir masuk ke pulau itu karena Puerto Riko bernaung di bawah bendera Amerika.
Barang yang dihasilkan di pulau itu dapat masuk dengan bebas ke berbagai pasar di daratan induk. Di lain pihak, pengampunan pajak merupakan pendorong besar untuk menarik kalangan industri. Status negara bagian akan berarti diakhirinya pengampunan pajak itu. Dengan demikian, Munoz pun menyimpulkan bahwa status negara bagian tidak mungkin diwujudkan dilihat dari segi ekonomi.
Pada tahun 1952, setelah Kongres menyetujui perundang-undangan yang tepat-guna dan Puerto Riko telah menyusun dan menyetujui konstitusinya sendiri, status persemakmuran diproklamasikan secara’resmi. Dengan statusnya yang baru, pulau itu masih tetap memperoleh hak kewarganegaraan Amerika Serikat ataupun pengampunan pajak.
Status persemakmuran juga besar artinya bagi kewibawaan Puerto Riko. Status itu telah berhasil mengangkat pulau itu dari status koloni ke suatu kedudukan menentukan nasibnya sendiri sepenuhnya. Untuk pertama kali sejak pasukan Amerika Serikat mendarat pada tahun 1898, Puerto Riko memperoleh status yang diinginkan oleh sebagian besar rakyatnya.
Para ahli sejarah sepakat menyebut kurun waktu antara tahun 1940 sampai tahun 1964 sebagai Zaman Munoz. Dalam kurun waktu itu dia dan Partido Popular Democratico-nya (PPD) mendapat dukungan yang meyakinkan dari rakyat. Munoz Marin terutama sangat dipatuhi dan dicintai oleh kalangan masyarakat pedesaan, atau golongan jibaros.
Dia tidak saja telah berhasil mewujudkan salah satu di antara ekonomi yang paling pesat pertumbuhannya di dunia (yakni laju pertumbuhan sebesar 10% per tahun) dan memberikan jawaban terhadap masalah status, tetapi dia telah pula mendorong rakyatnya untuk memanfaatkan kemakmuran baru itu dengan bijaksana sehingga terciptalah suatu peradaban yang mantap, baik dalam nilai spiritual maupun nilai materialnya.
Pada tahun 1964, dalam usia 66 tahun, Munoz Marin menolak pencalonan partainya untuk masa jabatan kelima kalinya sebagai gubernur. Secara pribadi dia memilih pembantu terdekatnya, Roberto Sanchez Vilella, untuk calon jabatan gubernur, dan partainya memperoleh kemenangan lagi dengan selisih suara yang besar.
Akan tetapi, turunnya Munoz dari tampuk kekuasaan itu mengakibatkan timbulnya perpecahan di dalam tubuh partai itu menjadi fraksi-fraksi yang saling bertikai. Gubernur Sanchez Vilella meninggalkan PPD dan pada tahun 1968 perpecahan tersebut mengakibatkan kekalahan partai itu.
Luis A. Ferre, seorang industrialis terkemuka dan calon Statehood Republican Party (SRP) untuk jabatan gubernur berturut-turut dalam tiga kali pemilihan umum sebelumnya, akhirnya memenangkan jabatan itu dalam kedudukannya sebagai ketua partainya sendiri, yakni Partai Progresif Baru, bukan sebagai calon dari SRP.
Partai Progresif Baru juga berupaya mewujudkan status negara bagian bagi Puerto Riko. Namun, karena besarnya keinginan negara itu untuk mempertahankan kesinambungan proses industrialisasinya, Partai Progresif Baru tidak sampai mendesak rakyat atau pun Kongres untuk mempercepat perubahan statusnya itu.
Pada pemilihan umum tahun 1972 calon dari PPD, yaitu Rafael Hernandez Colon, terpilih sebagai gubernur. Akhirnya, Partai Progresif Baru berjaya lagi pada tahun 1976 dengan memenangkan jabatan gubernur dan sekaligus mayoritas dalam kedua kamar di badan legislatif Carlos Romero Barceld menjadi gubernur baru Puerto Riko. Dia terpilih kembali pada tahun 1980 dengan selisih suara hanya 3.000. Rafael Hernandez Colon terpilih kembali sebagai gubernur pada tahun 1984.
Puerto Riko masih saja merupakan salah satu wilayah yang paling miskin di antara wilayah yang berada di bawah naungan Amerika Serikat. Jalan yang harus ditempuh pulau itu untuk mengejar ketinggalannya masih jauh.
Namun, rakyat Puerto Riko yang telah berhasil melakukan lompatan besar dalam waktu yang sedemikian singkatnya itu, masih tetap tak kenal lelah dan tidak mau berpangku tangan seperti sediakala. Kiranya beralasan kalau kita berpendapat bahwa revolusi damai mereka itu masih akan berlanjut.
ALEX W. MALDONADO, penyunting pendamping, EI Mundo, San Juan, Puerto Riko
Editor: Sejarah Negara Com
Ringkasan
Ibu kota (dan kota terbesar) | San Juan |
Bahasa resmi | Spanyol dan Inggris |
Pemerintahan | Dependensi presidensial |
• Presiden | Donald Trump |
• Gubernur | Ricky Rosselló |
Legislatif | Majelis Legislatif |
– Majelis Tinggi | Senado |
– Majelis Rendah | Cámara de Representantes |
Wilayah seberang laut (Unincorporated territory) Amerika Serikat | |
• Diserahkan oleh Spanyol | 10 Desember 1898 |
• UU Jones–Shafroth | 02-Mar-17 |
• Konstitusi | 25-Jul-52 |
– Perairan (%) | 1,6 |
Population | |
– Perkiraan 2014 | 3.548.397 (135) |
PDB (KKB) | 2012 |
– Total | $125.630 miliar |
– Per kapita | $34.752 |
PDB (nominal) | 2014 |
– Total | $125.630 miliar |
– Per kapita | $28.681 |
Gini (2011) | 53.1 tinggi |
IPM (2012) | Steady 0.865 |
Mata uang | Dolar Amerika Serikat (US$) (USD) |
Zona waktu | Waktu Standar Atlantik (AST) (UTC-4) |
Lajur kemudi | kanan |
Kode telepon | 0,161874 |
Kode ISO 3166 | PR |
Ranah Internet | .pr |