Pola sejarah hubungan internasional Indonesia dan Malaysia

Merujuk kepada pengertian hubungan internasional yang ditulis Dr Anak Agung yang menyatakan bahwa hubungan internasional bisa mencakup interaksi sektor ekonomi, pariwisata maupun perdagangan diatas, saya mengambil sebuah contoh hubungan internasional dalam konteks ekonomi dan pariwisata antara Indonesia dan Malaysia.

Untuk mengetahui latar belakang kedua negara ini silahkan baca: Indonesia negara terbesar di Asia Tenggara (baca di sini, dan Malaysia negara penting di Asia timur (baca di sini)

Bacaan Lainnya
Pola sejarah hubungan internasional Indonesia dan Malaysia

Bidang Ekonomi

Muhammad Rifan Fajrin, menulis artikel dalam majalah Kompas Mahasiswa (2008), dari segi ekonomi, Malaysia telah lebih dulu mengambil “harta” Indonesia. Malaysia ketika itu melalui Petro, perusahaan minyak Malaysia memberikan kontrak kerja dengan memberikan konsesi eksplorasi atas blok Ambalat kepada Shell, perusahaan patungan antara Inggris dan Belanda pada 16 Pebruari 2005. Padahal blok Ambalat masih merupakan wilayah Indonesia.

Romadi S.Pd, dalam jurnal Paramitha (vol. 17 No.1-Januari 2007: 67) lebih lanjut menulis, pada 21 Februari 2005 melakukan tindakan provokasi dengan penangkapan belasan pekerja yang membangun mecusuar di Karang Unarang oleh tentara Diraja Malaysia-nya.

Pasukan Malaysia juga menembak kapal-kapal Indonesia di perairan tersebut. Mereka juga melakukan manuver dua kapal cepat patroli dan satu pesawat Intai Beecrafi B.200 Super King.

Bidang Pariwisata

Penggunaan lagu ”Rasa Sayange” sebagai jingle pariwisata negeri Jiran semakin menambah keruh suasana konflik pasca Ambalat. Malaysia melihat lagu tersebut sebagai lagu masyarakat Melayu. Padahal, dalam Wikipedia Indonesia disebutkan Rasa Sayange ditulis oleh orang Maluku bernama Paulus Pea. Saudaranya, Edward Pea, 93 tahun, adalah salah seorang saksi hidup yang mengerti fakta sejarahnya. (www.wikipedia.com)

Dalam situs tersebut, juga disebutkan bukti lain adalah ditemukannya piringan hitam berisi lagu Rasa Sayange yang direkam oleh Lokananta, Solo, Indonesia pada 15 Agustus 1962 dan telah dibagikan kepada peserta Asian Games IV di Jakarta pada tahun 1962. Master kopi rekaman pertamanya pun masih disimpan oleh PT Lokanata dan merupakan rekaman yang pertama dari lagu ini di seluruh dunia. ( www.wikipedia.com )

Bahkan menurut ahli telematika Roy Suryo, di Arsip Nasional telah ditemukan satu rekaman video yang menceritakan kehidupan di Indonesia antara tahun 1927-1940, produksi NV Haghefilm, Den Haag Holland, yang berjudul “Insulinde zooals het left en werkt”, di mana lagu Rasa Sayange diputar di produksi film tersebut.

Dengan adanya film yang dibuat oleh NV Haghefilm tersebut mengenai kehidupan di Indonesia antara tahun 1927-1940 dan terdengar lagu Rasa Sayange, dapat dijadikan sebagai bukti konkret bahwa lagu tersebut adalah memang milik bangsa Indonesia sejak tahun 1927. Klaim Indonesia ini diperkuat lagi dengan penggunaan huruf ‘e’ pada akhir kata ‘Sayange’ yang merupakan keunikan/ciri dialek Orang Melayu Ambon, Indonesia.

Tentu saja tindakan-tindakan malaysia ini mendapatkan respons dari Indonesia. Dalam konflik Ambalat, Indonesia menanggapi dengan pengiriman pasukan, kapal perang dan pesawat tempur. Bahkan TNI AD siap mengirimkan pasukan bila terdapat unstruksi politik dari pemerintah dan DPR (Romadi Spd, dalam jurnal Paramitha vol. 17 No.1-Januari 2007: 67).

Sementara dalam kasus lagu Rasa Sayang’e, dengan penemuan beberapa bukti tersebut Pemerintah Indonesia mendesak pemerintah Malaysia menghentikan penggunaan lagu tersebut pada jingle pariwisata negara jiran dengan menyampaikan bukti-bukti otentik bahwa lagu Rasa Sayange merupakan milik Indonesia. Selain itu Indonesia mulai memikirkan pentingnya pemakaian hak cipta atas kekayaan intelektual anak bangsa tersebut.

Selanjutnya Kedua reaksi dari Indonesia atas Malaysia tersebut dapat saya simpulkan sebagai sebuah bentuk hubungan yang simetris. Dapat dijelaskan dengan pola hubungan Internasional sebagai berikut : (Dr Anak Agung Banyu Perwita dan Dr Yanyan Mochamad Yani, 2005: Hal 42).

Catatan: Negara A dalam hal ini adalah Malaysia dan Negara B adalah Indonesia

Hubungan Simetris adalah formulasi dari pola aksi reaksi yang memberikan kesan tertutup dan berbentuk simetris. Hubungan ini dimaksudkan jika, Negara A mengeluarkan aksi terhadap Negara B, maka aksi tersebut dipersepsikan oleh para pembuat keputusan di Negara B. Negara B memberikan respon atau reaksi atas aksi A tadi. Kemudian kembali direspon Negara A berupa aksi susulan sehingga terjadi aksi /hubungan timbal balik (Resiprokal).

Tindakan Malaysia ini juga sejalan dengan dengan teori yang ditulis Machiavelli dalam Machiavelli’s Theori of Foreign Politics. Dia menulis sistem Internasional serupa dengan state of license, yang tidak memiliki satu otoritas tertentu untuk mengaturnya.

Dalam sistem tersebut ambisi dan fear of preservation merupakan dua hal pokok yang mendasari tingkah laku negara yang akhirnya melahirkan peperangan (Nina Witasari, Hand out Sejarah Hubungan antar bangsa, Pemikiran Politik Luar Negeri Machiavelli, 2008 halaman 4).

Ambisi dapat menimbulkan lahirnya upaya untuk mendominasi negara lain dengan lahirnya upaya pengamanan dan mempersenjatai diri. Dalam hal ini, Malaysia berusaha melakukan maneuver dan penjagaan ketat di Blok Ambalat dengan tentara diraja Malaysia sebagaimana yang disebutkan diatas.

Kemudian Fear of Preservation, dapat menimbulkan masalah dan memicu perang. Hal ini dikarenakan apa yang dilakukan suatu negara telah menyebabkan negara lain terancam. Dalam hal ini, ternyata yang dilakukan Malaysia telah mengancam kedaulatan Indonesia, sehingga apa yang dilakukan Malaysia mendapatkan reaksi yang cukup keras dari Indonesia.

Machiavelli mengusulkan dalam teorinya agar meraih dominasi dan wilayah kekuasaan yang besar (empire) terhadap negara lain. Dengan meraih dominasi tersebut, maka keamanan internasionalnya dapat diraih. Sejalan dengan pemikiran Machiavelli tersebut, ada upaya Malaysia untuk mendominasi lebih jauh terhadap wilayah negara bangsa Indonesia, yaitu dibidang budaya dan pariwisata dengan mengklaim hak milik atas lagu Rasa Sayang’e.

Tetapi tampaknya, sejauh ini Indonesia belum mau menyerah terhadap Malaysia, sehingga keamanan internasional dengan salah satu diantara keduanya menguasai yang lain belum tercapai sebagaimana dalam angan-angan Machiavelli.

Pada masa Demokrasi Terpimpin, Indonesia pernah menerapkan politik luar negerinya terhadap Malaysia, namun tidak murni lagi. Sejarah ini bisa dibaca di sini

Kepustakaan

  • Bedjoanggoro. 2003. Sejarah Australia dan Oceania. Semarang; tidak diterbitkan
  • Fajrin, Muhammad Rifan. 2008. artikel dalam majalah Kompas Mahasiswa (2008), menghadapi tetangga yang nakal. Semarang : BP2M Unnes.
  • Mustopo, Habib. 2005. Sejarah kelas XII. Jakarta : Yudhistira
  • Perwita, Anak Agung Banyu dan Dr Yanyan Mochamad Yani. 2005. Pengantar Ilmu Hubungan Sejarah Antar Bangsa. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
  • Romadi Spd. 2007. Konflik Ambalat : Perjuangan menegakkan kedaulatan yang belum usai, dalam jurnal Paramitha, vol. 17 No.1-Januari 2007. Semarang : Jurusan Sejarah, FIS Unnes
  • Witasari, Nina.2008. Hand out Sejarah Hubungan antar bangsa, Pemikiran Politik Luar Negeri Machiavelli. Universitas Negeri Semarang
  • ………25 Februari 2008. Paparan Matakuliah Sejarah Hubungan Antar Bangsa.
  • Bedjoanggoro, 2003, dalam Hand Out Sejarah Australia dan Oceania. Universitas Negeri Semarang

Pos terkait