Sejarah Negara Com – Salah satu perkembangan penting abad ke-19 adalah pertumbuhan masyarakat Kristen di beberapa tempat di kepulauan Indonesia. Sebenarnya sudah sejak abad ke-16 agama Kristen telah masuk ke Indonesia, hal ini bisa anda baca di artikel sejarah: Proses masuknya Kristen ke Indonesia. malahan ada berita bahwa pada awal abad ke-14 beberapa anggota ordo Fransiskan telah singgah si Sumatra, Jawa, dan Kalimantan dalam perjalanannya ke negeri Cina dan dalam perjalanan pulang.
Berita ini menyebutkan bahwa pada kunjungan tersebut sejumlah penduduk Indonesia telah dibaptiskan. Akan tetapi apa yang terjadi sesudahnya tentang masyarakat Kristen yang pertama ini kita tidak mempunyai data-data lebih lanjut.
Kita juga tidak mengetahui apakah agama Kristen menurut aliran-aliran yang telah diperkembangkan di daerah Timur Tengah (seperti Nestorianisme, Manichaeanisme, dan sebagainya) yang sudah tersebar sampai ke pantai barat India dan ke negeri Cina pernah masuk ke Indonesia.
Agama Kristen yang dikenal di Indonesia adalah dalam bentuk seperti yang telah berkembang di Eropa Barat. Data-data yang pasti mengenai penyebarannya baru muncul pada abad ke-16, yakni bersama dengan datangnya Portugis ke Indonesia.
Setelah menduduki kota Malaka pada tahun 1511, orang Portugis berusaha pula untuk menyebarkan agamanya di daerah ini. Pendorong utama dalam usaha ini adalah Franciscus Xaverius yang pada tahun 1546-1547 bekerja di Ambon, Ternate, dan Halmahera. Di pulau-pulau Maluku lainnya para misionaris berhasil pula mendapat penganut, demikian pula di Sulawesi Selatan.
Namun demikian, perkembangan kemudian tidak memenuhi harapan Portugis. Pertentangan yang dihadapinya dari para penguasa pribumi setempat merupakan faktor penting, di samping itu, pembaptisan secara massal tanpa diikuti dengan pengajaran agama yang lebih mendalam oleh misionaris yang sangat kecil jumlahnya tidak memungkinkan perkembangan yang pesat.
Penyebaran agama Kristen dihentikan
Kedatangan orang Belanda musuh Portugis dan Spanyol pada waktu itu menghentikan usaha-usaha Portugis tersebut. Seperti diketahui, perang antara Belanda dan Spanyol (1568-1648) tidak hanya merupakan perang kemerdekaan Belanda, tetapi juga merupakan perang agama antara Belanda yang beragama Potestan dan Spanyol yang beragama Katolik.
Jadi, pada awal abad ke-17 usaha Portugis untuk menyebarkan agama Kristen dihentikan oleh Belanda. Hanya di daerah yang dikuasai Spanyol (sejak 1605), yakni di Maluku Utara, Sulawesi Utara dan Kepulauan Sangir, misisonaris Kastolik masih dapat bekerja terus. Akan tetapi daerah-daerah ini lambat laun jatuh pula ke tangan Belanda, dan pada tahun 1677 pulau Siau (kepulauan Sangir) sebagai wilayah terakhir pun harus ditinggalkan oleh orang-orang Spanyol.
Suatu pengecualian adalah daerah Nusatenggara Timur. Di bagian timur Flores, pulau Solor dan pulau-pulau kecil sekitarnya kekuasaan Portugis dapat bertahan sampai tahun 1859, sehingga dalam hal ini dapat dikatakan bahwa agama Katolik telah ada selama lebih dari empat abad.
Masyarakat Kristen yang mendiami wilayah yang telah dikuasai oleh VOC dimasukkan dalam gereja Protestan. Akan tetapi, walaupun ada pegawai Kompeni yang berusaha untuk memperluas agama Kristen di wilayah kekuasannya, pada umumnya perhatian VOC hanya ditujukan kepada usaha perdagangan saja.
Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa sampai abad ke-19 agama Kristen di Indonesia tidak mengalami pertumbuhan juga di wilayah Portugis dalam periode yang sama para misionaris tidak menunjukkan kegiatan besar.
Keadaan berubah
Keadaan ini berubah dalam abad ke-19, ketiga orang penginjil pertama tiba di Maluku. Mereka dikirim oleh Nederlandsch Zendelingsgenootschap (NZG) suatu perkumpulan Portestan yang khusus didirikan untuk usaha-usaha penyebaran agama. Kegiatan mereka ditujukan terutama kepada pendidikan anak-anak pribumi. Dengan demikian banyak sekolah yang didirikannya, dan untuk memperoleh guru-guru yang terlatih, pada tahun 1835 NZG membuka sekolah guru yang pertama (kweek-school) di Ambon.
Selain NZG banyak perkumpulan zending yang didirikan selama abad ke-19. Disamping Maluku daerah penyebarannya terutama ditujukan ke daerah pedalaman yang pada waktu itu masih menganut kepercayaan pribum, seperti di Kalimantan, Sulawesi Utara (Minahasa) dan Bolaang-Mongondou), Tana Toraja, kepulauan Sangir-Talaut, di tanah Batak (oeleh Rhennische Missions Gesellschaft), di Nusatenggara Timur, dan di Irian Jaya.
Baru sejak Gubernur-Jenderal Daendels (awal abad ke-19) agama Katolik mendapat hak yang sama dengan agama Protestan di wilayah Hindia-Belanda, sehingga mulai abad ini para misionaris Katolik pun menunjukkan kegiatan-kegiatan dalam penyebaran agamanya.
Demikian sejarah pertumbuhan masyarakat Kristen di Indonesia, semoga menambah catatan sejarah Indonesia.