Pertanian di Uni Soviet – Ketimpangan yang jauh lebih serius bagi Uni Soviet secara keseluruhan diciptakan oleh apa yang semula tampak sebagai hal yang bermanfaat-luas serta lokasinya.
Iklim yang ekstrem sekali serta kurangnya lahan pertanian yang relatif subur dibanding dengan jumlah penduduknya telah menciptakan masalah sepanjang sejarah Rusia dan Uni Soviet.
Menyediakan makanan yang cukup bagi rakyat telah menjadi masalah besar bagi para pemimpin negara, baik ketika zaman Tsar maupun di zaman komunis. Ada dua alasan utama mengapa pertanian itu jauh tertinggal oleh industri. Alasan pertama berkenaan dengan kondisi tanah dan cuacanya.
Meskipun Uni Soviet merupakan negara yang sangat luas, negara itu hanya memiliki sedikit lahan yang subur. Di tempat yang lahannya paling baik, seperti di daerah tanah hitam Ukraina, sering tidak terdapat cukup curah hujan untuk menghasilkan panen yang bagus. Lebih ke utara lagi, curah hujan sebenarnya cukup, tetapi musim tanamnya singkat.
Kunjungi Rusia di google map
Alasan kedua atas tertinggalnya pertanian adalah bahwa para pemimpin negara secara tradisional kurang mempercayai para petani dan tidak mau memberikan kebebasan yang sebenarnya kepada mereka. Bahkan setelah penghapusan perbudakan di tahun 1861, sebagian besar petani terus hidup dalam kondisi yang mirip dengan budak.
Mereka dibebani berbagai pajak, tidak memiliki lahan yang cukup, dan menderita karena kebebasan bergeraknya sangat dibatasi. Sesaat sebelum revolusi Bolshevik, langkah-langkah telah ditempuh untuk memperkuat petani perorangan, tetapi pembaharuan tersebut sudah terlambat dan terlalu kurang untuk mengobati situasi.
Jawaban pemecahan Stalin terhadap masalah pertanian ini adalah dengan memaksa para petani masuk ke dalam sistem pertanian kolektif dan pertanian negara. Berbagai perlawanan terhadap langkah ini menyebar luas. Tanpa adanya insentif dari keuntungan dan pemilikan pribadi, hasil pertanian jatuh demikian rendah sehingga terjadilah kelaparan.
Sekarang sudah cukup makanan pokok di mana-mana. Pada saat hasil panenan turun, Pemerintah Soviet menyeimbangkannya lewat pengadaan sediaan padi-padian dengan cara membelinya dari luar negeri.
Namun, sering terjadi kurang cukupnya sediaan padi-padian untuk makanan ternak sehingga mengakibatkan kekurangan daging dan produk susu. Sayuran dan buah-buahan masih kurang banyak, terutama di musim dingin.
Terdapat dua tipe pertanian di Uni Soviet, yaitu kolektif dan negara. Pertanian kolektif (kolkhoz) tersusun atas beberapa desa dan tanah pertanian di sekitarnya, yang luasnya rata-rata 2.830 hektar keseluruhannya.
Sebuah desa seringkali hanya sebuah jalan yang lebar dan tidak bertrotoar, dengan deretan rumah yang berdiri di kedua tepinya, dan lahan pertanian yang membentang di belakangnya.
Di Rusia bagian Eropa, rumah cenderung berupa kabin dari kayu yang diawetkan yang kadang-kadang diberi dekorasi ukiran kayu di sekitar jendelanya. Rumah di Georgia terbuat dari batu, sedangkan di Asia Tengah rumah dibangun dari bahan semacam batako.
Di pertanian kolektif, pemilik tanah adalah negara yang lalu menyewakannya kepada petani. Para petani bekerja secara bersama-sama dengan peralatan yang sudah tersedia, sedangkan hasilnya dijual kepada negara, yang juga menentukan harganya. Upah dihitung menurut jumlah jam kerja yang dilakukan bagi tanah pertaniannya.
Dalam teorinya, kolkhoz merupakan koperasi yang dapat memilih ketuanya sendiri. Namun, dalam praktiknya, ketua tanah pertanian itu dipilih oleh pejabat partai setempat, sedangkan pemilihan oleh para petani hanyalah formalitas belaka. Ketua mempunyai kekuasaan terhadap seluruh hasil pertaniannya dan juga semua petaninya.
Pertanian negara (sovkhoz) diorganisasi seperti suatu pabrik pertanian. Pertanian ini dimiliki serta dikelola oleh pemerintah, sedangkan para pekerjanya mendapatkan gaji bulanan, bonus liburan dan cuti sakit, serta memperoleh hak pensiun, sama dengan pegawai negeri. Terdapat lebih banyak tanah pertanian negara dan mereka mengolah lebih banyak lahan pertanian (hampir separuhnya) dibandingkan pada waktu zaman Stalin.
Baik pada kolkhoz maupun sovkhoz setiap keluarga diizinkan secara pribadi memiliki kebun sayuran, seekor sapi perah, beberapa ekor babi dan ayam. Tanah pribadi seperti ini biasanya seluas sekitar 1/5 sampai 2/5 hektar, sebenarnya dapat dianggap sebagai tipe pertanian ketiga, sejajar dengan kolkhoz dan sovkhoz.
Meskipun pertanian pribadi ini hanya seluas sepertiga seluruh lahan pertanian, lahan ini menyediakan sebagian besar sayuran, daging, serta produk susu negara. Para petani mencurahkan sebagian besar waktu dan usahanya bagi lahannya sendiri, tidak hanya untuk memberi makan keluarganya secara lebih baik, melainkan juga untuk menambah uang saku mereka.
Mereka membawa hasil pertaniannya ke pasar dan menjualnya dengan harga yang tidak dikontrol oleh pemerintah dan bahkan harga itu dapat lebih tinggi daripada harga yang ditentukan oleh negara.
Merupakan pengalaman yang mengasyikkan untuk menyaksikan pasar petani yang besar, berwarna-warni, serta ramai di Moskow di musim panas. Di antara barang yang dijual adalah buah murbei segar, madu dari berbagai aroma, keju, dan juga smetana (mirip krem masam).
Beberapa petani menawarkan kepada langganan secara berbareng, masing-masing menyilakan mencicipi jualannya, dan seringkali terjadi tawar-menawar yang seru, sebelum barang itu dibeli.
Pemerintah Komunis sebenarnya tidak setuju tentang jual-beli perorangan semacam ini, tetapi negara membutuhkan makanan yang hanya dapat dipenuhi oleh tanah pertanian pribadi ini yang di awal tahun 1980, menghasilkan sepertiga dari daging, susu, dan sayuran serta menyediakan separuh buah-buahan keperluan negara.
Untuk memberikan insentif bagi para petani agar bekerja lebih giat di lahan kolkhoz, pemerintah meningkatkan biaya pengiriman padi-padian serta daging kepada negara. Pemerintah juga menyediakan traktor modern, mesin pemerah susu, peralatan menuai padi lainnya, dan juga pupuk untuk memperbaiki lahan.