Tallo merupakan kerajaan dagang. Letaknya amatlah strategis, di antara jalur pelayaran dari Malaka ke Maluku (Indonesia). Ibu kotanya Sombaopu uang merupakan pelabuhan transito yang sangat ramai. Rempah-rempah dari Maluku yang akan diangkut ke Malaka terlebih dahulu ditimbun di gudang-gudang di pelabuhan Sombaopu.
Setelah mengetahui arti pentingnya pelabuhan Sombaopu, VOC berusaha menjalin hubungan persahabatan dan perdagangan dengan kerajaan Gowa-Tallo. Maka VOC mengirimkan utusan untuk menghadap raja Gowa. Raja Gowa pun menerimanya dengan baik. Kerajaan Gowa-Tallo bersedia menjalin hubungan persahabatan dan perdagangan dengan VOC, atas dasar saling menguntungkan.
Semula hubungan kedua belah pihak berjalan baik, namun kemudian hubungan baik tersebut berubah menjadi permusuhan. Sebab VOC mengajukan permintaan-permintaan yang sulit diterima oleh Kerajaan Gowa-Tallo. Apakah permintaan yang diajukan VOC kepada Kerajaan Gowa-Tallo?
- VOC minta agar Kerajaan Gowa mau diajak menyerang Banda.
- VOC minta hak monopoli dagang di Kerajaan Gowa.
- VOC minta agar kapal-kapal dagang Makasar jangan membeli rempah-rempah di Maluku.
Permintaan VOC tersebut ditolak dengan tegas oleh Sultan Hasanuddin, raja Gowa-Tallo. Kapal-kapal dagang Makasar tetap membeli rempah-rempah ke Maluku. Kemudian dijual secara bebas kepada pedagang-pedagang Portugis, Inggris atau Denmark yang datang ke pelabuhan Sombaopu.
Maka terjadilah persaingan dagang antara VOC dengan pedagang-pedagang Makasar. Persaingan itu makin lama makin meruncing. Sering terjadi insiden antara kapal-kapal dagang Makasar dengan kapal-kapal VOC di perairan Maluku.
Pernah pula VOC mengirimkan armada khusus untuk mengepung bandar Gowa (Sombaopu). Apakah tujuannya?
Untuk mencegah agar kapal-kapal asing tidak berlabuh di bandar Gowa, dan kapal-kapal Makasar tidak meninggalkan bandar Gowa. Namun usaha-usaha VOC tidak berhasil.
Kapal-kapal asing tetap berlabuh meramaikan bandar Gowa. Demikian pula kapal-kapal Makasar tetap berlayar ke manapun tanpa mempedulikan VOC.
Persaingan antara Kerajaan Gowa-Tallo dan VOC kemudian meningkat menjadi perang besar pada tahun 1667. Dalam perang itu, VOC melaksanakan politik divide et impera. Raja Bugis (Bone) yang bernama Aru Palaka dihasut agar melawan Sultan Hasanuddin. Setelah perang berkobar, VOC membantu Aru Palaka. Sultan Hasanuddin bertekad menundukkan Aru Palaka, dan sekaligus melenyapkan kekuasaan VOC di bumi Nusantara.
Pertempuran pun berkobar di Buton dan Makasar. VOC juga memperoleh bantuan dari orang-orang Ambon di bawah pimpinan Kapiten Jonker. Setelah benteng Barombon pusat pertahanan Makasar direbut VOC, Sultan Hasanuddin pun menyerah. Ia terpaksa menandatangani perjanjian Bongaya.
Selengkapnya tentang perjanjian Bongaya dapat di lihat di artikel sejarah Kerajaan Goa dan Talo
Dengan demikian Makasar mengakui kekuasaan dan monopoli VOC. Tetapi Perdamaian Bongaya tidak berlangsung lama. Beberapa bulan kemudian, pertempuran berkobar lagi. Namun akhirnya Sultan Hasanuddin menyerah lagi.
Sejak itu putra-putra Makasar yang tidak mau tunduk kepada VOC pergi merantau. Mereka pergi ke Jawa. Kemudian bergabung dengan para pejuang Jawa melawan VOC. Putra-putra Makasar yang terkenal bergabung dengan pejuang Jawa tersebut adalah Kraeng Galesung. Ia begabung dengan Trunojoyo untuk melawan VOC. Bagaimana perjuangan Trunojoyo?
Lihat artikel sejarah Perlawanan Trunojoyo terhadap VOC