Tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa umat Islam dewasa ini secara umum jauh tertinggal oleh umat-umat lainnya dalam berbagai lapangan kehidupan, terutama lapangan ilmu pengetahuan yang merupakan salah satu kunci utama untuk menuju kemajuan. Padahal sejarah mencatat bahwa umat Islam pernah mencapai kejayaan di atas dunia, namun prestasi itu sekarang tinggal kenangan.
Kondisi di atas menggugah umat Islam untuk berusaha merebut prestasinya kembali yang pernah diraih pada masa Khalifah Bani Abbasiyah. Bani Abbasiyah yang memerintah selama kurang lebih 524 tahun (132H/750M-656H/1258M) mampu membawa umat Islam mencapai kebangkitan ilmiah pada saat itu dengan ditandai berbagai kegiatan dalam berbagai lapangan, yaitu: menyusun buku-buku ilmiah, mengatur ilmu-ilmu Islam dan menerjemahkan buku-buku berbahasa asing (Syalaby, 1993).
Kebangkitan ilmiah itulah yang merupakan ciri istimewa dari zaman Abbasiyah yang dapat mencapai daya tarik umat Islam untuk mencari ilmu pengetahuan dan menyelami sedalam-dalamnya, sebagaimana pernyataan M. Luthfi Jumah, bahwasannya: Diantara ciri istimewa dari zaman Abbasiyah ini, ialah para khalifah dan umara memperkuat ilmu dan peradaban. Hidup mereka merupakan daya tarik yang kuat bagi rakyat untuk mencari ilmu pengetahuan dan menyelami sedalamdalamnya (Zaenal, 1997).
Seiring dengan stabilnya kondisi sosial politik terutama pada masa pertengahan pemerintahan Abbasiyah, aktivitas pendidikan dan ilmu pengetahuan berkembang dengan begitu mengagumkan. Beberapa prestasi umat Islam pada masa ini mampu menempatkan umat Islam pada puncak kejayaannya. Peradaban Islam menapaki zaman keemasan (The Golden Age). The Golden Age atau zaman kemasan Islam berlangsung pada zaman dinasti Abbasiyah merupakan fakta sejarah.
Perbandingan kemajuan yang pernah diperoleh antara masa Nabi, Khilafah Rasyidah, kekuasaan Bani Umayyah dengan kekuasaan Dinasti Abbasiyah juga sangat signifikan. Kalau kemajuan Islam pada masa Nabi dapat disebut sebagai kemajuan di bidang agama dan politik, pada masa khalifah Rasyidah sebagai kemajuan politik dan meliter, pada masa Bani Umayyah sebagai kemajuan politik, ekonomi dan militer, maka kemajuan Dinasti Abbasiyah menambah panjang pencapaian kemajuan itu yakni politik, militer, ekonomi, sains dan peradaban.
Pada bidang pendidikan pemerintahan Abbasiyah memberikan torehan sejarah yang sangat istimewa. Produk pendidikan Islam pada babak ini memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap kebangkitan peradaban Eropa. Perkembangan intelektual dimulai dengan diterjemahkannya khasanah intelektual Yunani klasik seperti filsafat Aristoteles,
Khalifah sendiri mengalokasikan anggaran khusus untuk menggaji para penterjemah. Untuk melengkapi kehausan terhadap ilmu pengetahuan, Harun al-Rasyid mendirikan perpustakaan yang diberi nama Bait al- Hikmah. Lembaga ini selain berfungsi sebagai perpustakaan dan pusat penerjemahan juga berfungsi sebagai akademi.
Cabang-cabang ilmu yang diutamakan dalam Bait alHikmah adalah filsafat, ilmu kedokteran, matematika, optic, fisika, geografi, astronomi dan sejarah. Penerjemahan buku-buku Yunani merupakan salah satu factor dalam gerakan intelektual yang dibangkitkan dalam dunia Islam abad ke -9 dan terus berlanjut sampai abad ke- 12.
Menurut W. Montgomery Watt, sebelum munculnya penerjemahan buku-buku Yunani telah terjadi kegiatan intelektual yang gencar dikalangan orang-orang islam terutama mengenai masalah-masalah fiqih.Sedangkan menurut Mehdi Nakosten, gerakan penerjemahan yang berlangsung di Baghdad tidak dapat dilepaskan dari gerakan penerjemahan yang sebelumnya dilakukan pada masa kerajaan Sassaniah, yakni yang berpusat di sebuah akademi Jundishapur.
Akademi ini merupakan pusat penerjemahan karya-karya ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani serta Hindu ke dalam bahasa Pahlevi. Dari sekolah ini pula muncul beberapa terjemahan penting dari bahasa Sansekerta, Pahlevi, dan Syiria ke dalam bahasa Arab (Mehdi, 1964).
Khusus pada periode khalifah al-Ma’mun (813-833 M) puncak keemasan dicapai. Gerakan yang merongrong kedaulatan negara dapat diatasi, pola pikir yang rasional dipacu untuk berkembang, pemerintahan yang demokratis mulai dirintis, pendidikan berkembang dengan pesat, kegiatan keilmuan menunjukkan prestasi yang menggembirakan, lembaga-lembaga pendidikan dan keilmuan tumbuh dan berkembang dengan subur.
Dengan demikian, masa pemerintahan khalifah alMa’mun merupakan kejayaan bangsa Arab. K. Ali menyebut zaman pemerintahan khalifah al-Ma’mun dengan zaman Agustan Islam (K.Ali, 1977).
Kemajuan yang dicapai pada periode khalifah al-Ma’mun ini, Islam semakin dikenal oleh dunia Barat, terutama dengan karya-karya tulis yang ditinggalkannya pada periode tersebut baik yang terjemahan, komentar maupun yang asli serta banyaknya tokoh yang terkenal dalam berbagai disiplin ilmu pada saat itu. Umat Islam pada zaman itu dapat dikatakan sebagai “Raja Dunia”.
Daftar pustaka
K. Ali. 1997. Sejarah Islam dari Awal Hingga Runtuhnya Dinasti Usmani (Tarikh Pramodern) Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Syalaby. 1993. Sejarah dan Kebudayaan Islam 3. terj. Muhammad Labib Ahmadi. Jakarta: Pustaka Al Husna
W. Montgomery Watt. 1990. Kejayaan Islam Tinjauan Kritis. Yogyakarta: Tiara Wacana
Zaenal Abidin Ahmad. 1977. Ilmu Politik Islam III Sejarah Islam dan Umatnya Sampai Sekarang (Perkembangan dari Zaman ke Zaman). Jakarta: Bulan Bintang
Mehdi Nakosten. 1964. History of Islamic Origins of Western Education AD 800-1350. Colorado : Universuty of Colorodo Press
Penulis
Nama: Ajeng Nur Isnaini
Alamat: Probolinggo
Prodi: Pendidikan Sejarah, Univeritas Jember