Perkembangan Agama Buddha di Asia Timur – Secara geografis, wilayah-wilayah yang termasuk kawasan Asia Timur adalah Cina dan Jepang. Pada daerah-daerah di wilayah Asia Timur, pengaruh Hindi tidak sebesar pengaruh Buddha. Hal itu disebabkan oleh pandangan masyarakat di Asia Timur (Cina dan Jepang) yang memiliki kesamaan dengan ajaran agama Buddha.
Agama Buddha di Cina
Agama Buddha masuk ke negeri Cina pada pertengahan abad pertama Masehi, yaitu ketika Cina diperintah oleh Kaisar Ming-Ti (58-76 M). Bahkan pada abad ke-6 M, agama Buddha dapat berkembang dengan lebih baik, karena mendapat perlindungan dari pemerintah Kaisar Liang. Di samping itu, di bawha pemerintahan Dinasti Tang (518-907 M) para musafir Buddha banyak yang pergi ke India.
Untuk mengetahui dinasti yang pernah ada di Cina silahkan baca sejarah:
Pada tahun 845 M terjadi peristiwa yang sangat menyedihkan bagi para penganut agama Buddha. Mereka dianiaya oleh para pengikut ajaran Tao dan Kungfu-tse.
Para biksu dipaksa untuk meninggalkan agama Buddha. Karenanya di Cina, agama Buddha waktu itu tidak pernah menjadi agama rakyat dan hanya para biksu yang diharuskan mentaati peraturan-peraturan agama Buddha.
Ada dua Mazhab agama Buddha yang berkembang di Cina, yaitu Mazhab Ch’an dan Mazhab Amida. Mazhab Ch’an bersifat meditatif dengan mengembangkan ajaran metafisik Madyamika yang digabung dengan ajaran Prajnaparamita dan ajaran Yogacara.
Ketiga ajaran tersebut disesuaikan dengan kondisi di negeri Cina. Kata Ch’an berarti meditasi, sama dengan bahasa Sansekerta, yaitu dyana. Mazhab itu didirikan tahun 527 M oleh Budhidharma. Inti ajaran dari ketiga ajaran tersebut dijelaskan bahwa Buddha tidak mungkin didapatkan di dalam patung atau kitab, sebab Buddha berada di dalam hati manusia.
Ke-Buddha-an bisa didapatkan orang di luar kitab, sedangkan kitab gunanya untuk memimpin orang menuju ke-Buddha-an. Oleh karena itu, ajaran tersebut menekankan pada jalan meditasi untuk mendapatkan pencerahan langsung.
Pada tahun 650 M muncul Mazhab Amida yang pusat perhatiannya melakukan penyembahan kepada Amithabha (o-mi-to-fo). Kuan-Yin, dewi yang dipuja masyarakat pada zaman kuno, dihubungkan erat dengan pemujaan kepada Amithabha.
Kuan-Yin dilakukan sebagai Boddhisattwa Buddha. Pemujaan terhadap Kuan-Yin dilakukan untuk meminta pertolongan dalam keadaan susah maupun ingin mempunyai anak.
Baca juga sejarah: Kepercayaan dan Filsafat Cina Kuno
Agama Buddha di Jepang
Buddha masuk ke Jepang dari Cina melalui Korea. Secara geografis wilayah Korea dekat dengan Jepang sehingga dari Korea inilah kebudayaan Cina masuk ke Jepang.
Pada awal tahun 552 M, raja Korea mengirim utusan ke Jepang. Utusan itu membawa bingkisan yang berisi sebuah arca Buddha, yang terbuat dari emas serta beberapa naskah agama Buddha. Di samping itu, beberapa pendeta agama Buddha juga dikirim untuk mengajarkan agama yang berasal dari negara India tersebut ke Jepang.
Penyebaran agama Buddha di Jepang mendapat perlindungan dari Pangeran Shotoku Taishi (600 M). Ia seorang penganut agama Buddha yang sangat setia kepada agamanya.
Pangeran Shotoku banyak mengirim utusan ke Cina dengan tujuan untuk mempelajari kebudayaan Cina. Pada zaman Pangeran Shotoku itulah agama Buddha berpengaruh besar di Jepang. Bahkan Pangeran Shotoku tidak mau memerintah dengan cara kekerasan. Ia menasihati rakyatnya supaya berkelakuan baik dan setia kepada kewajiban mereka terhadap agama.
Pada tahun 612 M, Pangeran Shotoku wafat, namun agama Buddha tetap berkembang dan bertahan disamping agama Shinto. Masyarakat Jepang dari kalangan istana dan kaum bangsawan banyak yang memeluk agama Buddha, tetapi rakyat jelata masih tetap memeluk agama Shinto.
Perkembangan agama Buddha lanjutan
Dalam perkembangan selanjutnya, yaitu abad ke-8 M, di Jepang bermunculan pagoda-pagoda, kuil dan patung-patung Buddha, terutama di wilayah Nara. Dengan berkembangnya pengaruh agama Buddha, maka berkembang juga kesenian dan ilmu pengetahuan di Jepang.
Kesenian Cina menjadi contoh kesenian Jepang. Demikian pula kesusastraan Cina besar pengaruhnya terhadap kesusastraan Jepang. Sebagai akibat eratnya hubungan dengan Cina, maka di Jepang muncul suatu aliran untuk merombak susunan pemerintahan jepang menurut Cina.
Artikel sejarah selanjutnya: Perkembangan Agama Buddha di Asia Tenggara