Sejarah Perekonomian Negara Bhutan Tahun 1989 – Ekonomi Bhutan bertumpu pada sektor pertanian. Kendati tanah yang dibudidayakan hanya sekitar 2% dari seluruh wilayahnya dan iklim tidak begitu mendukung pertanian, sektor ini menyerap sebagian besar (94%) tenaga kerjanya dan menyumbang lebih dari 50% dari pendapatan nasional.
Tanah yang memungkinkan untuk pertanian terutama berada di lereng-lereng bukit dan lembah-lembah. Tanah ini dimanfaatkan sebaik-baiknya dengan menggunakan jenis bibit unggul, pupuk dan teknik pertanian modern.
Hasil utamanya adalah jagung, padi, gandum, kentang, buah-buahan, sayur-sayuran, yute, dan t*mbakau. Di samping itu, para petani juga memelihara sapi, babi, kambing, biri-biri, yak, dan kerbau.
Sekitar 70% wilayah negeri Bhutan tertutup oleh hutan. Di hutan ini terdapat berbagai tumbuhan yang dapat diperdagangkan, termasuk berbagai jenis bahan obat-obatan.
Tetapi banyak kekayaan hutan ini yang belum dimanfaatkan sebaik-baiknya. Di Thimphu dan di tempat-tempat lain telah didirikan pabrik pengolahan kayu.
Negara Bhutan memiliki sejumlah besar cadangan grafit dan gipsum. Batu kapur juga terdapat di bagian timur. Perak, tembaga, dan besi ditambang dalam jumlah kecil. Beberapa pembangkit listrik tenaga air telah dibangun dengan bantuan India.
Perindustrian menghasilkan semen, produk kimia, minuman kalengan serta bahan pangan lain, dan kayu. Kerajinan menghasilkan kain tenunan, hiasan, dan barang-barang keperluan rumah tangga.
Bhutan terus mengalami defisit perdagangan luar negeri. Pada tahun 1982 misalnya, nilai impornya lebih dari dua kali nilai ekspornya. Hampir seluruh perdagangan luar negeri dilakukan dengan India. Barang ekspornya terdiri dari semen, jeruk, kayu gergaji, kentang, damar, hasil kerajinan tangan, dan lain-lain.
Sedangkan barang impornya meliputi, mesin, produk minyak, produk besi dan baja, alat-alat transportasi, bahan sandang pangan, dan lain-lain.
Bhutan tengah dan India dihubungkan dengan jalan raya memanjang dari barat ke timur, mulai dari Haa sampai ke Tashi Gang Dzong. Tahun 1985 panjang jalan raya mencapai 1.700 km lebih.
Pembangunan sistem jalan raya ini dilakukan dengan bantuan teknik dan keuangan dari India. Helikopter India banyak digunakan oleh para pejabat Bhutan. Penerbangan rutin tidak ada, bandara Paro (dekat Thimphu) hanya menerima penerbangan dari India, itupun tidak rutin.