Perang Gerilya dan Serangan Umum 1 Maret – Setelah Belanda melanggar 2 perundingan dan melancarkan agresinya, bangsa Indonesia semakin berang. Di luar kota di bawah pimpinan Jenderal Sudirman menyusun kekuatan untuk melancarkan perang gerilya melawan Belanda.
Jenderal Sudirman yang sedang sakit itu langsung memimpin tentara Indonesia untuk bergerilya. Pada waktu itu, para pelajar yang tergabung dalam Tentara Pelajar (TP), juga ikut aktif berperang.
Karena sakit yang diderita, Jenderal Soedirman terpaksa ditandu oleh anak buahnya. Ia berpindah-pindah tempat, masuk desa keluar desa, masuk hutan keluar hutan, naik gunung turun lembah sambil bergerilya.
Tempat-tempat yang dilewati Jenderal Sudirman itu, sekarang dikenal “Route Gerilya Panglima Besar Jenderal Sudirman“.
Sementara itu Belanda menyiarkan berita ke luar negeri, bahwa Indonesia sudah lenyap. Rakyat sudah hidup di bawah kekuasaan Belanda. Tetapi berita ini palsu. Pemerintah masih ada, tentara dan rakyat masih terus mengadakan perlawanan.
Pada tanggal 1 Maret 1949 tentara Indonesia melancarkan serangan umum dipimpin oleh Letnan Kolonel Soeharto. Kota Yogyakarta dapat di duduki selama 6 jam. Serangan inilah yang kemudian dikenal dengan sebutan “Serangan Umum Satu Maret“. Dengan serangan ini, dunia internasional tahu bahwa RI masih tetap ada bahkan tentaranya sulit untuk ditundukkan.
Agresi Belanda yang kedua ternyata juga mendapat reaksi keras dari dunia internasional. Bangsa-bangsa Asia dan Australia marah dan mengutuk keras serangan tersebut. Bahkan Amerika Serikat menghentikan bantuan ekonominya kepada Belanda.
Baca juga: Agresi militer Belanda 1 dan 2 melanggar 2 persetujuan