Peradaban tiga zaman Mesir Kuno – Peradaban adalah tingkatan kebudayaan yang telah mencapai nilai yang tinggi atau luhur. Kata peradaban berasal dari bahasa latin, yaitu civitas yang artinya kota. Peradaban dalam bahasa Inggris diistilahkan civillzations, dari bahasa Belanda (beschaving), dari bahasa Jerman (die zivilitation).
Dalam sejarah peradaban awal bangsa-bangsa di dunia, peradaban terbentuk umumnya karena dilatarbelakangi oleh faktor yang hampir sama. Faktor pertama karena letak geografis yang berada pada posisi yang strategis serta dekat dengan sumber air (sungai)
Faktor pertama karena letak geografis yang berada pada posisi yang strategis serta dekat dengan sumber air, sedangkan faktor yang kedua karena ketersediaan lahan tanah yang subur bagi pertanian.
Peradaban Lembah Sungai Nil
Peradaban Mesir Kuno tumbuh dan berkembang di negeri Mesir, di sepanjang Lembah Sungai Nil.
Letak geografis
Daerah Mesir terletak di bagin utara Benua Afrika. Batas-batas Mesir adalah:
- Di sebelah selatan berbatasan dengan Sudan
- Di sebelah barat berbatasan dengan Lybia
- Di sebelah utara berbatasan dengan Laut Tengah
- Di sebelah timur berbatasan dengan Laut Merah
Berkat adanya Sungai Nil, daerah Mesir menjadi daerah yang sangat subur. Seorang sejarawan bangsa Yunani Herodotus menjuluki Mesir sebagai hadiah dari Sungai Nil.
Sistem pemerintahan
Sistem pemerintahan peradaban Mesir Kuno adalah berbentuk kerajaan yang diperintah oleh seorang raja dengan kekuasaan yang absolut.
Para ahli membagi sejarah Kerajaan Mesir menjadi tiga zaman, yaitu sebagai berikut:
Zaman Kerajaan Mesir Tua
Pusat pemerintahan Kerajaan Mesir Tua berada di Thinis. Raja Meses berhasil mempersatukan Kerajaan Mesir Hulu dan Kerajaan Mesir Hilir. Oleh karena berhasil mempersatukan, maka Raja Meses disebut denan Nesutbiti (Raja Mesir Hulu dan Raja Mesir Hilir).
Raja-raja yang terkenal dari zaman Kerajaan Mesir Tua adalah : Raja Chufu (Cheops), Chefren, Menkaure, dan terakhir Pepi II. Setelah Raja Pepi II meninggal, Mesir mengalami kemunduran, karena kerajaan terpecah belah dan terjadi perebutan kekuasaan oleh para bangsawan.
Zaman Kerajaan Mesir Pertengahan
Akibat terjadinya pertentangan dan persaingan antar kaum bangsawan feodal, Kerajaan Mesir menjadi terpecah belah. Adanya persaingan dan pertentangan ini berhasil diatasi dan dipersatukan oleh raja dari Kerajaan Thebe yang bernama Firaun Sesostris III.
Di bawah pemerintahan Firaun Sesostris III kesejahteraan rakyat meningkat, karena perdagangan Mesir dengan daerah-daerah di sekitar Laut Merah berkembang dan ramai. Kerajaan Mesir Pertengahan akhirnya runtuh karena adanya serangan dari bangsa Hyxos yang gemar berperang.
Baca juga: 4 Peninggalan Kebudayaan Mesir Kuno
Zaman Kerajaan Mesir Baru
Di bawah pimpinan Firaun Ahmosis I dari Kerajaan Thebe, bangsa Hyxos berhasil di usir dan ibu kota Awaris dapat direbut kembali. Firaun Ahmosis I diangkat menjadi penguasa Mesir.
Setelah Firaun Ahmosis I meninggal digantikan oleh Firaun Thutmosis III yang berhasil menguasai Babylonia, Assyria, Cicilia, Cyporus.
Raja-raja Kerajaan Mesir Baru setelah Thutmosis III meninggal adalah : Amenhotep II, Firaun Thutmosis IV, Amenhotep IV, Firaun Tut-Ankh-Amon, Firaun Haremheb, Foiraun Ramses II, dan Firaun Ramses III.
Kepercayaan
Kepercayaan masyarakat Mesir Kuno adalah politeisme (memuja banyak dewa). Dewa-dewa yang disembah pada zaman Mesir kuno adalah sebagai berikut:
- Dewa Osiris (dewa tertinggi)
- Dewa Thot (dewa pengetahuan)
- Dewa Anubis (dewa berkepala anjing) sebagai dewa kematian
- Dewa Apis berwujud sapi
- Dewa Ra (dewa matahari) dan kemudian menjadi dewa Amon-Ra (dewa bulan matahari)
Kepercayaan masyarakat Mesir Kuno tidak dapat dilepaskan dari tradisi pengawetan jenazah yang disebut mumi. Dalam tradisi ini memperlihatkan kepercayaan Mesir Kuno bahwa orang yang telah meninggal akan hidup abadi asalkan raganya tetap utuh.
Mumi yang terkenal pada masa Kerajaan Mesir Baru adalah jenazah Tuthankamun, yang ditemukan oleh arkeolog Inggris pada tahun 1922.