Di sebelah barat Pulau Sumatera terdapat sederetan pulau, di antaranya Simalur (Simeulue), Banyak, Nias, Kepulauan Mentawai yang terdiri dari pulau Batu, Siberut, Sipora, Pagai Utara dan Pagai Selatan dan pulau Enggano yang paling selatan.
Sekarang pulau Simeulue masuk daerah Istimewa Aceh, pulau Nias dan kepulauan Batu masuk Propinsi Sumatera Utara, Kepulauan Mentawai masuk Propinsi Sumatera Barat dan kepulauan Enggano masuk ke dalam Propinsi Bengkulu.
Karena lokasinya yang agak terpisah dengan pula-pulau lain yang lebih ramai jalur komunikasi dan transportasinya, maka kehidupan sosial, ekonomi dan terlebih lagi kebudayaannya memiliki ciri khas tersendiri.
Penduduk pulau Simeulue dan Banyak memperoleh banyak pengaruh dari kebudayaan Aceh dan agama Islam, namun mereka juga memiliki bahasa daerahnya sendiri.
Penduduk Nias hampir tidak pernah mendapat pengaruh kebudayaan Hindu maupun Islam. Kehidupan mereka berlandaskan kebudayaan Megalithik yang telah menjadi mantab sejak zaman perunggu, sehingga mereka telah mengembangkan suatu kepribadian sendiri dengan suatu seni bangunan yang indah. Agama yang banyak berpengaruh ialah agama Kristen Protestan dan Katolik.
Penduduk Mentawai seolah-olah terhindar dari kebudayaan Megalithik dan bercocok tanam padi. Tanaman pokoknya adalah keladi, sedikit pisang dan kelapa. Mereka juga tidak mengenal kepandaian membuat tembikar, menjahit pakaian dan tidak mengunyah sirih.
Mungkin sekali kebudayaan Suku Mentawai itu merupakan tipe yang paling tua dari kebudayaan Indonesia pada umumnya, dengan unsur Austronesia yang kuat. Mereka mempunyai sikap yang selalu curiga dan melawan kepada setiap orang asing yang datang ke wilayah mereka.
Penduduk Pulau Enggano banyak mempunyai persamaan dengan orang Mentawai. Mereka juga tidak mengenal padi, makanan pokoknya keladi, tidak mengunyah sirih dan tidak mengenal kepandaian menenun atau membuat tembikar.
Baca selanjutnya : 2 macam rumah penduduk Nias
Akan tetapi mereka mengucapkan bahasa yang berbeda dan tidak mengenal adat pencacahan kulit (tatoage) seperti orang Mentawai, serta sistem kekerabatannya bersifat matrilineal.