Masuknya Islam di kepulauan Indonesia– Hubungan pelayaran dan perdagangan yang dilakukan oleh muslim melalui Selat Malaka semakin lama semakin ramai, sehingga pada awal abad ke-13 terbentuklah perkampungan masyarakat muslim di pesisir Samudera, kurang lebih 15 km dari Lhokseumawe.
Penemuan batu nisan Sultan Malik Al-Saleh yang meninggal pada tahun 696 H/1297 M, membuktikan bahwa di daerah tersebut sudah terbentuk suatu pemerintahan yang bercorak Islam. Munculnya Kerajaan Samudera Pasai dapat dihubungkan dengan lemahnya kekuasaan Sriwijaya sekitar abad itu.
Keadaan itu dipergunakan oleh orang-orang muslim untuk membentuk pemerintahan sendiri dengan mengangkat Marah Silu, kepala suku Gampong Samudera menjadi raja dengan gelar Sultan Malik Al-Saleh.
Di Pulau Jawa, agama Islam diperkirakan mulai berkembang pada abad ke-11. Bukti yang memperkuat dugaan tersebut adalah ditemukannya batu nisan Fatimah binti Maimun yang terdapat di Leran, Gresik, Jawa Timur, yang bertuliskan tahun 1082 Masehi.
Di Maluku, agama Islam mulai berkembang pada abad ke-14. Berkembangnya agama Islam di Maluku terkait erat dengan jalan perdagangan yang terbentang antara pusat lalu lintas internasional di Malaka, Jawa, dan Maluku.
Malomatiya (1350 – 1357) adalah Raja Ternate ke-12, bersahabat dengan para pedagang Arab dalam pembuatan kapal-kapal yang baik. Persahabatan ini menjadi suatu keuntungan bagi pertumbuhan agama Islam di kawasan Maluku. Sultan Ternate yang pertama kali memeluk agama Islam ialah Zainal Abidin (1465 – 1468).
Zainal Abidin memperoleh ajaran Islam dari Madrasah atau pesantren Prabu Giri Satmaka di Gresik, Jawa Timur yang didirikan oleh Sunan Giri atau Raden Paku. Timbulnya hubungan yang baik antara Ternate, Hilu, dan Giri di Jawa telah membuat sebagian besar masyarakat masuk dan memeluk Islam.
Di Kalimantan, kedatangan Islam terjadi sekitar abad ke-16. Banyak penduduk Kalimantan Selatan yang masuk Islam setelah Raden Samudera memegang tahta Kerajaan Banjar.
Adapun masyarakat daerah Kalimantan Timur yang sebelumnya menganut kepercayaan animisme, dinamisme dan agama Hindu, banyak yang berpindah agama Islam setelah dua orang mubaligh dari Sumatra Barat menyebarkan Islam ke daerah ini, terutama ke Kutai. Mereka adalah Dato’ri Bandang dan Tuan Tunggang Parangan.
Daerah Sulawesi, terutama bagian selatan telah didatangi pedagang muslim sekitar abad ke-15. Para pedagang tiba di Sulawesi melalui Malaka, Sumatra, dan Jawa. Tokoh-tokoh dari Sumatra Barat yang berperan menyebarkan agama Islam di Sulawesi Selatan adalah Dato’ri Bandang, Dato’ri Sulaeman, dan Dato’ri Tiro.
Sejak kedatangan tokoh-tokoh ini, banyak masyarakat di Sulawesi Selatan yang menganut agama Islam. Demikian juga raja Kerajaan Gowa Tallo masuk Islam secara resmi pada tahun 1605.
Referensi lain mengenai masuknya Islam di berbagai pulau di Indonesia, silahkan baca: Masuknya Islam ke Sumatra, Jawa, Kalimantan, Maluku dan Sulawesi
Mengapa Islam mudah berkembang di Indonesia?
Sekitar abad ke-16 sampai 17, dapat dikatakan bahwa hampir sebagian besar masyarakat Indonesia telah menganut agama Islam. Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab mudah berkembangnya agama Islam di Indonesia, yaitu sebagai berikut:
- Ajaran Islam disebarluaskan dengan cara damai.
- Ajaran Islam sederhana dan mudah dimengerti.
- Islam tidak mengenal kasta, sehingga lebih menarik masyarakat.
- Upacara-upacara keagamaan sangat sederhana.
- Syarat seseorang masuk Islam mudah, hanya membaca dua kalimah syahadat.
- Penyebaran Islam menyesuaikan dengan kondisi sosial budaya yang telah ada sebelumnya.
- Runtuhnya Majapahit dan kemunduran Sriwijaya membuat agama Islam semakin mudah berkembang.