Kerajaan Mamluk di bawah pemerintahan Bani Bibarisiah – Pusat kekhalifahan Islam akhirnya berada di Kairo setelah Baghdad hancur total oleh tentara Mongol. Setelah Qutuz digulingkan oleh Baybars, Kerajaan Mamluk bertambah kuat. Bahkan, Baybars mampu berkuasa selama tujuh belas tahun dari tahun 657 H/1260 M sampai 676 H/1277 M, karena mendapat dukungan militer dan tidak ada mamluk yang senior lagi selain Baybars.
Kejayaan yang diraih pada masa Baybars adalah memporak-porandakan tentara Salib di sepanjang Laut Tengah, Assain di Pegunungan Siria, Cyrenia (tempat berkuasanya orang-orang Armenia dan kapal-kapal Mongol di Anatolia.
Terlebih lagi Baybars adalah menghidupkan kembali kekhalifahan Abbasiyah di Mesir setelah Baghdad dihancurkan oleh pasukan Mongol di bawah Hulagu Khan pada tahun 1258.
Pemerintahan Mamluk selanjutnya dipimpin oleh Bani Bibarisiah. Diawali oleh Azh-Zhahir Bibaris mengundang Ahmad, anak Khalifah Bani Abbasiyah Al-Zhahir ke Kairo.
Sebelumnya, Ahmad melarikan diri dari Baghdad setelah dihancurleburkan oleh orang-orang Mongolia, kemudian dia dibaiat sebagai khalifah dan diberi gelar Al-Mustanshir pada tahun 659 H/1260 M.
Tujuan dilakukannya hal itu oleh Babiris adalah untuk menguatkan pusat kekuasaan di Kairo dan menarik dukungan negeri-negeri Islam yang lain serta melindungi kursi kekuasaan Mamluk dengan legalitas syariah. Setelah itu, Bani Abbasiyah secara berturut-turut berkuasa dengan jumlah khalifah sebanyak 18 orang antara tahun 659-923 H/1260-1517 M.
Tidak begitu banyak yang berarti Kerajaan Mamluk di bawah pimpinan Bani Bibarisiah adalah Sultan Al-Mansur Qalawun (678 H/1280 M – 689 H/1290 M), yang telah menyumbangkan jasanya dalam pengembangan administrasi pemerintah, perluasan hubungan luar negeri untuk memperkuat posisi Mesir dan Syam di jalur perdagangan internasional. Sultan Qalawun berhasil mewariskan tahtanya kepada keturunannya.
Hal ini terjadi berkat keberadaan 12.000 Mamluk Burji yang memang dipersiapkan untuk melindungi kepentingan pribadinya. Sultan Mamluk yang memiliki kejayaan dan prestasi lainnya dari garis Bani Qalawun adalah putra pengganti Qalawun, yakni Nashir Muhammad (696 H./1296 M.). Sultan memegang tampuk pemerintahan selama tiga kali dan mengalami dua kali turun tahta.
Masa setelah Bani Qalawun, tampuk pemerintahan Mamluk dipimpin oleh Mamluk keturunan Muhammad hingga 9 sultan. Kesembilan sultan ini hanyalah simbol nama dan tidak berpengaruh terhadap masyarakat umum lainnya.
Dalam analisis Ahmad Al-Usairy, “mereka tidak memiliki daya dan upaya, pandangan maupun kebijakan apapun “, sampai sultan terakhir dari Dinasti Mamluk yang berasal dari Bani Sya’baniyah, Al-Shalih Hajj Asyraf bin Sya’ban sekitar tahun 791 H./1388 M. digulingkan oleh Sultan Barquq yang menjadi cikal bakal sultan pertama pada pemerintahan Mamluk Burji.
5 peristiwa penting masa pemerintahan Bani Bibarisiah
Diantara peristiwa penting pada masa ini (terutama pasca-Qalawun) sebagaimana tulisan Ahmad Al-Usairy adalah sebagai berikut:
- Pada tahun 667 H/1268 M, Al-Zhahir Babiris mampu meluaskan pengaruhnya di Hijaz.
- Antara tahun 660-690 H/1261-1291 M, orang-orang Mamluk menggempur kaum Salibis dan berhasil mengambil kembali beberapa kota di Syam yang masih berada di tangan pihak luar.
- Pada tahun 680 H/1281 M, Manshur Qalawun berhasil menghancurkan pasukan Tartar dengan sangat telak.
- Pada tahun 702 H/1312 M, An-Nashir Muhammad bin Qalawun berhasil menakhlukkan kepulauan Arwad dan mengusir orang-orang Salibis dari sana.
- Pada tahun yang sama pasukan Tartar juga dikalahkan dengan sangat telak pada perang Syaqhat di dekat Damaskus (ikut dalam perang Syaikul Islam Ibnu Taimiyah).
Di bawah ini adalah tabel Sultan yang pernah berkuasa di Kerajaan Mamluk:
Berakhirnya Mamluk Bahri disebabkan oleh Sultan Shalih Hajj bin Sya’ban (1381 – 1309) yang masih kecil dan hanya memerintah selama dua tahun. Setelah itu, diganti sultan lain sampai akhirnya Sultan Barquq menguasai dan mengakhiri Dinasti Mamluk Bahri.