Sejarah Negara Com – Manusia pertama kali muncul di muka bumi adalah pada tahap zaman Neozoikum, yaitu kala Pleistosen, sekitar lebih dari 3 juta tahun yang lalu. Tantangan dari fenomena alam yang sangat keras pada kala Pleistosen membuat manusia harus lebih berupaya dalam mempertahankan hidupnya.
Mereka lantas menggunakan akal untuk memenuhi kebutuhannya untuk tetap bertahan dan mendapatkan makanan. Hal itu juga terjadi pada manusia purba di Indonesia. Maka lahirlah alat-alat dari batu seperti kapak genggam dengan berbagai bentuk, alat-alat dari kayu, dan alat-alat dari tulang binatang seperti flakes, pisau, pancing untuk berburu dan menangkap ikan. Pembahasan ini bisa dibaca pada sejarah zaman batu
Dari sisi corak kehidupan dan sistem mata pencarian hidupnya, masyarakat purba di Indonesia dapat dibagi menjadi masyarakat berburu dan meramu, masyarakat bercocok tanam, dan masyarakat perundagian.
Saat nenek moyang bangsa Indonesia bermigrasi dari Yunan ke Indonesia, mereka membawa serta teknologi dan tradisi yang mereka kembangkan di tempat asalnya, di antaranya tradisi agraris.
Adapun kebudayaan-kebudayaan yang mempengaruhi teknologi peralatan yang dikembangkan masyarakat purba praaksara di Indonesia adalah kebudayaan Bacson, Hoa Binh, Dongson, dan Sa Huynh-Kalanay. Penjalasan selengkapnya baca: kebudayaan Bacson-Hoabinh
Terdapat dua teknik pengolahan logam, yaitu teknik a cire perdue atau teknik cetak tuang dan bivalve atau teknik dua setangkup. Penjelasan mengenai kedua teknik cetak tersebut silahkan baca: Teknik cetakan Bivalve dan A Cire Perdue
Ketika mulai mengenal cara bercocok tanam dan mulai bertempat tinggal secara menetap di suatu tempat, manusia juga mulai mengenal dan percaya adanya kekuatan gaib yang berada di luar kekuatan manusia, termasuk roh-roh nenek moyang.
Oleh karena itu, mereka membangun kepercayaan dan merasa perlu melakukan upacara-upacara untuk memohon keselamatan dan terhindar dari marabahaya. Sistem kepercayaan yang berkembang pada masyarakat bercocok tanam ini dibedakan menjadi dua, yaitu animisme dan dinamisme. Kedua kepercayaan ini selengkapnya dibahas pada artikel kepercayaan masyarakat praaksara
Perkembangan hasil budaya masyarakat awal Indonesia dapat dikelompokkan dalam pembabakan zaman sebagai berikut:
- zaman Paleolithikum
- zaman Mesolithikum
- zaman Neolithikum
- zaman Megalithikum, dan
- zaman Logam
Folklor adalah bagian dari kebudayaan suatu masyarakat yang tersebar dan bersifat tradisional yang diwariskan secara lisan dan turun-temurun. Jejak sejarah masyarakat praaksara terekam di dalam dongeng, legenda, mitologi, upacara, dan lagu rakyat. Bentuk-bentuk folklor adalah sebagai berikut:
- Folklor lisan, seperti: bahasa rakyat, pertanyaan tradisional seperti teka-teki, puisi rakyat, cerita prosa rakyat.
- Folklor sebagian lisan, seperti: kepercayaan, permainan teater, tarian, pesta, dan nyanyian rakyat.
- Folklor bukan lisan, seperti: arsitektur rakyat, kerajinan tangan, makanan dan minuman tradisional, pakaian dan perhiasan tradisional, serta obat-obatan tradisional. Termasuk dalam golongan folklor bukan lisan adalah gerak atau isyarat tradisional, seperti: kentongan, dan alat musik rakyat seperti gamelan, angklung, kecapi, dan sasando.
Mitos adalah cerita prosa rakyat yang tokohnya para dewa atau makhluk setengah dewa yang terjadi di dunia lain pada masa lampau dan dianggap benar-benar terjadi oleh empunya cerita atau oleh penganutnya.
Legenda adalah prosa rakyat yang dianggap oleh empunya cerita sebagai sesuatu yang benar-benar. Ada empat kategori legenda, yaitu: legenda keagamaan, legenda alam gaib, legenda perorangan, dan legenda setempat. Sedangkan dongeng adalah cerita fiktif atau cerita imajinatif yang kemudian diceritakan secara turun-temurun.
Nyanyian rakyat merupakan salah satu bentuk folklor yang terdiri dari teks dan lagu. Umumnya beredar dalam suatu masyarakat tertentu dan memiliki banyak variasi.
Fungsi upacara dalam suatu masyarakat adalah untuk menyadarkan atau mewujudkan kesadaran manusia tentang masa lalunya. Sistem upacara berkembang berkaitan dengan kepercayaan yang hidup dalam masyarakat tersebut, atau kenangan terhadap suatu peristiwa tertentu yang pernah terjadi pada masyarakat tersebut.
Proses pewarisan kebudayaan pada masyarakat praaksara dilakukan melalui keluarga masyarakat dan penatua atau tokoh masyarakat.
Contoh tradisi lisan dari seluruh Indonesia yang masih dipertahankan keberadaannya oleh masyarakat pendukungnya adalah wayang kulit, wayang beber, mak yong, didong, rabab Pariaman, dan tanggomo.
Diperlukan upaya untuk mendorong berbagai usaha mempercepat proses penguatan tradisi lisan sebagai identitas dalam membangun peradaban, antara lain sebagai berikut:
- Mendorong agar tradisi lisan menyatu dengan penguatan peran masyarakat pendukungnya.
- Memasukkan tradisi lisan ke dalam kurikulum pelajaran sekolah.