Kehidupan zaman Kerajaan Majapahit – Berdirinya Kerajaan Majapahit bermula dari diterima dan diampuninya Raden Wijaya oleh Jayakatwang atas bantuan Bupati Sumenep, Arya Wiraraja. Kemudian Raden Wijaya oleh Jayakatwang diberi sebidang tanah yang bernama tanah tarik.
Dari tanah tarik inilah Raden Wijaya mempersiapkan berdirinya Kerajaan Majapahit yang kemudian dalam waktu yang relatif singkat Majapahit berhasil menguasai Jawa Timur dan berkembang menjadi penguasa hampir di seluruh wilayah Nusantara.
Sumber sejarah
Sumber sejarah mengenai berdiri dan berkembangnya Kerajaan Majapahit dapat dilihat dari hal-hal sebagai berikut:
- Prasasti Butak (1294 M), yang berisi peristiwa-peristiwa keruntuhan Kerajaan Singasari dan perjuangan Raden Wijaya untuk mendirikan Kerajaan.
- Prasasti Kudadu, berisi pertempuran pasukan Raden Wijaya melawan pasukan Kediri.
- Kidung Harsawijaya dan Kidung Panji Wijayakrama, menceritakan tentang Raden Wijaya ketika menghadapi musuh dari Kediri dan tahun-tahun awal perkembangan Majapahit.
- Kitab Pararaton, menceritakan tentang pemerintahan raja-raja Singasari dan Majapahit.
- Kitab Negarakertagama, menceritakan perjalanan Hayam Wuruk ke Jawa Timur.
Kehidupan politik
Majapahit dari awal berdirinya hingga kemundurannya pernah diperintah oleh 5 raja. Adapun raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Majapahit adalah sebagai berikut:
1. Raden Wijaya (1293 – 1309 M)
Raden Wijaya dinobatkan sebagai raja Majapahit pertama pada tahun 1293 M, dengan gelar Kertarajasa. Pada masa pemerintahan Raden Wijaya banyak terjadi pemberontakan yang disebabkan karena rasa tidak puas atas jabatan yang diberikan oleh raja.
Pemberontakan tersebut dilakukan oleh teman Raden Wijaya sendiri, seperti Lembu Sora, Ranggalawe, dan Nambi. Akan tetapi pemberontakan-pemberontakan tersebut dapat dipadamkan.
Raden Wijaya wafat pada tahun 1309 M dan dimakamkan di Simping (Blitar) dengan arca Siwa dan di Antah Pura, Trowulan (candi Budha), dengan arca perwujudannya berbentuk Harihara (penjelmaan Wisnu dan Siwa menyatu dalam satu arca).
2. Sri Jayanegara (1309 M – 1328 M)
Setelah Raden Wijaya meninggal digantikan putranya yang bernama Kala Gemet dengan gelar Sri Jayanegara. Pada masa pemerintahan Jayanegara juga banyak terjadi pemberontakan, seperti yang dilakukan oleh Nambi, Semi, dan Kuti.
Pada masa ini terjadi peristiwa Patanca, yaitu musibah yang mengejutkan terjadi pada tahun 1328, Raja Jayanegara dibunuh oleh Tanca (seorang tabib kerajaan), yang kemudian Tanca dibunuh oleh Gajah Mada. Jayanegara di darmakan di Candi Srenggapura di Kapopongan.
3. Raja Tribhuanatunggadewi (1328 – 1350 M)
Pada masa pemerintahan Tribhuanatunggadewi terjadi pemberontakan Sadeng, namun dapat dipadamkan oleh Gajah Mada. Berkat jasa dan kecakapannya, Gajah Mada diangkat menjadi patih Amangkubhumi menggantikan Arya Todah.
Pada saat upacara pelantikan, Gajahmada mengucapkan sumpah yang terkenal dengan nama Sumpah Palapa (Tan Amukti Palapa) yang menyatakan bahwa Gajah Mada tidak akan hidup bermewah-mewah sebelum Nusantara disatukan di bawah panji Kerajaan Majapahit.
Pada tahun 1372 M Tribhuanatunggadewi meninggal dan didarmakan di Panggih dengan nama Pantarapurwa.
4. Raja Hayam Wuruk (1350 – 1389 M)
Pada masa pemerintahan Hayam Wuruk inilah Majapahit mencapai puncak kejayaan/kebesaran. Wilayah kekuasaannya hampir seluas negara Indonesia sekarang ini. Pada masa ini terjadi peristiwa Bubat atau yang terkenal dengan Perang Bubat.
Perang Bubat adalah peristiwa perselisihan antara Gajah Mada dan Raja Pajajaran, sehingga memicu adanya pertempuran yang menyebabkan terbunuhnya Raja Pajajaran dan putrinya Dyah Pitaloka.
Dari peristiwa Bubat tersebut politik Gajah Mada mengalami kegagalan. Dengan adanya Perang Bubat bukan berarti Pajajaran sudah tunduk pada Majapahit, Pajajaran terus berkembang secara terpisah dari Kerajaan Majapahit. Raja Hayam Wuruk wafat pada tahun 1389 M.
5. Raja Wikramawardhana (1389 – 1429 M)
Setelah Hayam Wuruk meninggal digantikan oleh putrinya yang bernama Kusuma Wardhani yang menikah dengan Wikramawardhana. Pada masa pemerintahan Wikramawardhana terjadi pemberontakan yang dilakukan Wirabhumi, yaitu putra Hayam Wuruk dari seorang selir.
Dalam Kitab Pararaton, pertikaian antarkeluarga tersebut disebut Perang Paregrek. Pasukan Wirabhumi dapat dihancurkan dan Wirabhumi terbunuh oleh Raden Gajah.
Kehidupan ekonomi
Kehidupan ekonomi Kerajaan Majapahit menitikberatkan pada bidang pertanian, pelayaran, dan perdagangan. Majapahit merupakan negara agraris dan negara maritim.
Sebagai negara agraris karena letaknya yang berada di daerah pedalaman dan dekat dengan aliran sungai, sedangkan negara maritim tampak dari Angkatan Laut Majapahit yang menanamkan pengaruhnya di seluruh Nusantara.
Kehidupan Budaya
Kebudayaan pada zaman Kerajaan Majapahit berkembang dengan pesat, baik di bidang sastra maupun bangunan. Dibidang sastra dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Sastra zaman Majapahit awal, yaitu:
- Kitab Negarakertagama, karya Empu Prapanca
- Kitab Sutasoma, karya Mpu Tantular
- Kitab Pararaton, tidak diketahui pengarangnya
- Kitab Kunjara Karna, tidak diketahui pengarangnya
2. Sastra zaman Majapahit akhir:
- Kitab Sundayana
- Kitab Sorandaka
- Kitab Ranggalawe
- Kitab Usana Jawa
- Kitab Usana Bali
Dibidang bangunan Majapahit banyak meninggalkan budaya bangunan kuno, seperti candi. Candi-candi tersebut adalah sebagai berikut:
- Candi Panataran di Blitar
- Candi Sumberjati di Blitar
- Candi Srenggopara di Kapopongan
- Candi Jabung d Krasakan
- Candi Surawana di Kediri
- Candi Pari di dekat Porong
- Candi Waringin Lawang di Trowulan
Demikian Kehidupan zaman Kerajaan Majapahit, semoga menjadi catatan sejarah Nusantara.