Di mana saja jika terdapat dataran yang luas, terutama di dataran rendah, apa lagi jika terdapat sumber air yang cukup, akan timbul corak kehidupan pertanian persawahan di negara Indonesia. Pertanian persawahan telah merupakan bentuk kegiatan sebagian besar penduduk Indonesia.
Dengan pencetakan sawah baru, dari tahun ke tahun semakin luaslah daerah persawahan kita. Sejak tahun 1980 sebenarnya produksi beras negara Indonesia telah melebihi kebutuhan dalam negeri, namun impor beras baru dihentikan sama sekali pada tahun 1984.
Siapa yang tak bangga dari negara pengimpor beras terbesar di dunia, menjadi negara yang swasembada beras, bahkan jika ada yang mau mengimpor Indonesia mampu mengekspor beras.
Peningkatan produksi beras itu dapat dicapai dengan melalui macam-macam jalan, diantaranya pembuatan jaringan irigasi, peningkatan intensifikasi pertanian, penggalakan penyuluhan oleh Petugas Penyuluhan Lapangan (PPL) dan pemberian subsidi terhadap pupuk dan pemberian subsidi terhadap pupuk.
Karena produksi beras telah mencapai puncaknya, maka budidaya monokultur yaitu budidaya yang menghasilkan satu jenis produksi seperti beras pada budidaya pertanian sawah, harus diubah menjadi difersifikasi pertanian.
Dengan difersifikasi pertanian, bukan hanya produksinya yang bervariasi, kesuburan tanah pun dapat lebih lestari, karena pergantian jenis tanaman dapat memperlambat habisnya bahan hara (makanan tanaman) pada tanah pertanian. Di daerah persawahan itu kini sedang digalakkan budidaya tanaman selain padi, misalnya kedelai, bawang merah dan tebu.
Tanah di daerah rawa-rawa sangat asam, sehingga merupakan tanaman yang sukar diolah untuk pertanian. Setelah rawa-rawa dikeringkan tanah gambut yang mengandung banyak sisa tumbuh-tumbuhan itu. Kemudian tanah itu harus diolah lagi dengan memberi kapur. Namun setelah usaha itu dilakukan, kadang-kadang tanah masih tidak produktif.
Usaha lain untuk memanfaatkan tanah rawa itu ialah dengan menggunakan sistem “sorjan”. Sorjan adalah nama baju pria orang Jawa yang bagian depannya lancip ke bawah dan lebih panjang daripada bagian belakang.
Tanah pertanian dengan sistem sorjan ialah meninggikan bagian tanah di sebelahnya. Bagian yang digali itu menjadi tanah persawahan dan tanah yang ditinggalkan itu dijadikan kebun tempat menanam tanaman tahunan maupun palawija.
Persawahan di daerah rawa-rawa itu pada umumnya merupakan sawah pasang – surut. Dengan menggunakan gerakan air pada peristiwa pasang surut, petani melaksanakan pertanian sawahnya.
Disamping untuk mengembangkan pertanian, dataran rendah pantai yang luas merupakan tempat sungai-sungai mengalir. Di daerah yang penduduknya masih jarang dan jalan darat belum di buat, maka penduduk menggunakan perahu sebagai alat lalu-lintas sungai. Jika penduduk telah menempati daerah itu dan membutuhkan makanan pokok sendiri, maka lahirlah kebudayaan bertani ladang dan kemudian sawah.
Pada taraf peradaban yang tinggi, irigasi dibuat untuk meluaskan areal persawahan dan meningkatkan produksi. Sebagai contoh di Kalimantan, lalu lintas sungai masih merupakan sarana perhubungan yang penting.
Perladangan masih banyak ditemukan juga di Sumatra dan Sulawesi. Persawahan membentang luas di dataran rendah pantai Utara Jawa Barat dan kini sedang dikembangkan di pantai Timur Sumatra bersamaan dengan pelaksanaan transmigrasi.
Baca juga: Kehidupan di daerah pegunungan