Cina merupakan negara yang memiliki sejarah yang cukup tua. Selama ribuan tahun negeri ini diperintah oleh berbagai dinasti silih berganti. Kepala pemerintahannya disebut kaisar. Dinasti terakhir ialah Dinasti Manchu yang berasal dari Manchuria. Jadi bukan dinasti Cina.
Pada masa pemerintahan Dinasti Manchu mulai terjadi hubungan dagang dengan bangsa Eropa. Pedagang-pedagang Inggris menyelundupkan candu ke Cina. Pada masa itu, candu dilarang untuk diperjual belikan di negeri tersebut. Pemerintah Cina menyita puluhan peti candu milik Inggris.
Artikel dinasti Cina dapat anda baca selengkapnya di: 10 dinasti yang pernah memerintah China
Akibatnya timbul perang yang disebut “Perang Candu” pada tahun 1839 – 1842. Perang diakhiri dengan ditandatanganinya Perjanjian Nanking (Nanjing). Cina terpaksa menyerahkan Hongkong kepada Inggris, membuka beberapa pelabuhan untuk pedagang Inggris, dan kemudian juga untuk pedagang-pedagang Eropa lainnya.
Setelah Perang Candu, pemerintahan Manchu dihadapkan pada pemberontakan Taiping pada tahun 1848 – 1864. Pemberontakan dapat ditumpas dengan bantuan negara-negara Barat. Sebagai imbalannya, pemerintah Manchu mengakui hak ekstrateritorial bangsa-bangsa Barat di negeri itu.
Pemberontakan cukup besar terjadi pada tahun 1900, yakni Pemberontakan Boxer. Pemberontakan tersebut dapat ditumpas oleh gabungan negara-negara Barat.
Pengaruh Pemberontakan Boxer terhadap Cina
Belajar dari pengalaman, bahwa Cina kalah modern dibandingkan dengan Jepang dan kegagalan pemberontakan Boxer, rakyat Cina sadar akan pentingnya meniru cara-cara Barat. Di samping itu, orang-orang Cina telah kehilangan kepercayaan terhadap Dinasti Manchu atas kemampuan mereka menyelamatkan kekaisaran. Maka timbullah perasaan nasionalisme di kalangan warga Cina.
Para mahasiswa yang sudah mendapat pendidikan Barat membentuk Liga Kesatuan pada tahun 1905. Liga ini dipimpin oleh Sun Yat Sen, seorang dokter lulusan pendidikan Barat. Pada bulan Desember tahun 1911, di Nanjing diproklamasikan berdirinya Republik Cina. Dr. Sun Yat Sen diangkat sebagai presiden.
Dinasti Manchu memerintahkan Yuan Sih Kai untuk menumpas republik itu. Ternyata Yuan Sih Kai memihak republik. Atas permintaan Sun Yat Sen, Yuan Sih Kai diangkat menjadi presiden.
Akan tetapi, Yuan mengangkat dirinya menjadi kaisar, sehingga timbul perlawanan terhadapnya. Perlawanan itu dipimpin oleh partai Kuomintang, tetapi ditentang oleh para pejabat militer. Akibatnya Cina terbagi atas dua bagian, yaitu utara dan selatan.
Yuan Sih Kai memusatkan kekuatan di bagian utara Cina. Pada tahun 1917, Sun Yat Sen mendirikan pemerintahan tandingan di Kanton. Pemerintahan ini didukung oleh Rusia yang baru saja menggulingkan pemerintahan Tzar dan mendirikan republik komunis.
Sebelum tugasnya selesai, Sun Yat Sen meninggal dunia pada tanggal 12 Maret 1925. Pada tahun 1927, Kuomintang dipimpin oleh seorang tokoh militer yakni Chiang Kai-shek.
Siasat Chiang Kai-shek melawan pemerintahan militer Cina
Dengan bantuan golongan komunis, dia melancarkan serangan terhadap kekuasaan militer di utara. Sesudah memperolah kemenangan, Chiang Kai-shek kemudian berbalik menyerang kaum komunis. Pada tahun 1928, kaum nasionalis merebut Beijing dan mempersatukan seluruh Cina.
Ketika pecah Perang Pasifik, Cina memihak Sekutu. Sementara kaum nasionalis berperang menghadapi Jepang, kaum komunis memperluas pengaruh politiknya. Di bawah pimpinan Mao Zedong, mereka berhasil memukul mundur kaum nasionalis ke arah selatan. Pada tanggal 1 Oktober 1949, Mao Zedong memproklamasikan berdirinya Republik Rakyat Cina (RRC) di Beijing.