Filsafat Pendidikan – Jean Piaget adalah seorang filosof sekaligus psikolog yang lahir tahun 1896 dan meninggal tahun 1980. Dia lebih suka disebut sebagai pelopor epistemologi yang generik atau epistimologi yang genetik.
Sejak kecil Jean Piaget sudah istimewa, umur 11 tahun sudah melakukan penelitian bidang biologi dan tulisannya menggemparkan dunia. Dia meneliti burung gereja burung gereja hingga tulisannya dimuat di jurnal internasional.
Ayah Jean Piaget seorang Profesor bidang sastra, sedangkan ibunya sedikit sakit jiwa neurotik. Namun, hal ini tidak menghalanginya untuk menjadi orang besar. Pada masa mudanya Dia ahli biologi, kemudian tertarik filsafat dan psikologi. Tidak itu saja, Dia belajar banyak ilmu, ilmu eksakta, ilmu natural sciences sampai kemudian ke ke filsafat.
Filsafat tidak cukup membuatnya puas, sampai nanti Dia menjelajah ke dunia psikologi, dan semua ilmu yang didapat sebelumnya nantinya berguna untuk konsep-konsep besarnya. Silahkan terus membaca untuk memahami ulasan mengenai pendidikan oleh seorang Jean Piaget.
Konstruktivisme
1. Pembelajaran bersifat generatif, yaitu tindakan menciptakan suatu makna dari apa yang dipelajari. Apa yang dilalui dalam kehidupan kita merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman.
2. Pengetahuan bersifat dinamis. Konsep umumnya adalah:
a. Setiap orang hakikatnya mampu membina pengetahuan secara mandiri.
b. Bangunan pengetahuan lahir melalui:
- Proses saling mempengaruhi antara pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran terbaru
- Pembandingkan informasi baru dengan pemahaman yang sudah ada.
- Ketidakseimbangan: kesadaran saat gagasan-gagasan tidak konsisten atau sesuai dengan pengetahuan ilmiah.
c. Bahan belajar seharusnya berbasis pengalaman/kenyataan.
Kognitivisme
- Belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman (tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang dapat diamati)
- Setiap orang telah mempunyai pengetahuan/pengalaman dalam dirinya, yang tertata dalam bentuk struktur kognitif. Proses belajar terjadi bila materi yang baru beradaptasi dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki.
EXPERIENCE PRECEDES UNDERSTANDING
The goal of education is not to increase the amount of knowledge but to create the possibilities for a child to invent and discover, to create men who are capable of doing new things.
Jean Piaget
The principal goal of education is to create men who are capable of doing new things, not simply of repeating what other generations have done-men who are creative, inventive, and discovers. The second goal of education is to form minds which can be critical, can verify, and not accept everything they are offered.
Jean Piaget
ASUMSI KOGNITIVISME PIAGET
1. Jean Piaget menekankan bahwa anak-anak membangun secara aktif dunia kognitif mereka; informasi tidak sekadar dituangkan ke dalam
pikiran mereka dari lingkungan.
2. Seorang anak melalui serangkaian tahap pemikiran dari masa bayi hingga masa dewasa.
PROSES KOGNITIF
Organisasi
Klasifikasi perilaku/konsep ke dalam kelompok yang terpisah dalam sistem kognitif yang tertib, dengan menggunakan kategori-kategori.
Skema
Kumpulan konsep/kategori yang digunakan individu ketika berinteraksi dengan lingkungan.
Adaptasi: Asimilasi
Penyerapan pengalaman baru, dimana seseorang memadukan stimulus atau persepsi ke dalam skemata atau perilaku yang telah ada.
Adaptasi: Akomodasi
Proses struktur kognitif yang berlangsung sesuai pengalaman baru. Proses ini menghasilkan skemata baru dan mengubah skemata lama.
Keseimbangan (equilibrium)
Proses menstabilkan asimilasi dan akomodasi dalam proses struktur kognitif.
Tahap Perkembangan Kognitif
Periode | Karakteristik | Kemampuan Bahasa |
---|---|---|
Sensori motori ( 0-2 tahun) | Mengorganisasi kenyataan dengan kemampuan indera dan motorik | Bahasa muncul setelah beberapa bulan |
Preoperational (2-7 tahun) | Egosentris; Meningkatnya aktivitas simbolik; Mulai represenatas | Egosentrik speech; Sosialisasi speech |
Concrete Operasional (7-12 tahun) | Riversibility; Conservation; Seriation; Classification; Mencairnya egosentrisme | Mulai memehami bahasa verbal; Memahami halhal yang konkrit |
Formal Operational (12 tahun- …) | Mampu berpikir abstrak dan logis; Mampu self-reflection; Membayangkan peran-peran orang dewasa; Mampu menyadari dan memperhatikan kepentingan masyarakat. | Bahasa lebih berkembang; Dapat mengekspresikan ide-ide dalam bahasa |
IMPLIKASI DALAM PEMBELAJARAN
Belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik.
Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan ujian dari guru.
Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.
- Bahasa dan cara berfikir siswa berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir siswa.
- Siswa-siswa akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu siswa agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
- Bahan yang harus dipelajari siswa hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
- Berikan peluang agar siswa belajar sesuai levelnya.
- Di dalam kelas, siswa-siswa hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.
KRITIK
1. Sukar dipraktekkan, karena tidak mungkin memahami “struktur kognitif” yang ada dalam setiap orang mahasiswa.
2. Lebih dekat kepada psikologi daripada teori belajar
3. Mana yang lebih berpengaruh, kualitas atau kuantitas kognisi.
4. Stabilitas dan kelenturan dari kecerdasan
- Secara relatif kecerdasan seseorang tetap stabil pada suatu derajat kecerdasan tertentu, namun terdapat perbedaan kemampuan kecerdasan seorang anak pada usia 3 tahun dibandingkan dengan usia 15 tahun.
5. Natur dan nurtur
Nativisme mempercayai bahwa pada kemampuan otak manusia sejak lahir telah dipersiapkan untuk tugas-tugas kognitif. Empirisme mempercayai bahwa kemampuan kognisi merupakan hasil dari pengalaman.
Belajar Tentang Anak Kecil
1. When you teach a child something, you take away forever his chance of discovering it for himself.
2. The child often sees only what he already knows. He projects the whole of his verbal thought into things. He sees mountains as built by men, rivers as dug out with spades, the sun and moon as following us on our walks.
3. Every time we teach a child something, we keep him from inventing it himself. On the other hand, that which we allow him to discover for himself will remain with him visible for the rest of his life.
Belajar Dari Anak Kecil
1. Children’s games constitute the most admirable social institutions. The game of marbles, for instance, as played by boys, contains an extremely complex system of rules – that is to saya, a code of laws, a jurisprudence of its own.
2. Childish egocentrism is, in its essence, an inability to differentiate between the ego and the social environment.
3. How can we, with our adult minds, know what will be interesting? If you follow the child… you can fund out something new.
MP3
Silahkan dengarkan kajian lengkap Filsafat Pendidikan: Jean Piaget, oleh Bp. Fahruddin Faiz di bawah ini:
Quote
Play is the answer to the question, ‘How does anything new come about?‘
What we see changes what we know.
What we know changes what we see
What is desired is that the teacher ceased being a lecturer, satisfied with transmitting ready-made solutions. His role should rather be that of a mentor stimulating initiative and research.
I Could Not Think Without Writing
Jean Piaget
Lisensi
Ngaji Filsafat: Jean Piaget
Edisi: Filsafat Pendidikan (205)
Bersama: Dr. Fahruddin Faiz
Tempat: Masjid Jendral Sudirman Yogyakarta
10 Oktober 2018
Website: mjscolombo.com