Dalam Islam banyak sekali ayat Al-Qur’an dan hadits hadits yang menyebutkan tentang keutamaan menuntut ilmu dan keutamaan orang-orang yang berilmu. Diantaranya adalah Qur’an Surat Al Mujadillah. ayat 11 : “ …Maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajad orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajad. Dan Allah maha teliti apa yang kamu kerjakan.”
Kemudian Rasulullah SAW mengatakan bahwa : “ Manusia yang paling dekat derajadnya dengan derajad para nabi adalah orang-orang yang berilmu dan berjuang” (Hr. Bukhari ). Kemudian perintah menuntut ilmu dalam Al-Quran dan Al Hadits itu telah menumbuhkan kesadaran bagi kaum muslim pentingnya untuk menuntut ilmu.
Pada abad-abad pertama hijriyah, kaum muslimin memulai suatu kegiatan dengan menterjemahkan buku-buku dari bahasa Persia, Yunani, India, dan Cina ke dalam bahasa Arab.
Seiring dengan bergulir waktu, muncul filsuf-filsuf muslim. Mereka mengklasifikasikan ilmu secara sistematis. Klasifikasi ilmu-ilmu dari filsuf-filsuf muslim tersebut menjadi dasar bagi para ilmuan muslim berikutnya untuk mengembangkan sains, terutama ilmu ilmu pengetahuan alam dan alatnya yaitu matematika dan logika.
Filsuf muslim yang muncul pertama kali adalah Al Farabi (257H/870M-339H/950M). diteruskan oleh Ibnu Sina dan Ikhwan as-safa. Penyempurnaan klasifikasi tersebut berpuncak pada klasifikasi Ibnu Khaldun. Ibnu Khaldun adalah bapak sejarawan dan sosioligi Islam (1332-1406). Ibnu Khaldun terkenal dengan pemikiran-pemikiran yang kritis. Merumuskan pemikiran pemikiran tentang sejarah, yang mana sejarah merupakan sebuah renungan kefilsafatan.
Sekilas tentang Ibnu Khaldun
Nama lengkap Ibnu Khaldun adalah Wali al-Din Abdurrahman bin Muhammad ibn Hasan ibn Jabir ibn Muhammad ibn Ibrahim ibn Abdurrahman ibn Khaldun. Ibnu khaldun lahir di Tunisia pada 1 Ramadhan 723 H/27 Mei 1332. Khaldun wafat pada Bulan Ramadhan 808/1406 M. Ibnu Khaldun adalah seorang sejarawan muslim dari Tunisia dan sering disebut sebagai bapak pendiri ilmu historiografi, sosiologi dan ekonomi (wikipedia.com).
Keluarga Ibnu khaldun berasal dari Hadramaut (Yaman). Silsilah Ibnu khaldun sampai kepada salah seorang sahabat nabi SAW yaitu Wail Ibn Hujr dari kafilah Bani Kindah. Cucu Wail bernama Khalid bin Utsman memasuki daerah pada abad ketiga hijriyah/9 Masehi.
Anak Khalid Ibn Utsman ini kelak membentuk suatu keluarga Bani Khaldun yang menjadi asal nama Ibnu Khaldun. Bani Khaldun ini tumbuh dan berkembang di kota Qarmunah di Andalusia, Spanyol. Selanjutnya hijarah ke kota Isbylia (Sevilla). Tempat banyak anak cucu Bani Khaldun menduduki jabatan penting dalam pemerintahan.
Di Tunisia, Ibnu khaldun belajar berbagai cabang Ilmu pengetahuan seperti matematika, filsafat, fikih dan sejarah. Ibnu khaldun juga menghafal Al-Quran serta mempelajari ilmu bahasa dan lain-lain. Guru pertamanya adalah ayahnya sendiri.
Seorang Ulama Andalusia yang karena kemelut politik di Andalusia ia hijrah ke Tunisia. Yaitu bersamaan dengan dengan naiknya Abu Hassan, pemimpin bani Marin (1347). Studinya terhenti ketika tiba-tiba sebagian belahan timur terjangkit wabah pes pada 749 H/1348 M. Sehingga banyak tokoh politik dan ulama hijrah ke Andalusia.
Pada bulan Oktober 1382 M, Khaldun meninggalkan Tunisia menuju Alexandria. Dan pada tahun itu juga, ia tiba di Kairo Mesir seiring perjalanan hajinya. Waktu itu kesultanan di pegang oleh Abu Said Bargug, keturunan dari kesultanan Mamluk.
Mesir merupakan pusat ilmu pengetahuan Islam, dimana Muslim Timur dan barat menuntut Ilmu. Ibnu khaldun mengajar dan menjadi Hakim karena kecerdasan dan keluasan Ilmunya. Akan tetapi tidak lama kemudian ia berpindah ke Damskus dan mengabdi di sana.
Ibnu Khaldun hidup saat imperium Islam bagian barat (termasuk Afrika Utara) di ambang kehancuran. Andalusia terpecah-belah menjadi kerajaan-kerajaan kecil. Kaum Murabitun (Almoravid) dan Muwahhidun (Almohad) saling rebut wilayah dan pengaruh.
Sementara kaum Kristen Spanyol waktu itu tengah mengkonsolidasi kekuatan mereka dan menyusun strategi untuk melancarkan serangan besar-besaran demi merebut kembali semua daerah yang diduduki kaum Muslim peristiwa kelam yang dinamakan Reconquista.
Bermula dengan Toledo (1085), lalu Cordoba (1236) dan Seville (1248), dan terakhir Granada (1492), satu per satu wilayah Islam jatuh ke tangan orang-orang Kristen. Kondisi sosial-politik yang tak menentu itu tentu saja banyak memengaruhi perjalanan karier maupun pemikiran Ibnu Khaldun.
Baca juga Aliran dan konsepsi gerak sejarah menurut Ibnu Khaldun di sini
Garis Besar Kehidupan Khaldun
Secara garis besar, perjalanan hidup Khaldun dibagi menjadi 3 Periode (wikipedia.com):
Periode pertama, masa dimana Ibnu Khaldun menuntut berbagai bidang ilmu pengetahuan. Yakni, ia belajar Alquran, tafsir, hadis, usul fikih, tauhid, fikih madzhab Maliki, ilmu nahwu dan sharaf, ilmu balaghah, fisika dan matematika. Dalam semua bidang studinya mendapatkan nilai yang sangat memuaskan dari para gurunya.
Namun studinya terhenti karena penyakit pes telah melanda selatan Afrika pada tahun 749 H. yang merenggut ribuan nyawa. Ayahnya dan sebagian besar gurunya meninggal dunia. Ia pun berhijrah ke Maroko selanjutnya ke Mesir.
Periode kedua, ia terjun dalam dunia politik dan sempat menjabat berbagai posisi penting kenegaraan seperti qadhi al-qudhat (Hakim Tertinggi). Namun, akibat fitnah dari lawan-lawan politiknya, Ibnu Khaldun sempat juga dijebloskan ke dalam penjara.
Periode ketiga kehidupan Ibnu Khaldun, yaitu berkonsentrasi pada bidang penelitian dan penulisan, ia pun melengkapi dan merevisi catatan-catatannya yang telah lama dibuatnya. Seperti kitab al-‘ibar (tujuh jilid)
Ia mencapai usia 76 tahun menurut kalender Hijriyah, atau 74 tahun menurut kalender Miladiyah. Perbedaan dua tahun itu disebabkan oleh perbedaan penanggalan sistem qamariyah (peredaran bulan mengelilingi bumi) dengan sistem syamsiyah (peredaran bumi mengelilingi matahari). Dalam satu tahun syamsiyah terdapat perbedaan 10 atau 11 hari, sehingga dalam sekitar 33 tahun syamsiyah terjadi perbedaan satu tahun.
Baca juga: Kitab karya Ibnu Khaldun