Ivan Illich: Filsafat Pendidikan

Filsafat Pendidikan – Ivan Illich adalah seorang ahli filsafat dan kritikus berkebangsaan Austria yang lahir di Wina tahun 1926 dan meninggal tahun 2002. Selain filosofi beliau juga seorang pastor di gereja Katolik Roma, namun kabarnya dikeluarkan karena terlalu banyak kritik. Tetapi Ivan tidak berhenti begitu saja, dia memiliki beberapa lembaga untuk mendedikasikan gagasan-gagasannya.

Salah satu kritik Ivan Illich terhadap sekolah adalah: “Pendidikan itu penting, tetapi apakah sistem yang kita sebut sekolah saat ini apa memang penting? Ketika ada kata pendidikan, yang muncul di kepala kita selalu sekolah, kuliah. Sistem semacam itulah yang dikritik oleh Ivan.

Kritik Ivan Terhadap Dunia Pendidikan

Di bawah ini adalah berbagai kritik yang dilontarkan Ivan Illich terhadap dunia pendidikan pada Era Scholastic abad tengah.

Kritik Terhadap Situasi Amerika Selatan & Amerika Latin

  1. Kebijakan pendidikan di Amerika selatan dan Amerika latin yang menganjurkan wajib belajar 12 tahun
  2. Mereka yang tidak mencapai pendidikan di sekolah selama 12 tahun akan dicap sebagai terbelakang.
  3. Di kedua wilayah tersebut, persekolahan justru melumpuhkan semangat kaum miskin untuk mengurus pendidikan mereka sendiri.
  4. Sekolah, di seluruh dunia, justru berdampak anti edukasi terhadap masyarakat, karena sekolah lalu diakui sebagai satu-satunya spesialis lembaga pendidikan.

“I shall define ‘school’ as age specific, teacher-related process requiring full-time attendance at an obligatory curriculum”

Ivan Illich

Kritik Terhadap Lembaga Sekolah

  1. Pendidikan harusnya pengalaman belajar seseorang sepanjang hidupnya, namun hak setiap orang untuk belajar dipersempit oleh kewajiban sekolah. Sekolah mengelompokkan orang dari segi umur, anak harus hadir di sekolah, anak harus belajar di sekolah, dan anak hanya bisa diajar di Sekolah.
  2. Sekolah membagi masyarakat ke dalam kelas-kelas sosial yang sangat tidak egaliter, diskriminatif, sedemikian mekanistik namun memperkurus kemanusiaan (dehumanisasi).
  3. Penyelenggaraan pendidikan di sekolah merupakan praksis yang tidak sebangun dengan pendidikan itu sendiri.
  4. Seseorang di sekolah diberikan konsumsi pelajaran; bahwa belajar tentang dunia lebih bernilai daripada belajar dari dunia, dan sekolah cenderung mengenalkan pendidikan yang anti realitas dan tidak mencerminkan miniatur masyarakat nyata.

Kritik Terhadap Monopoli Legitimasi Oleh Sekolah

  1. Orang yang telah mengenyam pendidikan di sekolah dianggap telah memiliki ketrampilan yang memadai yang ditandai dengan diberikannnya ijazah oleh sekolah. Dalam pandangan Illich, sekolah telah memonopoli ketrampilan/peran sosial yang seharusnya tidak dilakukannya.
  2. Sekolah telah menyingkirkan orang-orang yang tidak setuju dengan pandangannya. Sekolah hanya melayani kepentingan segelintir masyarakat yang konsumtif-konsumeristik dengan mencetak serta memasok tukang-tukang yang bisa diberikan instruksi untuk berbuat sesuai dengan keinginan sekolah.
  3. Masyarakat telah “dipaksa” untuk selalu tunduk pada diskriminasi yang didasarkan atas sertifikat atau ijazah mengenai ketrampilan yang dimiliki seseorang.

Kritik Terhadap Sekolah Dan Kasta Internasional

  1. Kewajiban sekolah juga menentukan peringkat atau kasta-kasta Internasional.
  2. Semua negara diurutkan seperti kasta dimana setiap posisi suatu negara dalam pendidikan ditentukan dengan jumlah rata-rata masyarakat bersekolah.

Kritik Terhadap Lenyapnya Substansi Belajar

  1. Sekolah membuat siswa menjadi tidak mampu membedakan proses dari substansi karena sekolah telah mencampur-adukkannya.
  2. Muncul keyakinan: semakin banyak pengajaran semakin baik hasilnya, atau menambah materi pengetahuan akan menjamin keberhasilan.
  3. Murid menyamakan begitu saja pengajaran dengan belajar, naik kelas dengan pendidikan, ijazah dengan kemampuan, dan kefasihan menceritakan kembali dengan kemampuan mengungkapkan sesuatu yang baru dan anak dibiasakan menerima pelayanan bukan nilai (ketergantungan pada pelayanan lembaga ini membuat mereka menjadi sangsi akan kemampuan mereka menyelesaikan masalah mereka sendiri)

Kritik Terhadap Kurikulum Tersembunyi

  1. Sekolah memiliki sebuah struktur, dimana struktur itu mengisyaratkan pesan bahwa individu tak bisa menyiapkan diri untuk hidup di masa dewasa dalam masyarakat tanpa melalui sekolah, apa yang tidak diajarkan di sekolah berarti kecil nilainya atau tak bernilai sedikitpun, dan apa yang dipelajari di luar sekolah tak layak diketahui.
  2. Ivan Illich menamakan struktur ini dengan Kurikulum Tersembunyi dalam persekolahan, karena ia menjadi kerangka kerja sistem di mana segala perubahan atas kurikulum dibuat.

Kritik Terhadap Perilaku Orang Tua

  1. Dalam dunia pendidikan sekarang ini, orang tua anggap bahwa hanya sekolahlah yang bertanggung jawab terhadap pendidikan anak didiknya sehingga orang tua menyerahkan sepenuhnya pendidikan anaknya kepada guru di sekolah.
  2. Orang tua yang miskin, yang menginginkan anak mereka bersekolah, kurang peduli akan apa yang ingin anak-anak mereka pelajari. Mereka lebih peduli akan sertifikat dan uang yang akan mereka dapatkan setelah tamat sekolah.
  3. Dan orang tua dari kelas menengah menyerahkan anak mereka ke dalam asuhan guru supaya anaknya tidak sampai mempelajari apa yang dipelajari anak-anak miskin di jalanan

Kritik Terhadap Posisi Pendidik

  1. Sekolah membatasi kompetensi guru hanya sebatas wilayah kelas. Membuat mereka menyimpan pengetahuan untuk diri mereka sendiri, kecuali cocok dengan pengajaran hari itu. Informasi disimpan; Hak-hak paten dilindungi korporasi, rahasia-rahasia dijaga oleh birokrasi, dan yang tidak berkepentingan ditolak oleh lembaga-Lembaga dan profesi-profesi.
  2. Para guru berijasah mendepak tiap individu tak berijasah. Tak seorangpun diberi keleluasaan untuk mendidik diri sendiri atau diberi hak untuk mendidik orang lain tanpa ijazah.
  3. Sekolah menjual: kurikulum, pendidik sebagai distributornya.

Kritik Terhadap Kurikulum

  1. Sekolah menjual kurikulum, sebundel materi yang dibuat menurut proses yang sama dan mempunyai struktur yang sama sebagaimana barang dagangan lainnya. Produksi kurikulum bagi kebanyakan sekolah dimulai dengan penelitian yang konon ilmiah. Hasil kurikulum ini adalah sebundel makna yang telah direncanakan, sepaket nilai, suatu komoditas. Daya tarik yang sebanding dari komoditas ini memungkinkannya layak untuk menjual kepada sejumlah orang. Ini dipakai sebagai dasar untuk membenarkan besarnya biaya produksi kurikulum tersebut.
  2. Murid sebagai konsumen diajar untuk menyesuaikan keinginan mereka dengan nilai yang dapat dipasarkan. Maka mereka dikondisikan untuk merasa bersalah jika mereka tidak berperilaku sebagaimana diprediksi oleh penelitian konsumen dengan angka rapor dan sertifikat yang akan menempatkan mereka pada pekerjaan yang telah diramalkan untuk mereka.

“SCHOOL IS THE ADVERTISING AGENCY WHICH MAKES YOU BELIEVE THAT YOU NEED THE SOCIETY AS IT IS.”

Ivan Illich

Solusi yang ditawarkan Ivan Illich

Berikut adalah berbagai solusi yang ditawarkan Ivan Illich terhadap semua kritiknya:

Pendidikan Yang Berguna

  1. Pendidikan yang berguna adalah pendidikan yang menyadarkan sikap kritis terhadap dunia dan kemudian mengarahkan perubahannya.
  2. Dalam menghadapi dunia, pendidikan diarahkan tidak hanya pada kemampuan retorika yang bersifat verbal, akan tetapi juga mengarah kepada pendidikan kelakuan yang bertumpu pada kemampuan profesional. Untuk memiliki kemampuan itu tentunya harus dirangsang sikap kritis terhadap kenyataan-kenyataan di sekelilingnya dan berbekal dengan sikap kritis itu -melalui debat dan diskusi- akan ditemukan berbagai yang dialaminya sendiri dan masyarakatnya.
  3. Dari self empowerment ke social empowerment.

Pendidikan yang membebaskan

  1. Membebaskan akses pada barang-barang dengan menghapus kontrol yang selama ini di pegang oleh orang atau lembaga atas nilai-nilai pendidikan mereka.
  2. Membebaskan usaha membagikan keterampilan dengan menjamin kebebasan mengajar atau mempraktekkan ketrampilan itu menurut permintaan.
  3. Membebaskan sumber-sumber daya yang kritis dan kreatif yang dimiliki rakyat dengan mengembalikan kepada masing-masing orang, kemampuannya dalam mengumpulkan orang dan mengadakan pertemuan. Suatu kemampuan yang kini makin dimonopoli oleh lembaga-lembaga yang menganggap diri berbicara atas nama rakyat.
  4. Membebaskan individu dari kewajiban menggantungkan harapan-harapan pada jasa-jasa yang diberikan oleh profesi mapan manapun seperti sekolah, dengan memberikan kesempatan belajar dari pengalaman teman sebayanya dan mempercayakannya kepada guru, pembimbing, penasehat yang dipilihnya sendiri.

Tujuan Pendidikan yang Membebaskan

  1. Pendidikan harus memberi kesempatan kepada semua orang untuk bebas dan mudah memperoleh sumber belajar pada setiap saat.
  2. Pendidikan harus mengizinkan semua orang yang ingin memberikan pengetahuan mereka kepada orang lain dengan mudah, demikian pula bagi orang yang ingin mendapatkannya.
  3. Menjamin tersedianya masukan umum yang berkenaan dengan pendidikan.

Pendidikan Demokratis

  1. DEMOKRASI DALAM MEMPEROLEH PENDIDIKAN: Tidak ada kelas-kelas dalam masyarakat, semua masyarakat berhak untuk mendapatkan pendidikan, dan pendidikan tidak harus didapat dari sekolah, tapi anak didik bisa medapatkannya dari lingkungan.
  2. DEMOKRASI DALAM SISTEM PEMBELAJARAN: Pelibatan siswa dalam proses pembelajaran, yang tidak sekadar membuat mereka aktif dalam proses pembelajarannya, tapi juga mereka diberi kesempatan dalam menentukan aktivitas belajar yang akan mereka lakukan, bersama-sama dengan guru mereka.
  3. DEMOKRASI DALAM PENGEMBANGAN MATERI PEMBELAJARAN: Memperbesar partisipasi masyarakat dalam pendidikan, tidak sekadar dalam konteks retribusi uang sumbangan pendidikan, tapi justru dalam pembahasan dan kajian untuk mengidentifikasi berbagai permintaan stakeholder dan user sekolah tentang kompetensi siswa yang akan dihasilkannya.

Pendidikan Orang Dewasa

Pendidikan orang dewasa bukan bagian dari pendidikan tradisional, namun alternative untuk semuda bidang pendidikan. “Seseorang dapat mengemukakan apa yang mereka butuhkan dan apa yang harus mereka pelajari”.

Caranya adalah:

  1. Reformasi ruang kelas dalam sistem persekolahan.
  2. Pembiakan “Sekolah Bebas” di seluruh masyarakat.
  3. Transformasi seluruh masyarakat menjadi satu ruang kelas raksasa.

Nilai: belajar sebagai kebalikan dari sekolah, keramahan sebagai kebalikan dari manipulasi, responsibilisasi kebalikan dari deresposbilisasi kendali.

Perombakan Sistem

  • Perlu perombakan/pembaharuan berskala besar dan segera di dalam masyarakat, dengan cara menghilangkan persekolahan wajib.
  • Sistem persekolahan formal yang ada harus dihapuskan sepenuhnya dan diganti dengan sebuah pola belajar sukarela dan mengarahkan diri sendiri; akses yang bebas ke bahan-bahan yang dibutuhkan.
  • Pendidikan serta kesempatan-kesempatan belajar mesti disediakan, namun tanpa sistem pengajaran wajib.

Jaringan Kesempatan (Opportunity Web)

  1. Jasa referensi objek-objek pendidikan yang mudah diakses untuk kegiatan belajar yang tersedia bagi siswa untuk kegiatan magang atau kegiatan di luar jam sekolah, misalnya perpustakaan, agen penyewaan, laboratorium, ruang pertunjukan seperti museum dan teater, juga yang bisa digunakan sehari-hari di pabrik, bandar udara, atau sawah ladang.
  2. Pertukaran keterampilan yang memungkinkan orang untuk mendaftarkan keterampilan mereka, dan dengan syarat apa mereka mau menjadi model untuk orang lain yang ingin mempelajari keterampilan ini, serta alamat di mana mereka bisa dihubungi.
  3. Mencari teman sebaya yang cocok, yaitu suatu jaringan komunikasi yang memungkinkan orang memaparkan kegiatan belajar yang ingin mereka ikuti, dengan harapan menemukan pasangan yang cocok untuk kegiatan belajar mereka.
  4. Referensi kepada pendidik yang terdaftar dalam sebuah buku petunjuk yang memberi alamat dan jati diri para professional dan ahli-ahli yang tidak terikat dengan suatu lembaga tertentu, dan syarat untuk bisa memperoleh pelayanan mereka.

3 Peran Guru

  1. Guru sebagai pengawas; bertindak sebagai pemimpin upacara. Ia menuntun para murid melewati upacara berliku-liku yang melelahkan, menjaga agar aturan benar-benar ditaati tanpa keinginan untuk menghasilkan pendidikan yang mendalam, melatih murid-murid untuk mengikuti kegiatan rutin tertentu.
  2. Guru-sebagai-moralis; mengganti peran orang tua, Tuhan, atau negara. Ia mengajarkan anak-anak tentang apa yang benar atau salah dari segi moral, tidak saja di dalam sekolah melainkan di dalam masyarakat luas. Ia berperan sebagai orang tua bagi setiap anak dan karena itu menjamin bahwa semua mereka merasa sebagai anak-anak dari negara yang sama.
  3. Guru-sebagai-ahli-terapi; merasa punya wewenang untuk menyelidiki kehidupan pribadi setiap murid untuk membantunya berkembang sebagai seorang pribadi.

Kita semua telah belajar sebagian apa yang kita ketahui justru di luar sekolah. Belajar bagaimana bisa hidup, belajar berbicara, berpikir, merasa, mencinta, bermain, menyembuhkan diri, berpolitik, dan bekerja tanpa campur tangan guru.

We must rediscover the distinction between hope and expectation

Ivan Illich

“TO HELL WITH THE FUTURE.IT’S A MAN-EATING IDOL.”

Ivan Illich

MP3

Silahkan dengarkan kajian lengkap Filsafat Pendidikan: Ivan Illich, oleh Bp. Fahruddin Faiz di bawah ini:

DOWNLOAD

Lisensi

mjscolombo

Ngaji Filsafat : Ivan Illich – Deschooling Society
Ngaji Filsafat 207
Edisi : Filsafat Pendidikan
Bersama Dr. Fahruddin Faiz
Masjid Jendral Sudirman Yogyakarta
24 Oktober 2018

Website: mjscolombo.com

Pos terkait