Sejarah Negara Com – Tujuan Portugis ke Asia adalah terutama untuk mencari rempah-rempah dan menguasai jalur perdagangannya dari Asia ke Eropa (Portugal). Dalam literatur Portugis, Timor pertama kali disebut oleh Tome Piress dalam bukunya Suma Oriental (1514).
Sejak itulah Portugis mulai mencoba menancapkan kakinya di Timor, meski pada tahun 1598 terjadi perlawanan rakyat terhadap Portugis, tetapi Portugis berhasil menumpasnya.
Sejak Ambon jatuh ke tangan Belanda pada tahun 1605, kedudukan Portugis di Malaka pun mulai goyah. Malaka akhirnya jatuh pada tahun 1641. Belanda dan Portugis semakin bersaing untuk menjadi penguasa di daerah tersebut.
Kunjungi Peta Timor Timur atau di google map
Pemukiman Portugis pertama di Timor Timur
Pemukiman Portugis pertama di Timor dirintis pada tahun 1633 oleh Michael Rangel di Silabau (sebelah barat Atapupu). Tahun 1662 Belanda dan Portugis mengadakan perjanjian.
Baca juga: Portugis pertama kali datang ke Indonesia
Pada tahun 1756 kompeni Belanda mengirimkan utusan untuk mengatur keadaan di Timor. Tahun 1769 Dili yang masih penuh rawa menjadi pusat kekuasaan Portugis di bagian timur Pulau Timor.
Tahun 1779 terjadi pemberontakan terhadap Portugis dipimpin oleh Raja Luca. Perang ini berlarut-larut dan pecah lagi tahun 1785.
Setelah masa itu, terjadi perubahan politik di Eropa, sehingga mempengaruhi daerah jajahan di seberang lautan, termasuk Timor.
Pada tanggal 6 Oktober 1854 ditandatangani perjanjian antara Belanda dan Portugis di Lisboa. Perjanjian tersebut diratifikasi oleh parlemen Belanda pada tanggal 20 April 1859.
Isi perjanjian antara Belanda dan Portugis
Portugal melepaskan klaim atas pulau-pulau di sekitar Timor, kecuali Pulau Atauro dan Pulau Jaku dan beberapa daerah lain. Juga ditetapkan perbatasan besar yang membelah Timor menjadi dua bagian.
Perjanjian Batas Wilayah menuju Integrasi Timor Timur
Tanggal 10 Juni 1893 diadakan perjanjian antara kedua belah pihak untuk mengadakan pengukuran dan pemetaan setempat. Namun, pelaksanaannya baru pada tahun 1898.
Hasilnya ditandatangani di Den Haag pada tanggal 1 Oktober 1904. Sejak itulah Pulau Timor dibagi menurut batas-batas yang berlaku sekarang.
Tahun 1910 Portugal menjadi republik. Sementara itu antara tahun 1911 – 1913 para raja Timor terus melakukan pemberontakan terhadap Portugis, meskipun selalu gagal. Serangan Jepang atas Pearl Harbour dan Perang Pasifik mengakibatkan pendudukan Jepang di Timor (1942 – 1945) dan sangat mengejutkan pihak Portugis.
Baca kembali: Menjelang berakhirnya Perang Pasifik
Melalui beberapa tahap, pada tahun 1971 Timor Portugis mendapat status propinsi otonom. Bulan April 1974 terjadi kudeta militer di Portugal. Pemerintah Portugis yang baru dibawah Jenderal Antonio de Spinola, mengembalikan semua hak sipil dan mengubah sistem politik di semua daerah jajahan.
Dua minggu setelah kudeta, gubernur Timor Portugis mengumumkan kebebasan mendirikan partai politik, selain bebas menentukan nasib dan status pemerintahannya melalui referendum yang akan diadakan pada tanggal 31 Maret 1975.
Sejak bulan Mei 1974 berdirilah tiga partai, yaitu Uniao Democratica Timorese (UDT), Associacao Social Democratioca Timorese (ASDT) yang kemudian berubah menjadi Frente Revolucionaria de Timor Leste Independente (Fretilin) dan Associacao Integraciao de Timor Indonesia (AITI), yang kemudian berubah menjadi Associacao Popular Democratica d Timor (APODETI).
Kemudian ada dua partai lain lagi, yaitu Klibur Oan Timor Aswain (KOTA) dan Partido Trabalhista.
Akhir September 1974 terjadi perebutan kekuasaan antara unsur-unsur kiri dengan unsur kanan di Portugal. Situasi politik yang tidak menentu ini juga terasa di Timor Portugis.
Pada awalnya, sebelum bulan November 1974, proses penentuan status Timor Portugis berjalan dengan tenang. Namun, perubahan dalam negeri Portugal membawa pengaruh terhadap proses dekolonisasi di Timor Portugis.
Kemudian terjadi perang saudara antara Fretilin dengan pengikut partai-partai lain. Tanggal 27 Agustus 1975 malam, seluruh aparat pemerintahan Portugis di Timor melarikan diri ke Pulau Atauro. Sejak itulah secara de facto berakhirlah kekuasaan Portugis di Timor dan Timor Portugis.
Sementara itu, peperangan antara Fretilin dengan pengikut partai lain makin meluas, yang akhirnya semua partai yang ada bergabung melawan Fretilin.
Tanggal 30 November 1975 lahirlah Proklamasi Rakyat Timor Timur di Balibo, yang mencetuskan tekadnya untuk bergabung dengan Republik Indonesia. Proklamasi tersebut ditandatangani para wakil partai yang ada, selain Fretilin.
Tanggal 17 Desember 1975 dibentuk Pemerintah Sementara Timor Timur dengan Arnaldo Dos Reis Araujo sebagai ketua eksekutif. Kemudian dibentuk pula DPR Timor Timur dengan Guilherme Maria Goncalves sebagai ketua.
Tanggal 31 Mei 1976, DPR Timor Timur mengeluarkan petisi yang mendesak pemerintah RI agar dalam waktu singkat menerima dan mengesahkan bersatunya Timtim ke dalam negara Republik Indonesia.
Tanggal 7 Juni 1976, pemimpin eksekutif dan legislatif Pemerintah Sementara Timor Timur menyerahkan petisi rakyat Timtim kepada Presiden Soeharto di Jakarta.
Untuk membuktikan kesungguhan rakyat Timtim, pemerintah RI membentuk delegasi yang mengadakan peninjauan ke berbagai wilayah Timtim dan melaporkannya pada presiden pada tanggal 26 Juni 1976.
Setelah melalui sidang kabinet tanggal 29 Juni 1976, pemerintah mengajukan RUU tentang penyatuan Timtim pada tanggal 30 Juni 1976 dan sidang pleno DPR-RI pada tanggal 15 Juli 1976.
Tanggal 17 Juli 1976 Presiden Soeharto mengesahkan UU no. 7 Tahun 1976 dan menyatakan bahwa Timor Tmur resmi menjadi bagian dari Republik Indonesia dan merupakan provinsi yang ke-27.
Artikel Timor Timur lainnya
Baca juga referensi lain mengenai Timor Timur:
- Sejarah integrasi Timor Timur ke wilayah RI
- Tentang Negara Timor Leste dan potensinya
- Lahirnya negara Timor Leste