Sejarah Negara Com – Fase Historiografi Tradisional dimulai sejak zaman kerajaan Hindu-Buddha sampai pada masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia. Pada fase historiografi tradisional, penulisan sejarah yang dilakukan lebih merupakan ekspresi budaya daripada usaha untuk merekam peristiwa masa lalu.
Ciri – ciri historiografi tradisional
Ciri – ciri historiografi tradisional adalah sebagai berikut:
- Istana-sentris, artinya berpusat pada keinginan dan kepentingan raja.
- Feodalis-aristokratis, artinya berfokus pada kehidupan kaum bangsawan feodal, bukan kehidupan rakyat.
- Subjektivitas tinggi, sebab penulisan hanya mencatat peristiwa penting di kerajaan dan atas permintaan sang raja.
- Tujuannya melegitimasi dan melanggengkan kekuasaan serta kedudukan raja.
- Kebanyakan karya tersebut kuat dalam genealogi (silsilah) namun lemah dalam hal kronologi dan detail biografis.
- Umumnya penulisannya tidak disusun secara ilmiah, serta sering kali datanya bercampur baur antara unsur mitos dan realitas. Berbagai mitos dan legenda diarahkan untuk mengukuhkan bahwa raja tidak sama dengan orang biasa.
- Sumber-sumber datanya sulit untuk ditelusuri, bahkan terkadang mustahil dibuktikan.
- Regio-sentris, artinya banyak dipengaruhi oleh faktor budaya masyarakat tempat naskah tersebut ditulis.
Baca juga: Historiografi Kolonial Indonesia
Contoh historiografi tradisional adalah Kitab Bustanus Salatin. Kitab ini berisi kisah para raja dari Kerajaan Aceh beserta sejumlah peristiwa yang terjadi pada masa itu.
Historiografi tradisional Indonesia juga sering mengaitkan antara penguasa (raja) yang memiliki hubungan khusus dengan tokoh-tokoh legenda. Dalam buku Babad Tanah Jawi misalnya.
Dalam buku tersebut diceritakan adanya hubungan khusus antara raja-raja penguasa tanah Jawa dengan Nyi Roro Kidul, tokoh mistis yang dipercaya masyarakat Jawa sebagai ratu penguasa Laut Selatan.