Hasil interaksi sistem kepercayaan di Indonesia – Sejak zaman prasejarah bangsa Indonesia telah memiliki kepercayaan berupa pemujaan terhadap roh nenek moyang yang disebut animisme dan juga kepercayaan terhadap adanya kekuatan pada benda tertentu yang disebut dinamisme.
Dengan masuknya kebudayaan Hindu-Buddha ke Indonesia, terjadi akulturasi. Sebagai contoh : dalam upacara keagamaan atau pemujaan terhadap para dewa-dewi di candi, terlihat adanya unsur pemujaan terhadap roh nenek moyang.
Hal itu ditunjukkan dengan adanya pripih di dalam bangunan candi, yaitu tempat benda-benda lambang jasmaniah raja yang membangun candi tersebut di simpan.
Dengan demikian, candi dianggap sebagai makam atau tempat berdiamnya roh raja yang telah meninggal tersebut. Hal ini memiliki kemiripan dengan fungsi bangunan menhir, dolmen, dan punden berundak-undak peninggalan zaman batu besar (megalithikum).
Selain itu, biasanya di atas pripih terdapat arca dewa yang merupakan perwujudan raja yang didharmakan di dalam candi. Pada puncak candi terdapat lambang para dewa, biasanya berupa gambar teratai pada batu persegi empat.
Singkatnya, upacara keagamaan atau pemujaan terhadap roh nenek moyang, dan di situlah letak akulturasi antara sistem kepercayaan masa praaksara (zaman prasejarah) dan kebudayaan Hindu-Budha.