Gajah Mada dan Sumpah Palapa – Setelah Raden Wijaya meninggal dunia, ia digantikan oleh putranya, bernama Jayanegara. Pada masa pemerintahan Jayanegara ini sering terjadi pemberontakan, seperti pemberontakan Nambi dan Kuti. Diantara pemberontakan-pemberontakan itu yang paling berbahaya adalah pemberontakan Kuti. Selengkapnya tentang Raden Wijaya silahkan baca: Sejarah Raden Wijaya pendiri Kerajaan Majapahit.
Gajahmada Diangkat Menjadi Patih
Tadinya Kuti adalah salah seorang Dharmaputra, yatu pejabat kerajaan yang bertugas mempertahankan kelangsungan tahta kerajaan. Saat memberontak, Kuti berhasil menduduki ibu kota Majapahit. Karena keadaan sangat genting, Raja Jayanegara terpaksa menyingkir ke desa Badander. Raja dikawal oleh 15 pasukan Bhayangkari yang dipimpin oleh seorang perwira yang bernama Gajah Mada.
Gajah Mada bersama pasukannya berhasil menumpas pemberontakan Kuti. Atas jasanya itu, Gajah Mada diangkat menjadi Patih Kahuripan, kemudian ia diangkat menjadi Patih Kerajaan Kediri. Pada tahun 1331, terjadilah pemberontakan Sadeng.
Waktu itu, yang menjadi raja Majapahit telah digantikan Ratu Tribuwana. Perdana menterinya bernama Arya Tadah. Karena Arya Tadah sedang sakit, maka Gajah Mada diangkat sebagai pejabat perdana menteri Majapahit. Ia ditugaskan memimpin pasukan untuk memberantas pemberontak Sadeng. Gajah Mada pun berhasil menumpas para pemberontak.
Sebagai penghargaan atas jasanya tersebut, Gajah Mada diangkat menjadi menteri Majapahit menggantikan Arya Tadah. Pada saat pelantikan, Gajah Mada mengucapkan sebuah sumpah yang terkenal hingga saat ini, yaitu: “Sumpah Palapa” Gajah Mada berikrar bahwa ia tidak akan merasakan Palapa (kenikmatan dunia) sebelum seluruh Nusantara dapat dipersatukan di bawah naungan Majapahit.
Gajah Mada dan Hayam Wuruk
Agar cita-citanya terwujud, Gajah Mada membangun armada laut yang kuat. Armada angkatan laut itu dipimpin oleh Laksamana Nala (Empu Nala). Dengan armada lautnya, Majapahit berhasil menaklukkan Dompu pada tahun 1340 dan Bali tahun 1343.
Raja Bali yang bernama Badahulu tewas dalam pertempuran itu. Akan tetapi belum sempat Gajah Mada melaksanakan seluruh sumpahnya, Tribhuwana meninggal dunia tahun 1350. Tahta Majapahit lalu jatuh ke tangan Hayam Wuruk tahun 1350 – 1389.
Bukti Masa Keemasan Majapahit
Hayam Wuruk bergelar Rajasanegara. Dalam memerintah kerajaan, ia didampingi mahapatih Gajah Mada. Berkat kerja sama kedua tokoh ini, Majapahit mencapai zaman keemasannya. Adapun bukti-bukti kebesaran kerajaan Majapahit diantaranya sebagai berikut:
- Kitab Negarakertagama menerangkan bahwa daerah kekuasaan Majapahit meliputi Sumatra, Semenanjung Melayu, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Irian (Papua).
- Para pujangga Majapahit menghasilkan karya-karya terkenal, seperti : Kitab Negarakertagama, karya Empu Prapanda, dan Kitab Sutasoma karya Empu Tantular.
Selengkapnya mengenai kejayaan Majapahit silahkan baca pada artikel: Majapahit kerajaan kuno terbesar