Di Indonesia, hampir seluruh masyarakat tradisional masih tinggal di daerah-daerah pedalaman atau daerah pantai yang terisolir. Mereka masih terikat kuat dengan alamnya, bahkan sering kali masih tergantung kepada alam di mana mereka tinggal tanpa mampu merubahnya sesuai kebutuhan.
Bila alamnya itu baik, tanahnya subur, banyak hujan, ada itigasi dan mata air, dan iklimnya bagus kehidupan mereka juga akan lebih baik, kemakmuran cepat meningkat dan merata, kebudayaan mereka pun cepat berkembang pula.
Sebagai contoh:
Masyarakat di sekitar pusat kerajaan Mataram Hindu di Jawa Tengah pada jaman dahulu. Karena alamnya baik, maka penghidupan mereka baik, sehingga mereka mampu membentuk pemerintahan yang kuat, dan dapat menghasilkan suatu kebudayaan yang menakjubkan dunia. Demikian pula kerajaan Majapahit, dan sebagainya.
Sebaliknya masyarakat di daerah yang jelek alamnya, misalnya masyarakat di daerah pegunungan seribu di Jawa bagian selatan.
Penghidupan mereka dengan mengandalkan hasil bercocok tanam, sempai saat ini masih memprihatinkan. Oleh karena itu, mereka tidak sempat menciptakan suatu kebudayaan yang menonjol seperti daerah lain yang subur.
Kehidupan masyarakat tradisional memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- Menghasilkan barang-barang produksi primer, yaitu langsung diperoleh dari alam, seperti hasil pertanian, perikanan dan peternakan.
- Besar kecilnya penghasilan sangat tergantung oleh keadaan alamnya, seperti iklim, perubahan musim, bencana alam dan sebagainya.
- Yang dihasilkan kebanyakan berupa bahan pangan untuk mencukupi kebutuhannya sendiri, belum ada niat untuk mengekspor.
- Kegiatan ekonominya banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur religius-magis yang kadang-kadang secara ekonomis sangat merugikan.
Baca juga: Ciri-ciri suku bangsa di Indonesia