Botswana adalah sebuah negara baru dengan berbagai problem dan cita-cita yang besar. Negeri yang dahulu merupakan protektorat Inggris Bechuanaland, telah merdeka pada tahun 1966 dan merupakan negara kulit hitam yang pada saat itu benar-benar dikelilingi oleh berbagai negara kulit putih.
Setelah mengalami masa kekeringan selama 5 tahun, banyak pihak yang meramalkan bahwa Botswana akhirnya akan jatuh ke dalam kekuasaan Afrika Selatan. Namun, wilayah ini ternyata tetap berdiri seraya memegang teguh prinsip persamaan rasial dan keadilan.
Selengkapnya kunjungi Peta Botswana atau di google map
Penduduk Botswana
Penduduk Botswana dahulu berjumlah sekitar 800.000 jiwa, yang sebagian besar merupakan suku Bantu, tetapi juga mencakup kelompok Bushman dan orang kulit putih. Kelompok Tswana, yakni suatu cabang bangsa Sotho Afrika sebelah selatan, merupakan kelompok utama Bantu.
Kelompok Bushman, diperkirakan berjumlah 29.000 jiwa termasuk mereka yang mengaku berkerabat dengan suku Bantu. Kelompok Bushman hidup sebagai pemburu dan pengumpul makanan, yang kebanyakan mengandalkan flora dan fauna Gurun Kalahari sebagai sumber pangannya.
Tetangga terdekatnya adalah kelompok Tswana Kgalagadi yang hidup di pinggiran gurun itu. Suku Bantu ini menerapkan cara berburu dan mengumpulkan makanan kelompok Bushman dan ditambah dengan bercocok tanam.
Di Cekung Okavango, kelompok Bushman dan suku Bantu dari Afrika bagian tengah hidup dari menangkap ikan. Suku Bantu ini juga melakukan sedikit kegiatan bertani di lahan rawa-rawa. Tetangga mereka, orang Tawana, yaitu cabang kelompok Tswana, memadukan kegiatan menggembala sapi dan bertani yang dipelajarinya dari para petani rawa.
Di bagian lain semua penduduk terdiri atas kelompok Tswana. Berlainan dengan kebanyakan suku Bantu, kelompok Tswana ini membangun kota besar. Mereka tinggal di pusat kota, bertani dalam radius 32 km di sekeliling pusat itu, dan menggembala sapi sejauh kira-kira 80 km dari pusat.
Suatu kelompok kecil orang Eropa, yang berjumlah sekitar 5.000 orang, selama 35 tahun ini telah semakin berbaur dengan orang kulit hitam.
Lebih dari setengah warga Botswana dapat membaca dan menulis dalam bahasa Setswana, yakni suatu bahasa Bantu, sedangkan lebih dari setengahnya lagi dapat membaca dan menulis dalam bahasa Inggris. Kelompok Bushman menggunakan bahasa ”detak” (Khoisan) mereka yang memiliki beberapa bunyi detak meskipun banyak dari mereka paham bahasa Setswana.
Berlainan dengan kebanyakan negara Afrika, wanita Botswana lebih banyak yang melek huruf daripada prianya. Anak lelaki sering membolos untuk menggembala sapi. Akan tetapi, lebih banyak pria yang bersekolah di kelas yang lebih tinggi dibandingkan dengan wanitanya. Terdapat sebuah kampus Universitas Botswana dan Swaziland di Gabarone.
Cara hidup penduduk Botswana
Busana gaya Eropa telah lazim dipakai. Dua macam tutup kepala yang populer adalah topi jerami berbentuk corong dan kopiah bulu gaya Daniel Boone. Anak-anak di bawah 8 tahun mungkin memakai celemek berwarna oranye dengan manik-manik kaca di ujungnya.
Makanan sehari-hari mereka merupakan campuran antara makanan Eropa dan Tswana. Untuk makan pagi, dihidangkan padi-padian, es krem, teh, kopi dan minuman keras bersama-sama dengan berbagai makanan tradisional. Makanan ini terdiri atas bubur padi-padian tumbuk atau giling, seperti bulgur, cantel dan jagung.
Daging rebus yang dicampur dengan sayuran yang lezat adalah makanan lain yang banyak disukai. Minuman penghangat yang dibuat dari padi-padian yang diragi juga banyak digemari. Penduduk minum susu, terutama jika sudah mengental.
Tempat berteduh kelompok Bushman berupa gubuk beratap miring yang terbuat dari rerumputan. Orang Tswana membangun rumah bulat atau persegi panjang yang kokoh dengan memancangkan tonggak yang berat tegak lurus ke tanah, memasang cabang-cabang tanaman arah horisontal, dan mengikatkannya ke tonggak tersebut.
Kemudian tanah lempung ditempelkan pada bagian luar dan dalam cabang-cabang itu, lalu dicat. Rumah yang bulat beratap kerucut, sedangkan yang persegi panjang beratap lancip. Kedua macam atap itu ditutup dengan anyaman rumput yang tebal.
Di sekitar rumah orang Tswana terdapat beranda yang terbuat dari lempung atau semen, dan di sekitarnya dipasang pagar dari ranting kayu atau pohon kaktus. Rumah orang Afrika yang lebih kaya dan orang Eropa terbuat dari batu bata atau semen dan beratap logam atau genting.
Geografi Botswana
Botswana terkucil lebih dari 480 km di pedalaman dari Samudra Atlantik dan Samudra Hindia. Republik Afrika Selatan, Jalur Kaprivi, dan Namibia mengelilingi seluruh negeri ini, kecuali perbatasan timurnya yang dilengkapkan oleh Zimbabwe.
Satu titik kecil di utara menyinggung Zambia. Wilayah Botswana yang 600.372 km2 itu membentuk sebuah meja miring. Tepi bagian timurnya rata-rata setinggi 915 m di atas paras laut.
Di sebelah timur terdapat kawasan sabana dengan rerumputan, semak belukar, dan pepohonan. Lahannya melereng sampai kira-kira 549 m di atas paras laut di sebelah barat, melintasi kawasan stepa sampai gurun sejati.
Curah hujan berkisar antara 64 cm di sebelah timur dan kurang dari 25 cm di sebelah barat. Hujan turun di musim panas, dari bulan November sampai Mei. Hanya sedikit sungai yang mengalir kecuali di musim hujan.
Dua sungai yang mengalir terus-menerus berasal dari Angola melalui Jalur Kaprivi. Kedua sungai itu adalah Sungai Cubango, yang di sini disebut Sungai Okavango, dan Sungai Cuando, yang di sini disebut Sungai Chobe.
Sumber Alam
Botswana kaya dengan mineral: batubara, asbes, mangan dan emas. Soda abu dan garam berlimpah di Makarikari. Berlian ditambang di Orapa dan Jwaneng yang merupakan pertambangan terbesar, tembaganikel dihasilkan Selebi-Phikwe.
Kota Besar
Hampir separuh penduduk tinggal di kota yang berpenduduk lebih dari 5.000. Kota terbesar adalah ibu kota Gaborone yang berpenduduk hampir 135.000 jiwa dan demikian juga Francistown serta Selebi-Phikwe. Kanye dan Lobatse juga merupakan kota besar. Pabrik industri utama untuk pemotongan hewan dan pengalengan daging terdapat di Lobatse.
Ekonomi Botswana
Sapi merupakan sumber kekayaan utama Botswana. Penggembalaan sapi menampung sebagian besar angkatan kerja, dan sapi serta produk sapi mencakup sebagian besar ekspor negara ini.
Sektor pertanian terbatas
Dua tanaman utama adalah jagung dan cantel, yang merupakan makanan pokok. Kapas dan kacang tanah juga ditanam. Setiap tahun lebih dari 27.000 tenaga kerja mencari pekerjaan di tambang dan lahan pertanian di Afrika Selatan.
Industri safari dan pariwisata juga merupakan pendapatan nasional, sedangkan barang kerajinan serta kesenian (patung hewan dari kayu, kalung, keranjang, dan permadani) kini mulai dipasarkan.
Pengembangan endapan berlian di Orapa dan endapan nikel serta tembaga memberi harapan baik bagi masa depan perekonomian Botswana. Botswana melakukan pengkajian dan pengujian berbagai rencana untuk membendung sungai, mengendalikan air Sungai Okavango, melestarikan air tanah, dan mengembangkan transportasi.
Rencana untuk membangun jembatan di atas Sungai Chobe menuju ke Zambia terus dilaksanakan meskipun ada tentangan sengit dari Afrika Selatan. Republik ini mengklaim bahwa wilayah pembangunan jembatan itu akan terletak di Jalur Kaprivi yang telah direbutnya. Jembatan itu akan menyajikan satu-satunya jalur hubungan dagang dengan berbagai negara Afrika merdeka di sebelah utara.
Masing-masing kota mempunyai repelita sendiri dalam bidang ekonomi. Botswana tengah mengupayakan bantuan dari berbagai negara lain-terutama lnggris-tetapi rakyat Botswana tetap bertekad untuk berswadaya.
Sejarah dan Pemerintahan Botswana
Para ahli sejarah berpendapat bahwa penggembala sapi Tswana bergeser ke selatan memasuki wilayah Botswana yang sekarang sekitar 1.000 tahun yang silam, menyusup di antara kelompok Bushman di sebelah barat dan penggembala sapi yang lebih dahulu menghuni wilayah itu, yakni kelompok Nguni, di sebelah timur.
Sedikit demi sedikit orang Tswana mengambil alih kawasan tanah tinggi dari bawah Air Terjun Victoria sampai ke wilayah Lesotho yang sekarang. Antara tahun 1702 dan 1778 orang Boer, yang masuk ke daerah sebelah utara dari Cape Town, Afrika Selatan, berhadapan dengan orang Bantu di medan laga.
Setelah berdirinya misi pertama pada tahun 1820, Masyarakat Misi London di bawah pimpinan Robert Moffat berusaha meredakan peperangan antara warga Tswana sendiri dan antara orang Tswana dan orang Nguni.
Pada tahun 1837 orang Boer mengusir keluar orang Nguni, yang pada saat itu merupakan ancaman bagi orang Tswana. Atas saran kaum misi, orang Tswana meminta bantuan Inggris melalui kepala suku mereka Matshenge pada tahun 1866 dan Khama III pada tahun 1876.
Pada tahun 1885 terbentuk Wilayah Protektorat Bechuanaland. Wilayah itu bertahan sampai Botswana menjadi negara merdeka pada tanggal 30 September 1966. Presiden terpilih pertama adalah Sir Seretse Khama yang, setelah kematiannya pada tahun 1980, digantikan oleh Wakil Presiden Quett Masire.
Undang-Undang Dasar Botswana memberi hak kewarganegaraan kepada penduduk dari segala keturunan. Undang-Undang Dasar itu juga menentukan bahwa anggota majelis nasional dipilih untuk masa bakti 5 tahun. Badan ini memilih presiden, sedangkan presiden menunjuk wakil presiden dari kalangan para anggota Majelis Nasional.
Botswana terletak di bagian Afrika yang paling lama didominasi oleh orang kulit putih. Afrika Selatan, yang merupakan mitra dagang utama Botswana, tetap menjadi benteng kekuasaan kulit putih dan selalu berupaya mempengaruhi kebijakan Botswana.
Namun, Botswana menangkal tekanan semacam itu dan tetap menganut arahnya sendiri. Hubungan antara kedua negara itu membaik setelah Afrika Selatan melaksanakan pemilihan umum multirasial tahun 1994.
Diulas oleh:
CHARLES EDWARD FULLER, Ketua, Jurusan Sosiologi dan Antropologi, Universitas St. John
Editor: Sejarah Negara Com