Biografi singkat Bunda Teresa Sister of Loretto

Agnes Gonxha Bojaxhiu yang kemudian dikenal dengan nama “Bunda Teresa” lahir di Uskup Skopje, Kerajaan Ottoman, Yugoslavia, pada tanggal 26 Agustus 1910. Ia adalah anak bungsu dari pasangan Nikola dan Drane Bojaxhiu, kaum minoritas Albania.

Saat berusia 7 tahun, ia sudah harus kehilangan sosok ayah, karena revolusi telah merenggut nyawa ayahnya. Kepergian ayahnya ini membuatnya harus pindah ke Skopje. Ia kemudian bergabung dengan solidarity, sebuah kelompok pemuda jemaat.

Dalam usianya yang ke-17 tahun, tepatnya tahun 1928 ia masuk ke Biara Loreto di Irlandia dan menjadi biarawati di sana. Kisah perjalanannya pada cerita kehidupan para misionaris dan pelayanan mereka di Benggala.

Ia memutuskan menjadi biarawati ketika keyakinannya semakin kuat yang diperolehnya saat berdoa di Kuil Madonna Hitam, di Letnice.

Pada tanggal 28 November 1928 ia kemudian bergabung dengan Institute of The Virgin Mary, atau yang dikenal dengan Sister of Loretto, sebuah komunitas yang terkenal dengan pelayanannya di India.

Dari perkumpulan ini namanya lalu diubah menjadi Teresa, yang diambil dari nama orang suci dalam agama Katolik, Saint Teresa of Lisieux. Akhirnya, pada tahun 1929 ia dikirim ke Bengali dan dilatih di Dublin, serta di Darjeeling untuk menjalani pendidikan sebagai biarawati.

Pada tahun 1931, Teresa mengajar di sebuah sekolah khususnya anak-anak perempuan, St. Mary’s High School, di Kalkuta, India. Kebanyakan siswa di sekolah ini adalah anak perempuan Bengali yang beragama Hindu. Sekolah ini berpusat di Irlandia dan dikelola oleh Kesusteran Loretto. Di sekolah inilah, ia sempat menjabat sebagai kepala sekolah, tepatnya pada tahun 1944.

Teresa begitu menikmati aktivitasnya sebagai pengajar. Namun, kegiatannya mengajar di St. Mary tersebut terganggu ketika ia melihat kondisi sekitarnya dalam keadaan miskin dan terlantar. Kelaparan yang melanda Benggala pada tahun 1942 telah membawa penderitaan dan kematian bagi warga kota serta kekerasan terhadap umat Hindu. Hal ini membuat kota Benggala semakin mencekam.

Tahun 1946 adalah momen penuh inspirasi bagi Teresa. Ia dengan mata telanjang melihat kemiskinan dan penderitaan masyarakat Kalkuta. Hatinya pun tergerak dan merasa simpati melihat penderitaan orang-orang Kalkuta. Ia kemudian mengambil sebuah pilihan yang kelak akan mengubah perjalanan takdir kehidupannya.

Teresa seolah tidak ingin terpencil, yang hanya berdoa, pergi ke sekolah, dan tinggal di Ordo yang menjalankan kehidupan enak. Ia tidak ingin hidup enak, sementara orang lain di sekitarnya lapar, sakit, dan mati tanpa ada yang mengurusnya.

Ia ingin hidup bersama mereka yang menderita. akhirnya ia menulis surat ke Roma. Dan Paulus Pius XII pun mengabulkan permintaannya serta menjadikannya sebagai biarawati “bebas” dan tidak terikat pada ordo tertentu.

Selanjutnya dengan digerakkan oleh hati nuraninya, Teresa akhirnya mengundurkan diri dari Sister of Loretto dan mulai masuk ke perkampungan kecil dan kumuh di Kalkuta, India.

Baca selanjutnya: Pengabdian kemanusiaan Bunda Teresa seumur hidup

Pos terkait