Banyak peristiwa penting dalam sejarah Eropa abad ke-20 terjadi di Berlin. Bagi setiap warga Jerman, kota ini akan selalu menjadi tempat istimewa dalam sejarah tidak hanya karena pernah menjadi ibukota pertama Jerman bersatu di tahun 1871 dan kota metropolis yang maju dan dinamis di tahun 1920-an, tetapi juga karena pernah menjadi lokasi angkatan udara yang terkenal pada tahun 1948-49, dan lokasi Tembok yang keji, pemisah tragis antara dua dunia, dimana lebih dari 200 pemuda kehilangan nyawanya karena mencoba untuk melarikan diri demi kebebasan.
Semenjak tahun 1989, Berlin juga menjadi simbol penyatuan kembali Jerman, dan pada tahun 1998, kota ini kembali dijadikan ibukota negara.
Kota ini meliputi daerah seluas 886 km2 berpenduduk sekitar 3,5 juta jiwa, yang menjadikannya kota terpadat keempat di Eropa (setelah Moskow, London, dan St. Petersburg). Sungai Spree menghubungkan kota ini dengan sungai Elbe juga dengan Hamburg, sebuah jalan keluar menuju laut Utara.
Dari Desa Nelayan Menjadi Ibukota Kekaisaran
Tujuh ratus tahun yang lalu, Berlin adalah desa nelayan kecil di sungai Spree. Sebagai salah satu anggota awal dari Liga Hanseatic, secara bertahap kota ini berkembang menjadi tempat perdagangan yang sibuk.
Pada abad ke-15, ketika penguasa Hohenzollern dari Brandenburg menjadikannya sebagai ibukota, Berlin mengembangkan berbagai industri, termasuk pembuatan bir, yang kemudian menjadi terkenal.
Perang Tiga Puluh Tahun pada abad ke-1 7 memporak-porandakan kota ini dan menjadikannya miskin dan kekurangan penduduk. Tetapi Frederick William dan penerusnya, Frederick I dan Frederick II (The Great), membangun kota ini kembali dan menjadikannya ibukota kerajaan Prusia.
Pada saat itu di Berlin jalan raya Unter den Linden yang terkenal dirancang, dan kota ini menjadi lebih semarak oleh banyaknya pembangunan gedung baru.
Hingga tahun 1871, ketika Berlin menjadi ibukota kekaisaran Jerman yang baru bersatu, kota ini telah menjadi ibukota intelektual negara, dengan jumlah penduduk 800.000 jiwa.
Kunjungi di google map
Berlin Diantara Dua Perang Dunia
Pada dekade berikutnya, kota ini berkembang menjadi sebuah pusat industri dan perdagangan. Setelah hancur akibat Perang Dunia I, pada tahun 1920-an Berlin tumbuh sebagai ibukota yang termegah dan menarik di dunia. Penulis, pelukis, musisi, dan pembuat film menemukan udara kebebasan baru dan ”apa saja yang terjadi” di kota ini memberi inspirasi.
Penulis drama Bertolt Brecht dan komponis Kurt Weill bekerja sama dalam penulisan Die Dreigroschenoper (opera murahan). Konser yang dipimpin oleh Bruno Walter dan Wilhelm Furtwangler dan berbagai pagelaran pada Opera Municipal merupakan bagian dari kekayaan musik kota ini.
Gaya arsitektur modern juga mendapatkan pendukung antusias di Berlin. Lukisan Satire George Grosz mengenai Eropa pasca perang bermunculan. Atmosfer, atau Berliner Luft, dijuluki ”Udara Sampanye” karena ketepatannya yang asli, penuh dengan bakat-bakat segar.
Film musikal yang sukses Cabaret pada tahun 1972, yang dibintangi oleh Liza Minnell i dan Joel Grey, dengan apiknya menggambarkan semangat Berlin di awal tahun 1930-an.
Pada saat itu masih merupakan kota yang bersemangat dan bebas, tetapi awan hitam Nazisme telah menghimpun kekuatan yang tidak menyenangkan.
Ketika Adolf Hitler mulai berkuasa, semua kehidupan intelektual di Berlin dihancurkan. Banyak artis berbakat dipaksa untuk pergi atau dikucilkan karena mereka menolak untuk bekerja dibawah paksaan rezim tirani yang baru.
Kota Terpisah
Selama perang Dunia II, kota ini merupakan sasaran pemboman yang hebat. Pada akhir bulan April tahun 1945, pasukan Soviet mengepung Berlin dengan senapan artileri berat, mereka menambah banyak kerusakan pada kota ini.
Pada tanggal 2 Mei 1945, dua hari setelah Hitler membunuh dirinya sendiri Berlin jatuh ke tangan tentara Soviet. Perang berakhir dengan meninggalkan kota yang berupa puing-puing, berpenduduk 4 juta orang.
Pohon di taman ditebang untuk kayu bakar, dan warga yang kelaparan menanam sayuran di lahan yang bebas. Pada bulan Ju|i, Amerika Serikat, Uni Soviet, Prancis, dan Inggris mengambil alih administrasi kota ini, masing-masing bertanggung jawab atas sebuah sektor.
Pada tahun 1948 kekuatan Barat menyatukan sektor mereka menjadi satu administrasi, meskipun ketiga sektor militer Amerika, Inggris, dan Prancis secara resmi masih tetap ada. Beberapa bulan kemudian, Uni Soviet menyatakan bahwa empat kekuatan administrasi atas kota telah dibubarkan.
Uni Soviet berusaha memaksa bagian Barat kota bersatu dengan bagian timur dengan memasang blokade yang mencegah Berlin Barat agar tidak memperoleh bahan bakar, penerangan, dan makanan.
Tetapi dari bulan Juni 1948 hingga Mei 1949, pesawat-pesawat udara Amerika, lnggris, dan Prancis dengan penanganan dan pengaturan waktu yang tepat mengirimkan makanan, bahan bakar dan kebutuhan lain ke kota yang terkepung ini.
Penduduk Berlin Barat bersatu menentang tekanan tersebut dan lebih memilih kedinginan dan kelaparan daripada menyerah.
Sementara itu, warga Berlin Timur terus melarikan diri menuju Berlin Barat. Untuk menghentikan arus pengungsi dari Jerman Timur melalui jalan dan terowongan bawah tanah, maka pemerintah Jerman Timur membangun sebuah tembok yang dijaga ketat.
Berlin Barat
Karena ketegangan akibat adanya Perang Dingin di antara empat kekuasaan administrasi pasca perang, Berlin Barat berada dalam situasi yang aneh sebagai sebuah negara kota tanpa negara.
Menurut konstitusi, kota ini termasuk wilayah Republik federal, tetapi kota ini belum secara formal dimasukkan ke dalam Republik. Konsekuensinya, meskipun penduduk Berlin Barat memilih para wakilnya untuk duduk dalam Bundestag Jerman Barat, mereka hanya mempunyai hak bicara tanpa hak memilih dalam badan tersebut.
Namun Berlin Barat mempunyai Dewan Perwakilan Rakyatnya sendiri dengan 200 anggota terpilih atau lebih. Senat adalah badan eksekutif kota.
Bagaimanapun juga, para pemuda mengalami kesulitan untuk hidup di Berlin Barat selama bertahun-tahun ketika mereka dibatasi oleh tembok dan terisolasi dengan negara komunis yang kadang bersikap memusuhi. Untuk itu pemerintah federal menawarkan bermacam-macam insentif seperti bonus biaya hidup dan kebebasan dari wajib militer untuk menarik pendatang.
Pemugaran Berlin Barat pasca perang menyediakan banyak Grunanlagen, atau ”lahan hijau”. Beberapa bangunan tampak sangat megah contohnya adalah: Gedung Philharmonic, yang desain dan akustiknya ultra modern, dan Deutsches Opern Haus, gedung opera tempat yang disediakan untuk dapat menikmati musik.
Galeri Nasional yang berdinding kaca, didesain oleh arsitek kontemporer besar Ludwig Mies van der Rohe, sama indahnya dengan koleksi lukisan yang disimpan di dalamnya. Hansa Viertel (“Distrik Hansa”) adalah sebuah pemukiman unik, yang dirancang dan dibangun oleh arsitek kaliber internasional.
Reruntuhan gereja Kaiser Wilhelm merupakan sebuah bangunan yang mengingatkan pada masa perang. Reruntuhan ini tampak membayang hitam di sepanjang kaca dan bangunan gereja baru dan menara loncengnya.
Kurfijrstendamm, atau Ku-damm, adalah salah satu jalan teramai di Berlin Barat. Dengan ruang pamer, kantor, toko mewah, kafe, teater dan klub malamnya. wilayah ini selalu sibuk siang dan malam.
Universitas Free didirikan pada tahun 1948 untuk menggantikan universitas tua yang berada di sektor Soviet. Universitas yang dimulai oleh para sarjana yang melarikan diri ke Barat ini, kini disokong oleh pemerintah kota dan federal.
Lahan taman yang melimpah dalam kota sangatlah berharga bagi warga Berlin Barat selama isolasi Perang Dingin. Tempat wisata favorit adalah rangkaian danau di wilayah Wannsee ke arah Barat daya. Sehari di Wannsee merupakan suatu kesenangan seperti yang tertera dalam syair sebuah lagu lama, Berlin Bleibt doch Berlin ”Berlin tetap Berlin”;
Berlin Timur
Tidak seperti warga Berlin Barat, warga Timur tidak perlu ragu mengenai persatuan pasca perang mereka. Kota ini adalah ibukota dari Republik Demokrasi Jerman dan sekaligus masuk kedalamnya dengan status Bezirke (distrik) _
Sampai pada perobohan Tembok Berlin pada tahun 1989, setiap orang asing yang ingin pergi dari Barat menuju Timur harus melalui pintu masuk di Tembok yang dijuluki pos pemeriksaan Charlie.
Beberapa blok dari tempat ini terdapat pintu gerbang kemenangan abad ke-18 Gerbang Brandenburg yang dibuka kembali untuk lalu-lintas bebas pada tahun 1989. Hal ini merupakan salah satu dari peristiwa paling mengharukan dalam periode ini.
Berlawanan dengan Berlin Barat, Timur adalah tempat membosankan dengan gedung-gedung baru tetapi tidak menarik, yang dibangun dengan
gaya Stalin yang kuat. Di malam hari, hanya ada sedikit penerangan lampu neon sedikit hiburan, dan energi kesibukan yang menjadi karakter Berlin Barat. Jalan besar Unter dan Linden yang bersejarah, bekas tanda kota ini kehilangan sebagian besar gemerlapnya.
Namun, kota ini tetap menjadi pusat budaya. Dua rumah opera yang disubsidi pemerintah Deutsche Staatsoper (Opera negara Jerman) dan Komische Oper (Opera Komik), memainkan pertunjukkan yang berkualitas.
Kelompok teater yang paling terkenal di Berlin Timur adalah Ansanbel Berlin, yang didirikan oleh Bertolt Brecht setelah dia kembali ke Jerman Timur dari Amerika Serikat pada tahun 1948.
Museum yang terkenal di Berlin Timur adalah Pergamon dengan koleksi pahatan Yunani yang indah, dan Museum Mesir, dengan Patung dada ratu Mesir Nefertiti yang berusia 3000 tahun.
Ibukota Jerman Lagi
Sejak runtuhnya Tembok Berlin, kota ini telah mendapatkan tambahan tenaga kerja dan perubahan yang dinamis. Pada tahun 1991, Parlemen Jerman menyetujui kota ini menjadi ibukota negara bersatu, dan pemugaran secara besar-besaran pun dimulai.
Jaringan jalan dan kereta api yang benar-benar baru dibangun dan stasiun kereta api baru Lehrter Bahnhof, jika selesai dibangun pada tahun 2002, akan dapat menampung sampai 750.000 penumpang perhari.
Postdamer Platz yang bersejarah, urat nadi sosial dan komunikasi terpenting pada tahun 1920-an dan 1930-an, telah dirubah menjadi lahan konstruksi yang sangat luas. Jika telah selesai, tempat ini akan menjadi alun-alun terbesar di Eropa.
Wilayah pemerintahan di dekatnya dapat dibandingkan ukurannya dengan mall Washington. Pada tanggal 19 April 1999, Parlemen Jerman melaksanakan sidang pertamanya di dalam Gedung Reichstag yang baru saja dibuka, dan telah ditata ulang oleh arsitek Inggris Sir Norman Foster.
Ini adalah sebuah perubahan yang dibandingkan dengans Bonn yang tenang dan sepi. Para politisi muda merasa bahwa perpindahan ibukota ke Berlin adalah simbolis dari perubahan yang lebih besar di Jerman dari bangsa yang tenggelam di masa lampau menjadi bangsa yang melihat ke masa depannya.
Diulas oleh: PAUL FREEDMAN, The Journal of Commerce
Editor: Sejarah Negara Com