Benin – Terdapat sebuah gedung di Abomey, yang dahulunya adalah ibu kota salah satu kerajaan kuno di Benin, yang menarik baik bagi penduduk maupun bagi para pengunjung dari mancanegara.
Gedung yang dahulunya merupakan istana agung kerajaan kuno itu, dewasa ini menjadi sebuah museum. Koleksi berharganya yang banyak tersebut singgasana yang diukir rumit, pahatan logam halus yang dipersembahkan kepada para dewa, serta sejumlah mural dalam relif tanah liat memberikan gambaran tentang berbagai tradisi, kebudayaan kuno, dan sejarah rakyat.
Sejarah ketiga kerajaan kuno juga tercermin dalam bahan sandang berwarna-warni yang kebanyakan ditenun oleh para pria di halaman museum itu. Bahan sandang itu dihias-rias dengan lambang-lambang dan pemandangan yang dicuplik dari kehidupan para raja serta dengan pola dan rancangan yang melukiskan kehidupan di negeri itu saat ini.
Kunjungi Peta Benin atau di google map
Geografi Benin
Benin (yang dahulunya disebut Dahomey) mempunyai wilayah 112.622 km2. Negeri ini merupakan jalur lahan sempit yang panjangnya kira-kira 670 km, tetapi lebarnya hanya 125 km pada garis pantainya. Negara ini terletak di Teluk Guinea dan dibatasi oleh Nigeria di sebelah timur, Togo di sebelah barat, serta Niger dan Burkina di sebelah utara.
Negeri ini mempunyai empat zone geografi. Suatu jalur lahan yang sempit, datar dan berpasir, yang lebarnya berkisar antara 1,6-4,8 km, terbentang di sepanjang pesisir teluk. Tepat di luar zone itu terletak suatu rangkaian laguna dan paya.
Lebih ke utara lagi, negeri ini datar dan sebagian besar tertutup oleh vegetasi yang cukup lebat. Lahannya sedikit demi sedikit meninggi menjadi sebuah dataran tinggi yang lebar, yang di sana-sini diseling dengan gugusan perbukitan kecil.
Di bagian baratlaut terdapat Pegunungan Atakora yang tingginya berkisar dari 335 m sampai 914 m. Di sebelah timurlaut terdapat dataran Borgou dan Kandi yang luas dan subur.
Sungai
Sungai utama di Benin terdapat di setengah bagian selatan negeri ini. Oueme adalah sungai terpanjang, Sungai yang bermata air di Pegunungan Atakora ini mengalir sejauh 450 km sebelum’bermuara di Danau Nokoue di dekat Porto-Novo. Sungai Mono yang bermuara di Teluk Guinea, membentuk sebagian perbatasan baratdaya dengan Togo.
Sungai lainnya yang penting di daerah selatan adalah Sungai Couffo yang membentuk Danau Aheme. Sebelah utara sebagian besar dituras oleh anak-anak Sungai Niger.
Iklim
Bagian selatan negeri ini beriklim sangat panas dan lembap dengan dua musim kemarau dan dua musim hujan. Benin sebelah utara hanya mempunyai 2 musim, yakni musim kemarau dari bulan Oktober sampai April dan musim hujan dari bulan Mei sampai September. Musim hujan lebih pendek di daerah paling utara negeri ini.
Kota Besar
Porto-Novo adalah ibu kota dan pusat pemasaran yang penting. Kota ini mempunyai jaringan jalan yang sempit, berkelok-kelok dan jalan-jalannya diteduhi pepohonan serta pasar yang molek tempat para pengrajin, pembuat gerabah, pandai logam, dan pengrajin kulit menjual barang dagangan mereka.
Berbagai bagian kota Porto-Novo telah berpenampilan modern dengan dibangunnya gedung-gedung besar, misalnya Pusat Kebudayaan.
Cotonou adalah kota terbesar dan pelabuhan utama Benin. Pusat perdagangan ini juga merupakan tujuan akhir jalur kereta api utama di negeri ini.
Sebuah pelabuhan laut dalam telah rampung pembangunannya di kota ini pada tahun 1965. Pada tahun 1960 telah disusun rencana agar pemerintah memindahkan ibu kota dari Porto-Novo ke Cotonou. Akan tetapi, karena banyaknya kesulitan politik, pemindahan itu tak pernah terlaksana.
Abomey semula didirikan sebagai ibu kota kerajaan kuno Dahomey pada abad ke-17. Karena museumnya, sekarang kota ini merupakan daya tarik bagi pariwisata utama. Abomey juga merupakan pusat perdagangan dan mempunyai beberapa industri kecil.
Ouidah, sebuah kota perdagangan dan pertanian, terletak tepat di sebelah barat Cotonou di tepi laguna. Ouidah mempunyai sebuah katedral, seminari, banyak masjid, dan puing-puing benteng yang dibangun oleh orang Portugis, Prancis, Belanda, dan Inggris pada abad ke-18. Parakou yang terletak di Benin tengah, adalah pusat pertanian yang penting.
Penduduk Benin
Seperti penduduk kebanyakan negara Afrika di sebelah selatan Sahara, penduduk Benin pun bhineka dalam hal bahasa dan kebudayaannya. Orang-orang Fon, Adia, Aizo, Pedah, Mina, dan Pla mencakup hampir seperdua penduduk negeri ini.
Sebagian besar di antara mereka tinggal di bagian selatan dan terlibat dalam kegiatan pertanian untuk penyambung hidup dan perikanan. Para petani memelihara domba, kambing, ayam, babi, ayam mutiara, dan itik, dan ada pula yang mempunyai ternak.
Para pria berburu dan menangkap ikan serta menggarap lahan, sedangkan para wanita berdagang di pasar yang terletak di kota dan di sebagian besar desa.
Kelompok lainnya, yakni orang Yoruba, berasal dari Nigeria dan bermukim di perbatasan tenggara. Mereka adalah penghuni kota yang trampil dalam bidang pemasaran dan perdagangan. Kelompok Yoruba memiliki hubungan bahasa dan budaya yang erat dengan jutaan kerabat mereka yang tinggal di seberang perbatasan di Nigeria.
Kelompok Bariba, Somba, dan Pilapila, yang tinggal di daerah tengah dan utara sebagian besar bertani. Mereka terkait dengan lahan melalui berbagai upacara keagamaan yang ditujukan kepada dewa bumi.
Kepala desa bertanggung jawab menjaga keserasian hubungan dengan bumi untuk mewujudkan suatu kehidupan yang baik dan bermanfaat bagi rakyatnya. Dewa bumi sangat berang kalau darah manusia sampai tumpah ke tanah melalui pertikaian atau peperangan.
Tugas suci kepala suku adalah meredakan berbagai pertikaian sebelum timbul kekerasan. Karena keyakinan mereka, penduduk daerah utara tersebut menjalani kehidupan yang luar biasa damainya.
Yang juga hidup di daerah utara adalah orang Peul (Peuhl), atau yang juga dikenal dengan sebutan orang Fulani. Mereka sebagian besar adalah orang nomad yang menggiring gembalaan kambing dan biri-biri serta sapi dari satu tempat ke tempat lainnya.
Orang Peul biasanya menempati kamp-kamp sementara yang terdiri atas gugusan gubuk yang dapat dipindah-pindah. Kompleks tempat tinggal ini secara khas dibangun dalam bentuk sarang lebah dengan kerangka yang terdiri atas tonggak-tonggak yang ditutup dengan jerami, rumput, atau dedaunan.
Pendidikan
Sebagian besar fasilitas pendidikan terletak di pusat perkotaan di bagian selatan Benin. Oleh karena itu, anak-anak di daerah tersebut mempunyai peluang yang jauh lebih besar untuk bersekolah dibandingkan dengan mereka yang hidup di sebelah utara.
Sekitar 65% anak usia sekolah di atau dekat pusat perkotaan di daerah selatan bersekolah di sekolah dasar, sedangkan di bagian utara hanya 15%. Angka tersebut telah meningkat berkat adanya desentralisasi dan pembangunan gedung sekolah baru di seluruh negeri.
Akhir-akhir ini pemerintah telah membangun sejumlah sekolah menengah dan sekolah teknik. Terdapat pula dua institut keguruan, satu untuk pria dan satu untuk wanita.
Bahasa
Bahasa Prancis, bahasa resmi Benin, digunakan di sekolah dan kantor. Fon dan Yoruba banyak digunakan di wilayah selatan. Bariba dan Dendi adalah bahasa terpenting yang digunakan oleh mereka yang tinggal di utara.
Agama
Sebagian besar penduduk Benin menganut animisme yang memuja dewa agung yang maha kuasa yang menjelma melalui dewa-dewa dan roh-roh seperti voudoun.
Voudoun adalah dewa-dewa yang memainkan peranan penting dalam berbagai upacara. Yang kurang penting dibandingkan dengan para dewa agung ini adalah roh baik dan roh jahat lokal serta roh nenek moyang yang harus diberi sesaji berupa barang dan upacara.
Banyak penduduk yang telah memeluk agama Islam dan Kristen. Akan tetapi, beberapa penganut Katolik tertentu, terutama di wilayah selatan, masih terus ikut serta dalam upacara voudoun.
Ekonomi Benin
Ekonomi pertanian sangat menonjol di Benin. Produk-produk kelapa, baik tunas maupun minyaknya, mencakup tiga perempat nilai ekspor negara itu. Kapuk, kapas, kopi, kacang tanah, jagung, dan tembakau merupakan hasil pertanian lain yang penting.
Lebih banyak lahan dimanfaatkan untuk penanaman jagung daripada untuk tanaman pangan lain. Perkebunan kelapa di sepanjang pesisir adalah perkebunan rakyat atau negara.
Sebagian dari hasilnya adalah untuk konsumsi dalam negeri dalam bentuk daging atau minyak kelapa, sedangkan yang sebagian lagi diekspor dalam bentuk kopra (daging kelapa yang dikeringkan).
Perikanan memainkan peranan penting dalam kehidupan sebagian penduduk wilayah selatan. Di daerah ini banyak sungai dan laguna kecil yang penuh dengan ikan dan sebagian penduduk mencari nafkah semata-mata dari bidang kegiatan ini. Sejak diperkenalkannya penggunaan pukat harimau, sejumlah penduduk telah mulai melakukan penangkapan ikan laut dalam.
Akhir-akhir ini, endapan batu pualam dan batu kapur yang cukup besar telah ditemukan. Akan tetapi, bukti menunjukkan bahwa negara itu hanya memiliki sedikit sumber mineral lain. Sejumlah cadangan minyak telah ditemukan di lepas pantai, tetapi belum dieksploitasi.
Benin baru saja mulai membangun industrinya. Di daerah selatan terdapat beberapa pabrik pemrosesan minyak kelapa dan kapas serta pembuatan sabun. Terdapat pula pabrik pengalengan daging, pabrik bir dan pabrik tekstil di Cotonou, pabrik pemintalan kapas di Parakou, dan pabrik sepeda di Porto-Novo.
Sejarah dan Pemerintahan Benin
Awal sejarah Benin bagian utara belum didokumentasi. Akan tetapi, diketahui bahwa selama abad ke-16 dan ke-17 tiga kerajaan berkembang di daerah selatan, yaitu Ardra, Jakin (juga disebut Porto-Novo), dan Dahomey.
Kontak pertama orang Eropa dengan wilayah yang kini disebut Benin itu terjadi pada tahun 1500, di dekat Ouidah yang sekarang. Pada awal penjelajahan orang Eropa di Afrika, kontak telah diadakan dengan kerajaan Dahomey.
Ouegbadja, salah seorang di antara raja-raja pertamanya yang besar, melihat adanya segi yang menguntungkan dalam perdagangan dengan orang Eropa. Dia berupaya untuk memperluas kerajaannya sampai ke daerah pesisir, tetapi cita-cita tersebut baru dapat dilaksanakan oleh keturunannya, Agadja, pada tahun 1727.
Barang-barang yang dimasukkan ke Dahomey adalah bahan sandang, minuman keras, alat-alat makan dan minum, perkakas dan senjata. Produk-produk tersebut dibeli dengan daging manusia-yakni para tawanan yang diambil dari penduduk yang lemah ke barat dan utara.
Menjelang pertengahan abad ke-18, sebuah kerajaan Yoruba di sebelah timur, yakni Oyo, merebut kerajaan Dahomey dan memaksanya untuk membayar upeti selama lebih dari seabad.
Pada pertengahan abad ke-19, raja Yoruba digulingkan, ketertiban dalam negeri dipulihkan di Dahomey, dan hubungan dagang resmi dengan Prancis diwujudkan.
Sesudah itu terjadi serangkaian peperangan sengit dengan berbagai kerajaan di selatan, yang terpenting di antaranya adalah pertempuran (pada tahun 1890 dan 1892-1894) melawan Raja Béhanzin.
Sebagai akibat peperangan tersebut, Prancis berhasil merebut seluruh wilayah yang sekarang disebut Benin dan dengan demikian mempertautkan koloni ini dengan hak milik mereka sendiri di Afrika barat.
Pada tahun 1958 Dahomey dijadikan sebuah negara otonom di dalam lingkungan Masyarakat Prancis dan kemerdekaannya diproklamasikan pada tanggal 1 Agustus 1960.
Peristiwa Penting
Selama tahun 1960-an dan awal 1970-an, Dahomey mengalami berbagai perubahan pemerintahan, sebagian besar melalui kudeta militer. Pada tahun 1972 kekuasaan politik dipegang oleh Mayor (sekarang Jenderal) Mathieu Kérékou, yang pada tahun 1975 mengubah nama negara itu dari Dahomey menjadi Benin. Kérékou dipilih menjadi presiden pada tahun 1980 dan dipilih kembali pada tahun 1984.
Rezim Benin meninggalkan Marxisme Leninisme tahun 1989 dan suatu pemerintahan peralihan diresmikan tahun 1990 guna mengawasi peralihan ke arah demokrasi multipartai. Kérékou kalah dalam pemilihan multipartai yang diadakan berdasarkan konstitusi baru pada bulan Maret 1991.
Diulas oleh:
J.W. FERNANDEZ, Perguruan Tinggi Dartmouth
Editor: Sejarah Negara Com