Seperti sebuah gardu jaga, Negara Barbados berdiri sendiri, jauh di tengah laut dibandingkan pulau lainnya di kawasan Karibia. Luas wilayah Barbados 430 km2 itu merupakan salah satu negara yang paling kecil di Amerika Utara. Dengan penduduk lebih dari 250.000 jiwa, Barbados merupakan salah satu negara yang paling padat penduduknya di dunia.
Kelebihan penduduk merupakan problem di bekas koloni Inggris ini. Tekanan ekonomi yang diakibatkan oleh kelebihan penduduk itu telah menyebabkan banyak penduduk beremigrasi ke Trinidad, Guyana, Amerika Tengah, Amerika Serikat, Kanada, dan Inggris.
Geografi dan Ekonomi Negara Barbados
Ditilik dari segi geologinya, Barbados tidak termasuk gugus kepulauan yang disebut Kepulauan Antilen Kecil, yaitu bagian yang berada di atas permukaan air dari suatu jajaran pegunungan bawah air. Barbados adalah sebuah pulau yang terbentuk oleh kumpulan karang yang bertumpu pada batuan purba yang terpisah.
Bentang alam Barbados cukup rata dibandingkan dengan garis bentuk Antilen yang berupa pegunungan yang tidak rata dan lembah yang dalam. Puncak tertinggi di pulau itu, yaitu Gunung Hillaby, hanya setinggi kira-kira 336 m di atas paras laut.
Kunjungi di google map
Tidak ada sungai yang layak dibicarakan di Barbados. Tanahnya menyerap air hujan dengan cepat dan airnya tersalir ke dalam cekung di bawah tanah. Musim panas berlangsung sepanjang tahun, sedangkan dua musim yang ada di Barbados adalah musim penghujan dan musim kemarau.
Musim kemarau berlangsung kira-kira dari bulan Desember hingga bulan Mei. Dalam kurun waktu itu guyuran hujan merupakan suatu ” berkah” bagi penduduk. Mereka menyadari bahwa kekeringan dapat mengurangi produksi gula, yaitu hasil pertanian yang menjadi andalan penduduknya.
Suhu di pulau itu berkisar antara 24°-27°C sepanjang tahun, dengan angin pasat yang mengurangi panas matahari berhembus terus-menerus dari arah timurlaut. Mungkin karena iklim Barbados tidak begitu bervariasi, maka penduduk pulau itu menggunakan kata ”cuaca” hanya untuk menyebut cuaca buruk. Langit yang mendung berarti pulau itu ”akan mengalami cuaca”.
Penduduk Barbados menandai musim dengan “musim panen” atau ”musim panen”. Mereka pun menghubungkan musim dengan panen hasil pertanian tertentu misalnya ”musim ubi” atau ”musim mangga”. Namun, pada dasarnya Barbados merupakan pulau dengan tanaman tunggal karena 7/8 lahan garapan hanya ditanami tebu.
Oleh karena itu, ”musim panen” berarti bulan Maret dan April, yaitu ketika rombongan buruh bekerja di sela-sela ladang tebu, yang tumbuh rapat di lahan perusahaan perkebunan tebu, menebangi batang tebu yang tinggi dan keras itu.
Musim tanam berlangsung mudah musim panen dan batang tebu yang hijau itu diganti dengan tunggul tebu yang cokelat dan hitamnya tanah yang sudah digarap. Bunga di pepohonan mekar merona.
Di sana terdapat banyak sekali pohon flamboyan dengan bunganya yang berwarna oranye indah atau merah-padam atau nila; pohon cordia dan cassia dengan bunganya yang mirip bunga apel atau taburan emas; serta pohon kamboja dengan bunganya yang berwarna cokelat kemerah-merahan, lembayung, dan putih. Musim bunga poinsetia merah jatuh pada hari Natal.
Lahan yang Rapi, Langkah yang Santai
Pada musim apa pun di Barbados, kesan yang kita peroleh adalah suatu lahan yang rapi dan terpelihara. Daerah pesisir timurlaut merupakan perkecualian, dengan batuannya yang tererosi dan tebingnya yang terjal. Di daerah lainnya lahan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Sebagian besar, kira-kira dua pertiga, lahannya merupakan lahan garapan.
Lahan perusahaan perkebunan besar milik golongan minoritas kecil yang terdiri atas penduduk kulit putih Barbados mencakup 4/5 dari seluruh areal lahan garapan. Para tuan tanah berkulit hitam dan sawo matang memiliki bidang lahan yang lebih kecil.
Mereka yang lebih kaya di antara para petani kecil ini menanam tebu dan tanaman pangan serta memelihara sapi, kambing, dan biri-biri. Biri-biri Barbados kadang kala dipelihara sebagai hewan potong dan hanya mereka yang sudah terlatih saja yang mampu membedakannya dengan kambing setempat karena biri-biri itu tidak berbulu lebat. Beberapa petani kecil itu tidak memiliki lahan yang cukup besar untuk mendukung mereka. Mereka mencari pekerjaan ke mana saja atau beremigrasi dari pulau itu.
Bentang alam khas Barbados mungkin sebagai berikut: kotak-kotak ladang yang rapi; gereja paroki berdinding batu dengan menaranya yang berbentuk persegi, terlindung di balik tirai pohon casuarina atau mahoni; dan rumah perkebunan tua yang berdiri sentosa di balik dinding dari batu kapur yang berwarna putih.
Kesemuanya itu berasal dari suatu cara hidup yang sudah berumur lebih dari 3 abad. Masih merupakan bagian bentang alam itu juga adalah bangunan kincir angin tua dari batu yang dahulu merupakan penyedia tenaga untuk pabrik gula serta pondok kayu tempat tinggal para pekerja yang menggerombol di pinggiran lahan perusahaan perkebunan. Di Barbados angin pembawa perubahan tidak bertiup kencang. Semua itu masih tetap berlaku sekalipun sekarang Barbados sudah menjadi negara yang merdeka.
Penduduk Negara Barbados
Masa silam beserta berbagai kebiasaan dan tradisinya tetap mengendap di hati penduduk pulau itu. Kenyataan itu merupakan pesona yang dimiliki Barbados di mata para wisatawan. Wisatawan ke Barbados akan disambut dengan hangat. Namun, sekiranya dia ingin menetap, dia mungkin belum dapat ”menyatu” meskipun telah 20 tahun berada di sana.
Penduduk Barbados, yang biasanya disebut penduduk Baja, memiliki cara hidup khas yang menjadi kebanggaan mereka. Mereka mempunyai cara tersendiri dalam berbahasa Inggris, yaitu dengan bunyi ”a” dan ”o” yang lebar. Kata benda dirubah menjadi kata kerja, seperti pada kalimat ”They been friendsing for a long time”.
Ada pula beberapa peribahasa yang disesuaikan untuk pulau yang bermandikan sinar matahari dan dikelilingi laut, seperti peribahasa Inggris yang berbunyi ”snake in the grass” (”ada ular di rumput”) di kalangan penduduk Baja diubah menjadi ”shagger (sea crab) in the seaweed” (”ada kepiting laut di dalam ganggang laut”).
Dari cara mereka berbicara dapat disimpulkan bahwa mereka itu adalah orang yang cermat yang tidak ingin pembicaraannya disalahartikan meskipun hal itu berarti mereka harus mengulang-ulang pembicaraannya.
Oleh karena itu, mereka sebutkan sejelas-jelasnya, seperti ”ram” mereka sebutkan lengkap ”ram-sheep”; ”rooster” mereka sebut ”fowl-cock”; ”bull” mereka sebut ”bullcow”. Yang lebih penting lagi adalah bahwa penduduk Barbados mempunyai angka melek huruf yang tertinggi di antara penduduk di kawasan Karibia lainnya; bahkan yang tertinggi di dunia. Mereka mampu mewujudkan prestasi berkat sistem sekolahnya yang bermutu tinggi, yang meniru sistem yang berlaku di Inggris.
Pada kenyataannya, Barbados adalah pulau yang bersuasana paling menyerupai Inggris di antara pulau lainnya di kawasan Karibia dan di pulau itu dan segala sesuatu yang berbau Inggris selalu dijunjung tinggi dalam makna yang positif. Bridgetown, kota yang terbesar di pulau itu, mempunyai Lapangan Trafalgar dalam bentuk mini yang merupakan replika lapangan aslinya yang terkenal di London itu.
Seperti halnya di lapangan aslinya yang ada di London, lapangan itu juga dilengkapi dengan patung pahlawan bahari Inggris yang agung Lord Nelson (1758-1805). Patung itu dibuat dalam ukuran yang sesuai dengan matra lapangan Bridgetown yang lebih kecil itu. Anggota polisi pelabuhan berpakaian seperti para pelaut di zaman Nelson, lengkap dengan celana komprang, dasi matros, dan topi jeraminya yang datar itu.
Sejarah Negara Barbados
Barbados merupakan satu-satunya pulau utama di kawasan Karibia yang tidak pernah menjadi koloni ataupun diperintah oleh negara Eropa mana pun selain Inggris. Sebelum orang Inggris datang ke sana, pulau itu dihuni oleh suku Arawak, yaitu orang Indian Amerika yang bermigrasi dari daratan Amerika Selatan dan bermukim di berbagai pulau sampai jauh ke utara di kepulauan Bahama dan pulau Kuba.
Sejumlah artifak mereka, yang terutama terdiri atas perhiasan kecil yang terbuat dari kerang-kerangan, telah ditemukan di Barbados. Namun, orang Arawak itu sendiri telah meninggalkan pulau itu sebelum kedatangan orang Eropa yang pertama.
Para penjelajah Spanyol dan Portugis mendarat di pulau Barbados pada abad ke-16. Pada bulan Februari tahun 1627 sebanyak 😯 pemukim lnggris tiba di Barbados dan menjadi pemukim Eropa pertama di pulau itu.
Dengan iklimnya yang sedang dan buminya yang subur itu, serta merta Barbados menarik lebih banyak pemukim sehingga menjelang tahun 1640 pulau itu telah dihuni oleh sekitar 40.000 pemukim. Kebanyakan berasal dari Kepulauan Inggris dan bertanam tembakau, kapas, dan nila untuk diekspor.
Tenaga kerja yang murah diperoleh dari kalangan buruh kontrakan atau budak Afrika. Buruh kontrakan itu seringkali mencakup pengemis, pencuri, atau penunggak hutang yang berasal dari Inggris yang diberi kesempatan untuk memulai hidup baru di Hindia Barat. Mereka biasanya dikontrak untuk melayani tuannya selama 5 tahun sebelum menjadi pemukim tetap.
Gula dan Perbudakan
Pada tahun 1640-an persaingan dengan daerah koloni Virginia di dataran Amerika Utara dalam berebut pasar tembakau dirasakan sebagai pukulan bagi para pengusaha perkebunan di Barbados. Penduduk pulau itu berpaling kepada gula.
Dengan demikian, mereka memasuki suatu tahapan baru selama sejarah Barbados. Para pengusaha perkebunan tebu harus memiliki lahan yang luas, angkatan kerja yang besar dan kawanan hewan untuk menarik gerobak. Para pengusaha perkebunan yang mempunyai modal besar mulai membeli lahan milik para petani kecil.
Pada masa itu sebanyak lebih dari 30.000 penduduk bermigrasi dari Barbados ke berbagai tempat lainnya di kawasan Karibia atau ke Virginia serta ke Karolina Utara dan Karolina Selatan. Beribu-ribu orang Afrika dibawa masuk sebagai budak sehingga orang kulit hitam menjadi golongan mayoritas besar di pulau itu. Menjelang pertengahan abad ke-18 terdapat kurang lebih 60.000 budak kulit hitam di Pulau Barbados dan sekitar 16.000 orang kulit putih.
Akhirnya, perbudakan di pulau Barbados dan di seiuruh wilayah Imperium Inggris dihapuskan dengan diberlakukannya sebuah undang-undang emansipasi oleh Parlemen Inggris pada tahun 1834. Namun, struktur kekuasaan ekonomi dan politik pada umumnya masih tetap seperti semula. Golongan minoritas kulit putih menguasai bagian terbesar lahan, kekayaan, dan percaturan politik di pulau itu.
Sementara itu, golongan bekas budak tidak tentu arah dan tujuannya. Tidak ada negeri kulit hitam di pulau yang amat kecil ini yang dapat mereka tuju. Oleh karena itu, golongan kulit hitam di Barbados merupakan sumber tenaga kerja yang besar pada saat berbagai koloni lainnya di Hindia Barat terpaksa harus mendatangkan tenaga kerja dari berbagai negeri Timur.
Menyongsong Kemerdekaan
Di Barbados, seperti di segenap kawasan Karibia yang berbahasa Inggris, tahun 1930-an merupakan garis pemisah antara periode kekuasaan golongan minoritas kulit putih dan kurun waktu yang penuh tekanan untuk mewujudkan perombakan konstitusi dan kemerdekaan. Secara konstitusional, Barbados telah menerapkan suatu sistem pemerintahan perwakilan sejak awal sejarahnya.
Namun, hak memberikan suara hanya dimiliki oleh kalangan tertentu saja. Kemudian, pada akhir tahun 1930-an, seorang ahli hukum Barbados yang berkulit hitam, Grantley Adams, mengorganisasi suatu gerakan politik yang akhirnya membuahkan diberikannya hak memberikan suara bagi semua penduduk yang telah dewasa pada tahun 1950.
Barbados menjadi koloni yang berpemerintahan sendiri dalam urusan dalam negerinya pada tahun 1961 dan menjadi negara merdeka penuh pada tahun 1966. Perdana menteri pertama negara baru itu adalah seorang ahli hukum warga negara Barbados berkulit hitam, Errol Barrow.
Negara Barbados Modern
Energi yang dibebaslepaskan oleh kemerdekaan itu telah dimanfaatkan untuk mengeksploitasi kekayaan alam Barbados. Salah satu kekayaannya itu adalah letaknya. Jarak antara Bridgetown dan London adalah 805 km lebih dekat daripada jarak antara Kingston di Jamaika dan London.
Kota itu merupakan persinggahan pertama bagi kapal yang memasuki kawasan Karibia. Dengan pelabuhan laut dalamnya yang modern, Bridgetown telah menjadi pusat perdagangan yang penting di Kepulauan Antilen Kecil. Berbagai pantai yang amat sangat indah di pulau itu juga merupakan sumber alam yang penting.
Pihak pemerintah telah berusaha sekuat tenaganya untuk menggalakkan kegiatan kepariwisataan di Barbados. Pemerintah telah pula menempuh berbagai usaha untuk menganekaragamkan kegiatan perekonomian (yang mungkin terlampau didominasi oleh industri gula itu) dengan merangsang pertumbuhan industri baru.
Pemerintahan Negara Barbados
Barbados adalah anggota Negara-Negara Persemakmuran. Resminya negara itu diperintah oleh Ratu Elizabeth dari Inggris dan gubernur jenderal yang ditunjuknya. Namun, kekuasaan politik yang sebenarnya berada di tangan parlemen Barbados, terutama di tangan Dewan Majelis, yang para anggotanya dipilih oleh rakyat.
Partai yang memegang suara mayoritas dalam Dewan Majelis memilih perdana menteri dari kalangan anggotanya. Ada badan legislatif lainnya, yaitu Senat, yang merupakan sebuah badan kehormatan.
PHILIP SHERLOCK, Wakil Rektor, Universitas Hindia Barat
Editor: Sejarah Negara Com