Untuk memperlancar perdagangan antar pulau di indonesia, digunakan alat angkut. Alat angkut yang digunakan saat itu berupa perahu, karena harus melewati sungai dan menyeberangi lautan. Jenis-jenis perahu yang digunakan antara lain perahu besar, perahu lesung dan jenis perahu lain.
Perahu besar biasanya terbuat dari papan dengan bentuk sesuai yang dikehendaki. Oleh karena itu disebut juga perahu papan. Perahu ini dipakai untuk memperlancar perdagangan antar pulau.
Sedangkan perahu lesung, disebut begitu karena hanya terbuat dari satu kayu besar yang tengahnya dilubangi sehingga bentuknya seperti lesung. Jenis perahu ini ada yang bercadik, ada yang tidak bercadik.
Tenaga yang digunakan untuk menjalankannya dengan cara mendayung (mansir) maupun dengan layar yang ditiup angin. Perahu ini dapat digunakan sebagai alat angkut antar pulau tetapi harus diberi papan di kanan dan kiri kapal.
Jenis Perahu sebagai alat transportasi
Selain kedua jenis perahu di atas, juga digunakan perahu yang memiliki nama khusus, seperti kora-kora, jung, tambangan, phinisi dan beloto.
Hubungan penduduk nusantara dengan pendatang saat itu melalui beberapa kegiatan, diantaranya melalui hubungan dagang, budaya dan agama.
Letak wilayah Indonesia berada di tengah-tengah jalur perdagangan antara India dan Cina. Letak yang strategis ini menjadikan Indonesia sebagai tempat persinggahan pelayaran. Karena persinggahan itu, maka terjalinlah hubungan dengan India dan Cina.
Makin ramai perdagangan antara India dan Cina, semakin ramai pula pedagang India dan Cina yang berkunjung ke Indonesia. Mereka tahu bahwa wilayah Indonesia banyak menghasilkan barang dan memiliki sumber alam yang melimpah (terutama rempah-rempah).
Perdagangan rempah-rempah di Indonesia makin ramai. Karena banyak permintaan, maka produksinya pun meningkat. Akibatnya lahirlah keturunan campuran.
Dalam masa Hindu terjadi pengelompokan masyarakat dalam kasta. Setelah masuknya agama Islam pengelompokan kasta pun hilang.
Berikutnya: Perubahan yang terjadi akibat hubungan dagang Nusantara