2 macam visi dan misi para nabi dan rasul – Secara historis, perjalanan Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa misi risalah langit terbagi dalam 3 periode, yaitu pertama : periode pra-kerasulan, kedua : periode kerasulan, dan ketiga pasca-kerasulan. Tahap kedua sejarah kenabian ini diawali dengan dua kondisi demografis-sosiologis Arab, yakni kondisi pada masa Makiyyah dan masa Madaniyyah.
Kehadiran Nabi Muhammad SAW identik dengan latar belakang kondisi masyarakat Arab, khususnya orang-orang Mekah. Para sejarawan, baik Islam maupun non-Islam tidak berbeda dalam melukiskan keberadaan mereka.
Kehidupan masyarakat Arab secara sosiopolitis mencerminkan kehidupan derajat yang rendah. Perbudakan, mabuk, perzin*an, eksploitasi ekonomi dan perang antarsuku menjadi karakter perilaku mereka. Situasi chaos semacam ini berlangsung sejak para pendahulu mereka mendiami negeri tersebut.
Dari aspek kepercayaan atau agama, orang-orang Arab Mekah dahulunya adalah para penyembah berhala. Tidak kurang dari tiga ratus berhala yang mereka anggap sebagai Tuhan atau pelindung manusia.
Berangkat dari kondisi inilah dalam sejarah dicatat bahwa Muhammad sering melakukan kontemplasi (‘uzlah), untuk mendapatkan suatu jawaban apa dan bagaimana seharusnya membangun kehidupan masyarakat Arab.
Baca juga: Sekilas tentang Muhammad kecil dan pernikahannya
Awal sejarah penyebaran dan perjuangan Nabi Muhammad
Setelah melalui proses kontemplasi yang cukup lama, tepatnya di Gua Hira, akhirnya Muhammad mendapat suatu petunjuk dari Allah melalui Malaikat Jibril untuk mengubah masyarakat Arab Mekah. Dari sinilah awal sejarah penyebaran dan perjuangan Nabi Muhammad dalam menegakkan ajaran Islam dimulai.
Para nabi dan rasul yang diutus oleh Allah dilihat dari pendekatan visi dan misi dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu : Nabi yang hanya membawa doktrin teologis semata, dan Nabi yang membawa doktrin teologis sekaligus membawa doktrin politis.
Doktrin teologis adalah doktrin yang menekankan substansi moral dalam mempersatukan ideal moral manusia dengan ideal moral Tuhan tanpa melakukan perubahan sosial politik sebagai bagian dari proses ideal moral tersebut. Sedangkan doktrin teologis politis adalah doktrin yang mengedepankan ajakan moral sekaligus berusaha melakukan perubahan sistem untuk menata intitusi-intitusi sosial dan politik.
Para nabi yang tergolong pembawa doktrin teologis politis ini diantaranya adalah nabi-nabi yang bergelar Ulul ‘zmi. Nabi Muhammad SAW termasuk bagian dari ini, karena selain ia mengajarkan nilai-nilai Islam yang berkenaan dengan hal-hal yang bersifat aksentis (keakhiratan), juga berusaha beserta umatnya menata kekuatan untuk mengambil alih peran kepemimpinan dan pemerintahan orang-orang Quraisy. Peran ini sangat dominan, terutama pada saat nabi berada di Madinah.
Baca juga: Sekilas peradaban zaman Nabi Muhammad SAW